Orang yang benar-benar ikhlas selalu sibuk memikirkan
bagaimana memperbaiki diri dan berhenti melakukan dosa. Orang yang jujur dengan
keikhlasan hanya melihat kebaikan dalam diri orang lain dan selalu memberikan
nasihat yang baik bila melihat kesalahan pada orang lain.
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
(Al-Quran 39: 2)
Ikhlas adalah amalan hati yang tersembunyi. Tidak ada yang
tahu keikhlasan seseorang selain Allah subhanahu wata'ala yang mampu Melihat ke
dalam hati. Keikhlasan timbul ketika melakukan suatu perbuatan baik hanya
karena Allah, mencari ridho dan pahala-Nya serta tidak mengharapkan pujian dari
makhluk-Nya.
Imam Syafi'i berkata:
Semua manusia mati kecuali mereka yang memiliki pengetahuan.
Semua orang yang memiliki pengetahuan tertidur kecuali mereka yang melakukan
amal kebaikan, dan mereka yang melakukan perbuatan baik ditipu, kecuali mereka
yang tulus, dan mereka yang tulus selalu dalam keadaan khawatir amalnya tidak
diterima.
Riya (pamer) adalah satu indikasi utama tidak ikhlasnya
seseorang dalam berbuat kebaikan. Riya termasuk syirik kecil yang mampu
menghapus pahala amal kebaikan sehingga membuatnya sia-sia. Kelak, Allah
berkata kepada mereka yang suka pamer, “Pergilah kepada mereka yang kamu mengharapkan
pujiannya di dunia, kemudian lihatlah, apakah kamu mendapatkan pahala
kebaikanmu dari mereka?’ [Hadits Riwayat Imam Ahmad]
Ada beberapa tanda yang bisa dikenali ketika kita beramal
tanpa ada ruh keikhlasan di dalamnya.
Seorang yang ikhlas tidak peduli dalam keramaian atau
kesendirian, dia selalu beribadah. Bahkan ibadahnya lebih giat dikala sendiri.
dia selalu berusaha menyembunyikan amal kebaikannya dari khalayak.
Bahkan seorang hamba yang menyembunyikan amalnya termasuk
diantara mereka yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata'ala di hari
yang tidak ada naungan selain naungan-Nya.
Sampai-sampai ada kisah yang menyatakan bahwa seorang ulama
membasahi bibir mereka yang kering ketika berpuasa supaya orang tidak
melihatnya sedang berpuasa sunnah. Ada juga seorang ulama yang pura-pura sakit
flu untuk menyembunyikan sisa tangisannya ketika shalat malam.
Seorang yang ikhlas tidak peduli dengan pujian dari
orang-orang. Justru dia merasa takut dengan pujian dari orang-orang. Ia takut
tergelincir dengan pujian yang melambungkan kebanyakan orang. Dia takut
terjerumus kedalam kesombongan. Dia takut motivasinya dalam beramal terbelokan.
Oleh karenanya, Rasulullah mengajarkan doa yang indah ketika
mendapatkan pujian dari orang lain,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى
وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ
وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada
diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang
memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan,
ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah
menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam
Syu’abul Iman)
Seorang yang tulus akan dengan senang hati mendengarkan dan
menerima nasihat. Ia tidak akan pernah mengabaikan saran dan tidak peduli dari
siapa saran itu datangnya. Mereka mengambil setiap kesempatan untuk belajar dan
memperbaiki diri. mereka mempunyai prinsip; jangan lihat siapa yang mengatakan,
tapi lihat apa yang dia katakan.
Seorang yang ikhlas tidak akan pernah meminta tambuk
kepemimpinan. Disaat orang lain berebut kursi panas kepemimpinan, justru orang
yang ikhlas akan berusaha menghindarinya. Tapi tidak menutup kemungkinan
seorang yang ikhlas justru melihat banyaknya kerusakan sehingga dia berusaha
mengubahnya dengan berusaha menjadi pemimpin yang baik dan mengubah keburukan
dengan memohon pertolongan Allah subhanahu wata'ala.
Seorang yang ikhlas akan selalu melihat kelemahannya
dibanding bangga dengan kelebihannya. Dia juga melihat kelebihan dalam diri
orang lain dan selalu berhusnudzon terhadap orang lain. Bahkan dia menganggap
dirinya hina.
Sebagian salaf berkata, “Aku lebih menyukai tangisan dipagi
hari karena dosa di malam hari, dibanding rasa bangga di pagi hari karena
shalat sepanjang malam.”
Imam Syafii pernah berkata, "Jika seseorang bijak,
perhatiannya atas dosa-dosanya sendiri akan mengalihkan perhatiannya dari
melihat kesalahan orang lain"
Hanya Allah yang menguasai hati kita dan hanya Allah yang
tahu rahasia di setiap hati kita. Semoga Allah selalu memberi kita taufik untuk
selalu ikhlas dalam beribadah dan memurnikan hati-hati kita.
Sumber: http://musliminc.com/
Aboutislam.net
No comments:
Post a Comment