Terkadang Allah subhanahu wata'ala memberikan hukuman tunai
di dunia supaya sang hamba mengingat dosanya. Kemudian kembali kepada Allah
subhanahu wata'ala. Allah ingin mereka kembali ke jalur yang benar, sehingga
Allah langsung menurunkan hukuman saat itu juga.
Kita mengenal orang-orang yang melakukan dosa, kemudian dosa
itu ketahuan oleh orang lain. Hingga tersiar di masyarakat tentang
keburukannya. Pada akhirnya, nama baiknya tercemar. Dia dicemooh dan
mendapatkan banyak ejekan dari masyarakat.
Di titik itu ada sebagian orang yang menangis. Tergetar
hatinya untuk menginsyafi kesalahan dan akhirnya bertobat kepada Allah setelah
rasa malu menenggelamkannya. Setelah harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya.
Seakan-akan dia sudah tidak memiliki martabat lagi. Ia menjadi manusia terbuang
di dalam komunitasnya. Para pencaci tiba-tiba bermunculan di hadapannya dan di
semua media.
Kondisi ini memunculkan kesadaran si pelaku dosa bahwa ia
harus mencari sosok yang mau mendengarnya. Ia mencari sosok yang masih mau
menerima dan memperhatikannya. Sehingga ia tak punya harapan lain kecuali
mendekat sedekat mungkin kepada yang masih mau didekati, Allah subhanahu
wata'ala.
Kita mungkin pernah melihat beberapa orang yang kelakuan
bejatnya terbongkar tiba-tiba menjadi sosok
manusia yang lebih saleh daripada orang yang dulu menghinanya. Nah, salah
satunya kita akan belajar dari seorang perempuan yang taubat setelah mendekam
di penjara karena kasus korupsi. Demi nama baiknya, kita sebut saja dia
fulanah.
Penjara telah menjadi titik tolak perubahan bagi sosok
Fulanah. Kasus Korupsi telah mengirimnya ke tempat paling terhina di muka bumi.
Yakni jeruji besi. Tapi ternyata bagi fulanah, penjara bukan tempat hukuman,
tapi menjadi tempat yang membuat dirinya sadar dan kembali kepada Allah
subhanahu wata'ala. Fulanah kembali sadar bahwa dia telah berlumpur dosa dengan
korupsi yang telah dia lakukan.
Selama hari-harinya di penjara, Fulanah mencoba menghafal
al-quran hingga selepas menjalani hukuman selama 6 tahun penjara, dia sudah hafal
15 Juz al-quran.
Sekarang mari kita bertanya kepada diri kita. Sudah berapa
juz al-quran yang telah kita hafal? Atau jangan-jangan kita kalah oleh seorang
mantan koruptor yang mencoba memperbaiki kehidupannya?
Tidak hanya itu saja, fulanah pun mengajar ngaji para warga
binaan di dalam penjara. Dan dia juga memutuskan untuk memakai hijab sebagai
penanda perubahannya.
Ya, Allah menghinakan fulanah sehina-hinanya, setelah itu
Allah subhanahu wata'ala pula yang mengangkat derajatnya. Itu karena pilihan
fulanah untuk kembali kepada Rabbnya.
Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah taubat
fulanah
Pertama, Jangan sombong atas amal amal sholeh kita hari ini.
Merasa diri lebih baik dari oranglain. Padahal Allah sedang menutup aib aib
kita. Bahkan kita tidak tahu, apakah Allah menerima amal kita atau tidak.
Kedua, ketika kita melihat seorang pendosa, maka jangan
buru-buru menyimpulkan bahwa kita lebih mulia dari mereka. Jangan buru-buru
mencap mereka sebagai penduduk neraka. Karena kita tidak pernah tahu apakah
mereka taubat dari dosanya atau tidak. Karena ada hamba yang dimasukan ke dalam
surga karena dosa yang ditaubati, dan ada orang yang masuk neraka karena amal
yang dia banggakan.
Ketiga, jika kita melihat para pendosa, maka doakanlan supaya
Allah memberi hidayah kepada mereka. Ya
Allah, lindungi hamba, keluarga, teman-teman, saudara-saudara hamba agar tak
terjerumus dalam nista seperti itu. Dan semoga Engkau buka pintu hidayah bagi mereka.”
Semoga ketika kita melihat orang lain yang kelakuan buruknya
terbongkar, tiba-tiba terbersit dalam hati kita kalimat, “ah, mungkin saja dosa
saya lebih besar dari dia. Mungkin saja Allah lebih murka kepada saya daripada
kepada dia. Jangan pernah sekali pun merasa lebih suci di hadapan Allah
subhanahu wata'ala.
Semoga menginspirasi
No comments:
Post a Comment