Amar ma’ruf nahi mungkar itu kewajiban. Tapi memberi keteladanan juga kewajiban. Bahkan teladan dan contoh adalah amar ma’ruf nahi mungkar yang paling efektif dibanding hanya orasi. Terkadang ada orang yang begitu mudah beorasi tentang pentingnya mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran, tapi dia sendiri berkubang dalam kemaksiatan dan jauh dari kebenaran. Dan tentunya jika orang tahu yang sebenarnya, dia hanya akan menjadi cibiran.
Ada kisah yang menarik berkaitan tentang pentingnya keteladanan.
Dikisahkan bahwa suatu ketika setelah Imam Ahmad selesai memberikan khutbah jumat, sekelompok budak sahaya mendatangi beliau. Mereka berkata, “Wahai Syaikh, kami meminta jumat depan anda berkhutbah tentang pahala dan keutamaan membebaskan budak sahaya.”
Mereka juga menceritakan keinginan mereka untuk merdeka dan tidak lagi menjadi budak.
Imam Ahmad setuju. Jumat berikutnya pun tiba. Para budak yang jumat kemarin mendatangi Imam Ahmad harap-harap cemas. Imam Ahmad naik mimbar dan mulai ceramahnya. Akan tetapi ternyata beliau tidak membahas tema yang dipinta para budak yang menemuinya. Dia tidak membahas tentang keutamaan membebaskan budak.
Para budak berpikir bahwa sang imam pasti lupa, dengan demikian, sekali lagi, jumat berikutnya mereka duduk memenuhi shaf shaf terdepan dan menunggu. Para budak masih berharap sang Imam berkhutbah tentang keutamaan membebaskan budak sehingga tuan-tuan mereka termotivasi untuk membebaskan mereka.
Namun, sang imam tetap tidak menyebutkan apapun mengenai pembebasan budak. Setelah beberapa minggu terjadi peristiwa yang sama, para budak yakin bahwa imam Ahmad telah melupakan janjinya.
Jumat demi jumat berlalu hingga satu tahun pun berlalu. Para budak sudah lama melupakan permintaan mereka, dan tiba-tiba, pada suatu jumat Imam Hasan akhirnya berbicara tentang perlunya pembebasan budak. Para budak menjadi antusias dan sangat gembira. Pada saat khutbahnya Imam menghimbau para majikan atau pemilik budak supaya membebaskan budak mereka demi mendapatkan pahala besar dari Allah.
Setelah khotbah para majikan segera membebaskan budak budak mereka, tak terbayangkan betapa senang para budak itu.
Mereka berlari mendatangi imam Ahmad dan bertanya, “Syaikh, mengapa engkau menunggu sampai satu tahun untuk memberikan khotbat ini.”
Imam Ahmad menjawab: "Pada waktu kalian datang, aku langsung setuju. Namun, setelah itu aku menyadari bahwa aku sendiri tidak memiliki budak. Karena aku miskin, maka aku harus menghemat uang untuk membeli seorang budak. Hari ini, al-hamdulillah! aku bisa membeli seorang budak. Dan segera Setelah itu aku membebaskannya. Dan Akhirnya, aku datang ke Masjid ini dan menyampaikan khotbahku.
Para budak yang baru saja merdeka itu heran, mereka kembali bertanya, “Tapi mengapa harus menunggu sampai anda membebaskan seorang budak?”
Imam Ahmad menjawab,"Jika aku langsung memberikan khotbah tahun yang lalu, aku telah mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang aku tidak melakukan. Jadi, aku memutuskan untuk mengamalkan apa yang akan aku bicarakan, baru aku bisa menasihati orang, sehingga tindakan dan kata-kata ku sejalan ".
Dari kisah ini kita bisa menyadari pentingnya keteladanan dalam bertindak dan berbicara. Jangan sampai pembicaraan kita dengan tingkah laku kita bertolak belakang. Sebagaimana pepatah bilang, jauh panggang dari api.
Memang benar apa yang dikatakan sebagian ulama yang mengatakan, ‘Jika seseorang menunggu suci dari dosa sebelum berdakwah, maka tidak akan ada orang yang berani dan mau berdakwah.’
Memang, kita tidak harus menjadi sosok yang suci ketika hendak berdakwah, tapi ada dua konsep yang harus kita yakini. Pertama, kita harus berdakwah. Kedua, kita harus berusaha menjadi teladan setelah dakwah tersampaikan. Karena Allah subhanahu wata'ala sendiri mengancam orang yang berani berbicara kebaikan, tapi dia sendiri melupakan kebaikan untuk dirinya sendiri.
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam
Artikel ini pernah dimuat di plukme dengan alamat>> https://www.plukme.com/post/kisah-pentingnya-keteladanan-5bb5d9fa1f565
No comments:
Post a Comment