11 Oct 2018

Kenikmatan Bermunajat


Betapa banyak orang yang mengukur kemuliaan dengan melimpahnya harta dan mudahnya segala urusan. Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa ketika Allah ridho terhadap kehidupan kita, maka Allah subhanahu wata'ala akan melimpahkan kemudahan.

Bukankah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling Allah cintai dan yang paling Allah ridhoi di muka bumi. Tapi kenapa sang Rasul tercinta masih menderita dengan medan dakwahnya? Kenapa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam harus merasakan intimidasi dari kaumnya?

Perlu diketahui bahwa hakikat keridhoan Allah adalah ketika kita dijadikan hamba yang menikmati keimanan. Maka ketika keimanan itu telah kita rasakan manisnya, rasa pahit dari ujian tak lagi terasa. Karena telah terobati oleh manisnya iman.

Mari kita belajar dari dua kisah yang semoga bisa menjadi inspirasi kita bersama.

Dikisahkan bahwa pada suatu hari,  seorang lelaki bertanya kepada Imam Hasan Al Bashri, “Sesungguhnya aku melakukan banyak dosa. Tapi ternyata rezekiku tetap lancar-lancar saja. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya.”

Maka Imam Hasan al-Basri balik bertanya, “Apakah semalam engkau melaksanakan 

qiyamullail?”

Lelaki itu menjawab, “Tidak”

Dengan kalimat bijak, Imam Hasan Al Bashri menasehatkan kepada lelaki tersebut, beliau berkata, “Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluk yang berdosa dengan memutus rezekinya, maka semua  manusia di bumi ini sudah habis binasa. 

Sungguh dunia ini tak bernilai di sisi Allah walau sehelai sayap nyamuk pun, maka Allah tetap memberikan rezeki bahkan pada orang-orang yang kufur sekalipun kepada-Nya. Adapun kita orang mukmin, hukuman atas dosa adalah terputusnya  kemesraan dengan Allah.”

Sebagaimana dikisahkan di dalam kitab Saitul Kathir Imam Ibnu Jauzi, bahwa ada seorang lelaki dari Bani Israel yang selalu melakukan dosa dan perbuatan durjana. Kemudian lelaki israil itu bertanya-tanya, “Ya rabb, betapa banyak dosaku kepadaku. Betapa sering aku bermaksiat, tapi Engkau tidak menghukumku?”

Maka dikatakan kepadanya, “Betapa banyak Aku menghukummu, sementara kamu tidak sadar? Bukankah aku telah mencabut darimu rasa nikmat bermunajat kepada-Ku?”

Ya, kita merasakan kenikmatan dari bermunajat dan dari ibadah kita. Kemudian kita bertanya-tanya. Sudahkah kita merasakannya? Atau jangan-jangan ibadah kita kering tanpa makna. Kita membaca al-quran tapi tak pernah hati ini tentram. Kita tahajud tapi tak pernah hati ini ikut bersujud. Kita selalu shalat, tapi kegelisahan selalu mencengkram jiwa kita. Ada apa? Apakah ada yang salah dengan ibadah kita?

Barangkali kita kekurangan ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah. Atau barangkali kita masih terjangkit cinta dunia sehingga ibadah pun dihitung-hitung dengan keuntungan dunia. Kita terbius oleh iming-iming rutin shalat dhuha bisa melancarkan rezeki. Rutin shalat tahajud bisa mendatangkan kemudahan. Rutin bersedekah bisa mendatangkan kekayaan.

Sehingga ketika itu semua tidak datang kita bertanya-tanya, ‘saya sudah sedekah, tapi kenapa saya tidak kaya?

Apakah pernah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bertanya seperti itu? Bukankah rasulullah shalat malam sampai bengkak kakinya, bersedekah tak pernah hitung-hitungan, tapi Rasul tercinta tak pernah menghitung keuntungannya.

Marilah kita perbaiki munajat kita kepada Allah dan mari kita perbaiki keikhlasan kita

Wallahu a’lam

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment