10 Oct 2018

[Kisah] Ketika Diri Menjadi Panutan

Menjadi public figure itu memang menyenangkan bagi sebagian banyak orang. Bisa dikenal, tenar dan populer di mata orang-orang. Sehingga tidak heran banyak public figure yang justru menyalahgunakan ketenarannya. Banyak diantara mereka yang terjangkit sifat sombong sehingga ketenarannya semakin membuatnya jauh dari Allah.

Padahal, seseorang yang menjadi public figure sejatinya cobaan bagi ketaatan dan ketawadhuannya. Juga menjadi cobaan sejauh mana dia memberi pengaruh kepada para penggemarnya. Apakah pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk yang akan dia tularkan.

Ada kisah yang bisa menjadi bahan renungan kita tentang pentingnya menjadi seorang panutan untuk orang lain, wabil khusus untuk mereka yang terlanjur menjadi seorang yang populer dan banyak pengikut. Kisah ini dinukil dari kitab a’lam An-Nubala.’

Dikisahkan ada seorang lelaki sholeh yang di bawa ke hadapan raja untuk dipaksa memakan daging babi. Tentu saja lelaki sholeh tersebut menolak untuk memakannya. Dan berita itupun terdengar oleh seluruh masyarakat.

Tidak berhasil memaksanya makan daging babi, rajapun memaksanya untuk memakan sekerat daging kambing dengan ancaman sebilah pedang di lehernya.

Namun lelaki sholeh itupun menolak untuk memakan daging kambing.

“Mengapa engkau menolak memakan daging kambing ini?” Tanya sang raja heran. “Bukankah daging kambing halal bagimu?”

Maka lelaki itu menjawab, “Semua orang tahu bahwa aku dibawa kemari untuk dipaksa memakan daging babi. Jika aku keluar istana ini dengan selamat, maka masyarakat tentu berpikir bahwa aku telah memenuhi permintaanmu untuk memakan daging babi. Sehingga nantinya masyarakat akan tersesat.”

Sementara itu, ada satu kisah lagi tentang pentingnya keteladanan yang baik dari Imam Ahmad

Dikisahkan bahwa Imam Ahmad menolak menyatakan al-quran sebagai makhluk. Saat itu Khalifah yang berkuasa memaksakan pemahaman Mu’tazilah yang menyatakan bahwa al-quran adalah makhluk. Bahkan dengan kegigihannya, Imam Ahmad harus rela dipenjara dan disiksa dengan siksaan yang keras.

Siksaan adalah makanan hari-hari beliau, saking kasihannya, sipir penjara menasihati Imam Ahmad, "Sudahlah, turuti saja kehendak mereka,supaya Anda selamat dari siksaan."

Imam Ahmad bertanya kepada sipir, "Lihatlah ke balik jendela. Disana ada banyak orang yang menanti apa yang saya katakan dan mereka akan mengikutinya."

Kemudian Imam Ahmad melanjutkan kata-katanya, "Lalu pantaskah Ahmad selamat sementara yang lain tersesat?"

Dari dua kisah ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa menjadi public figure itu tidaklah mudah. Menjadi orang terkenal bukan melulu tentang ketenaran, tapi juga ujian. Begitu juga yang menjadi seorang yang terkenal, jangan sampai hal itu membuat kita lena. Jaga ucapan dan kata-kata, karena betapa banyak orang yang mengikuti. Tidak peduli baik atau buruk, ada orang-orang yang fanatic dalam mengikuti seseorang. Sampai-sampai yang salah menjadi benar di mata para penggemarnya.

Disisi lain, ada juga penggemar yang kecewa dengan sifat buruk si tokoh sehingga kekecewaannya itu menjadi kebencian. Rasa cinta berubah menjadi rasa benci. Sehingga ada kasus penggemar yang membunuh tokoh idolanya hanya karena mengecewakannya.

Jika kita adalah tokoh yang diteladani, maka berhati-hatilah dalam segala hal. Jangan sampai menjadi sebab tersesatnya masyarakat. Karena mereka akan memperhatikan dan meneladani ucapan dan tindakan kita.

Semoga menginspirasi.

Artikel ini pernah dimuat di plukme dengan alamat >>https://www.plukme.com/post/kisah-ketika-diri-menjadi-panutan-5bb62d4047522
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment