Teman saya
pernah berseloroh bahwa ungkapan ‘insya Alloh’ telah berubah fungsi sebagai
ungkapan untuk menyatakan ‘tidak’ dalam bentuk yang halus dan sopan. Padahal, ‘insya
Alloh’ adalah ungkapan yang bisa dikatakan berarti ‘Ya, jika Alloh subhanahu
wata'ala menghendaki.’
Jelas bahwa
menyatakan ‘Insya Alloh’ untuk menipu orang lain dengan maksud mengingkari
janji atau menganggapnya sebagai pengganti kata ‘tidak’ dalam bentuk yang lebih
halus adalah pelecehan dan perendahan terhadap kalimat itu sendiri.
Ungkapan ‘Insya
Alloh’ adalah sebagai bentuk keimanan yang kokoh dari seorang hamba kepada
Alloh subhanahu wata'ala. Bahwa dia yakin hanya Alloh subhanahu wata'ala yang
berkehendak dan sebagai pengendali semua sisi kehidupannya. Bolehkah kita
berencana, tetapi Alloh yang memutuskannya. Bolehlah kita berikhtiar, tapi
Alloh yang menjadikannya terjadi. Maka katakanlah Insya Alloh, ‘Jika Alloh
mengendaki.
Hal inilah
yang Allah subhanahu wata'ala firmankan di dalam quran surat al-Kahfi ayat 23
dan 24,
Dan jangan
sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi,
kecuali
(dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika
kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk
kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
Ada kisah
menarik yang bisa kita simak perihal pentingnya mengucapkan insya Alloh ketika
hendak berencana mengerjakan suatu pekerjaan.
Suatu ketika
dijumpai seseorang yang hendak pergi ke pasar untuk membeli keledai sebagai
tunggangan. Maka dia berkata kepada istrinya, “Besok aku akan pergi ke pasar
untuk membeli keledai baru yang lebih kuat untuk dijadikan tunggangan kita.”
Maka istrinya
berkomentar, “Katakan Insya Alloh.”
Suami berkata
dengan nada mencibir, “Kenapa harus mengatakan insya Alloh? Uang ada di saku
bajuku, dan keledai pun sudah ada di pasar.”
Kemudian keesokan
harinya, lelaki itu pun berangkat ke pasar untuk membeli keledai baru. Dan di
tengah perjalanan ia melewati sumur. Lelaki itu menengok ke dalam sumur dan
melihat apakah ada air yang bisa dia ambil dari dalam sumur. Ketika itulah
kantong uang yang dia simpan di saku bajunya jatuh ke dalam sumur.
Maka ia
segera melepaskan bajunya dan segera turun ke dalam sumur untuk mengambil uang
yang terjatuh. Namun ia gagal menemukan uang tersebut.
Dan dalam
waktu bersamaan, baju yang ia taruh di samping sumur diambil kabur oleh seorang
pencuri. Dalam kondisi apes, ia pun
pulang ke rumah dengan tanpa berpakaian.
Sesampainya
di depan rumah, ia mengetuk pintu.
Sang istri
pun bertanya : " Siapa itu yang diluar?"
Sang suami berkata
: " Saya, bukalah pintunya.. Insya'
Allah"
Nah,
terlepas kisah ini nyata atau fiktif, setidaknya ini menjadi pelajaran bagi
kita semua bahwa Insya Alloh itu adalah ungkapan yang penting untuk kita katakan
kapankun ketika kita merencanakan. Karena hanya Alloh sebagai pemutus semua
perkara dalam kehidupan kita.
Ada satu
lagi kisah menarik yang saya dapatkan dari seorang jamaah haji indonesia. Dia bercerita
tentang keberpisahan dengan istrinya pada hari pertama di Makkah. Setelah
dirunut ada satu kesalahan yang diucapkan istrinya menjelang keberangkatannya.
Saat itu ia bertanya, "Dik, ingat ya nanti kalau di tanah suci jangan
misah-misah!" Istrinya yang merasa yakin tidak akan berpisah langsung
menyahut, "Ya ndak mungkinlah, Mas." Baru turun dari bus di waktu
subuh di Masjidil Haram pada hari pertama, ia langsung berpencar dan baru
bertemu kembali pada jam sembilan malam.
Ada diantara
kita yang mungkin terlalu optimis, jika tidak boleh dikatakan sebagai bentuk
sombong dengan usahanya sendiri. ia lupa jika Alloh subhanahu wata'ala tidak
pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Islam mengajarkan bahwa setelah
Menciptakan, Allah subhanahu wata'ala tidak lantas membiarkan semuanya berjalan
tanpa kendali.
Dengan doa
hamba-Nya, Allah akan tetap mengatur dan mengabulkannya. Hal ini tentu saja
berbeda dengan model pemikiran orang atheis dan orang sekuler yang meyakini
bahwa apa yang dilakukan manusia di dunia ini tidak ada campur tangan Tuhan.
Ungkapan
"insya Allah" adalah tanda seseorang itu beriman dengan keberadaan Allah
subhanahu wata'ala sebagai Tuhan Pengatur semua sisi kehidupannya. Insya Alloh
adalah simbol bahwa manusia itu lemah di hadapan-Nya. Sekuat dan semaksimal apa
pun usaha manusia, jika Allah tidak menghendaki, hal itu tidak akan terjadi.
Tetaplah berdoa,
berikhtiar dan bertawakal serta mengharap kebaikan.
No comments:
Post a Comment