Siapa diantara kita yang tidak mengenal syaikh Abdurrahman
as-Sudais. Beliau adalah imam Masjidil haram sekaligus Ketua Umum Pengurus Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi. Suaranya terkenal merdu dan membuat jiwa kita bergetar karena
kesyahduannya. Suaranya banyak didengarkan di kaset-kaset dan didengarkan oleh
ribuan bahkan mungkin jutaan penghafal quran.
Siapa sangka, dibalik kisahnya sebagai seorang Imam besar,
Syaikh Abdurrahman Sudais menyimpan cerita yang bisa menjadi pelajaran untuk
kita semua. Terutama untuk para orang tua yang mengharapkan keshalihan dan masa
depan yang baik untuk anak-anaknya.
Disebutkan bahwa masa
kecil Syaikh Sudais dihabiskan di Riyadh, tempat kelahirannya. Pada usia
kanak-kanak, ibunya sering mengatakan padanya, “Abdurrahman, hafalkanlah
al-quran. Insya Allah kelak engkau menjadi imam Masjidil Haram.”
Ternyata, semua itu bukan hanya karena usaha sang Abdurrahman
Sudais, tapi juga didorong oleh harapan, keinginan dan doa ibunya tercinta.
Sebagaimana kita tahu bahwa anak-anak akan bersemangat ketika
mendapat pujian dan dorongan orang tua. Begitu juda dengan Abdurrahman Sudais kecil.
Dia bersemangat menghafal quran karena harapan ibunya.
Akan tetapi, ada kejadian unik di masa kecil sang Imam.
Abdurrahman kecil pernah melakukan hal yang konyol sebagaimana anak-anak di
masanya. Dia pernah melakukan tindakan yang membuat jengkel orang tua.
Suatu hari, ibunya sedang menyiapkan makanan untuk tamu yang
akan datang ke rumah mereka. Saat itu as-Sudais kecil sedang bermain pasir di
luar rumah.
Tidak lama kemudian, Abdurrahman as-sudais pun masuk ke dalam
rumah sambil menggengam pasir di tangannya dan naluri jahilnya muncul. Beliau
taburkan pasir di atas makanan.
Tak berapa lama sang ibu datang. Betapa terkejutnya dia
ketika melihat makanan itu bertabur pasir. Ibu sudais kecil marah dan berteriak
kepada anaknya, “Abdurrahman!! Awas kamu! Jika sudah besar kamu akan menjadi
Imam Masjidil Haram!”
Mungkin marahnya ibu Sudais kecil terdengar aneh di telinga
kita. Tapi begitulah, marah tidak lantas membuatnya mengeluarkan cacian dan doa
yang buruk. Kata-kata sang ibunda kelak menjadi kenyataan. Dan sudais kecil
benar-benar menjadi penghafal al-quran dan menjadi Imam Besar Masjidil Haram.
Kini, beliau dikenali sebagai seorang qari yang lunak bacaan
al-Qurannya. Bahkan, beliau amat menjiwai setiap ayat dalam firman Allah itu
berserta tajwid yang cukup sempurna.
Ada satu lagi kisah tentang doa seorang ibu untuk anaknya.
Diriwayatkan bahwa Imam Abu Fath ar-Razi tidak bisa membaca
alfatihah ketika beliau berumur 10 tahun. Guru beliau sampai mengatakan
kepadanya,”Mintalah kepada ibumu agar mendoakanmu, supaya Allah memberikan
rizki Al Qur`an dan ilmu.
Setelah peristiwa itu, Abu Al Fath Ar Razi melakukan
perjalanan mencari ilmu ke Baghdad.
Sekembalinya ke kampung halaman, beliau mengajar di majlis
ilmu. Saat itu guru yang pernah mengajarinya surat Al Fatihah juga ikut hadir,
tapi ia sudah tidak mengenal bahwa yang mengajarinya adalah bekas muridnya.
Di majelis itu, sang guru kesulitan memahami apa yang
disampaikan, hingga Abu Al Fath Ar Razi hendak mengatakan kepadanya agar
meminta doa kepada ibu, jika masih ada. Namun hal itu beliau urungkan karena
malu.
Itulah diantara kisah inspiratif tentang keajaiban doa ibu.
Oleh karena itu, datangilah ibu kita dan mintalah beliau untuk mendoakan kita,
mendoakan kebaikan, keberkahan dan kesuksesan dalam hidup kita. Insya Allah,
semoga dengan jalan tersebut, Allah memudahkan jalan kita.
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment