14 Apr 2017

[6] The Wild Man

Emily memicingkan matanya dan mencoba untuk menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara lagi.

Mungkin saja kucing tetangga masuk ke rumahku. Ah, tapi belum pernah ada kucing yang bisa masuk gerbang garasi. Atau tikus? Aku yakin tidak ada satu ekor tikus pun yang ada di rumah ini. Ini diluar kebiasaan.

Emily kembali berpikir April tidak hanya ada di dalam mimpinya tadi, tapi ada di rumah ini. Tapi dia rasa itu pemikiran tahayul yang konyol dan menyebalkan.

Tak mau menunggu lama, dia segera meraih senter kecil dari arah laci. Tak lupa menggenggam sebuah pemukul bisbol yang biasa dipakai April di hari minggu. Ia menyusuri lorong menuju ruang depan. Menyalakan semua lampu di ruangan depan. Tidak ada yang mencurigakan.

Ia membuka pintu menuju garasi dan menyalakan lampu garasi. Dan kini ia mulai merasakan ketegangan yang datang tiba-tiba. Pintu menuju ruang bunker di bawah tanah terbuka sempurna. Pintu itu ada di pojok kiri dari garasi lotusnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi kaca yang pecah. Dari arah bunker.

Tangannya semakin erat menggenggam pemukul bisbol dan mulai menyusuri lorong menuju bunker. Ada bau aneh. Bau tembakau yang begitu menyengat. Kemungkinan ada seseorang yang masuk dengan mengisap rokok atau cerutu. Dan memang, Emily menemukan satu punting yang masih mengepul di lantai batu. Dia mengedarkan pandangan dan mulai menyorotkan senter ke semua penjuru ruangan.

Emily menemukan satu keganjilan. Brankas tua tempat menyimpan barang-barang peninggalan buyutnya terbuka. Atau setidaknya dibuka dengan paksa. Ia ingat betul, brankas itu digembok dan tidak pernah dibuka beberapa tahun lamanya. Mom dan Dad juga tidak peduli dengan isi brankas tersebut. Mungkin barang-barang yang sudah tidak berharga yang ditinggalkan buyutnya.

Emily kembali memutar sorot senternya, berharap tidak ada sesuatu atau seseorang di ruangan itu. tepat ketika itu, senternya menyorot kaca jendela yang sudah dipecah. Ada seseorang masuk dan mencoba mencari sesuatu di sini. Atau setidaknya sudah mengambil sesuatu di ruangan tersebut. Dan berhasil kabur lewat kaca jendela menuju ruang lainnya. Ruangan yang mengarah ke kebun. Setidaknya orang tersebut masih di dalam terowongan sebelum menyentuh permukaan kebun di bagian belakang.

Bunker itu sebenarnya bekas perlindungan keluarga buyut Emily ketika perang dunia pertama terjadi. Dan tidak digunakan dalam puluhan tahun lamanya selain sebagai tempat menyimpan barang-barang tidak berguna.

Emily segera berlari. Kemudian mengunci semua pintu rumah dan kaca jendela. Ia merasa ketakutan dan ingin malam cepat berlalu.

Ia sempat berpikir untuk menghubungi nomor darurat, tapi tampaknya itu tidak berguna, bisa saja pencuri itu sudah pergi. Atau jika memang pencuri  itu kembali ke dalam bunker setelah ini, Emily tidak peduli. Tak ada barang yang berharga di ruangan itu. tidak ada harta yang dipendam di sana.

Atau mungkin aku memang tidak tahu bahwa sesungguhnya ada yang berharga di bawah sana? Mungkin Dad dan Mom tidak pernah memberitahuku? Mungkinkah April juga tidak tahu?

Emily mencoba untuk tidak memikirkan itu, yang ia pikirkan ia ingin segera tidur. Dan besok pagi dia akan memeriksa setiap sudut ruang bawah tanah.
Tapi sebelum dia benar-benar tidur ia mengunci pintu kamar dan jendelanya , kemudian ia menyeret kursi dan meja untuk menghalangi pintu kamarnya. Pemukul bisbol ia letakan di samping tempat tidur. Gunting dan pisau ia letakan di bawah kasur.


Ah, benar-benar malam yang menyebalkan! Kemarin kematian April dan sekarang seseorang entah siapa mendatangi rumahnya. Emily merasa ada yang salah dengan hidupnya.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment