14 Apr 2017

[7] The Wild Man

Di pagi buta Emily sudah bangun dengan kondisi yang kacau. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak. Mimpi buruk terus menghantuinya dan bahkan ia merasa was-was orang yang masuk ke dalam bunker akan masuk ke ruang kamarnya; mendobrak daun pintu atau memecahkan kaca jendela. Apa pun motifnya, Emily harus segera tahu atas dasar apa seseorang masuk ke dalam bunker dan membuat kacau keadaan.

Emily tidak langsung memanggang roti seperti kebiasaanya di pagi hari. Ia segera memakai atasan dan membereskan kamar. Meja dan kursi yang menghalangi daun pintu ia singkirkan dan diseret ke tempat semula. Gunting dan pisau lipat ia masukan ke dalam laci. ia pikir tidak mungkin ada pencuri yang menginap di rumah yang menjadi target pencuriannya. Maka tak ada lagi ancaman yang dia takutkan. Yang ia perlu adalah mengecek semua bagian rumah, terutama bagian ruangan bunker, menceritakan semuanya kepada teman-temannya dan Sersan Liam. Tapi untuk yang nama terakhir yang ada di benaknya, dia harus bepikir ulang.

Ah tidak, seharusnya aku tidak menceritakan kepada Sersan Liam terlebih dahulu.

Entah kenapa, setiap nama itu melintas di hatinya, ada rona di pipinya.
Emily menyeret tubuhnya yang terasa pegal dan cape. Ia membuka pintu bunker dan mulai menyusuri ruangan tersebut dengan tatapan yang tajam. Satu yang menarik baginya adalah brankas yang berhasil dibuka oleh seseorang semalam. Ia segera menghampiri brankas tersebut. Dan ia tidak menemukan sesuatu yang berharga. Di dalamnya terdapat boneka-boneka tua yang sudah berantakan dan using. Mungkin boneka milik neneknya. Kemudian gulungan-gulungan benang dan rongsokan yang tak lebih dari sampah.

Sangat tidak masuk akal pencuri itu mencari sesuatu di ‘gudang’. Kenapa dia tidak mencongkel jendela dan mencari yang lebih berharga di ruang depan atau kamar? Aneh!

Setidaknya ada empat brankas yang sama di ruangan tersebut. Mungkin saja seseorang yang datang semalam mencari sesuatu dan hendak membuka semua brankas. Hanya saja, Emily keburu datang sebelum orang tersebut membuka semua brankas.

Maka Emily beralih ke brankas yang berikutnya. Tapi ia perlu kunci. Tiba-tiba ia teringat Dad, dua tahun yang lalu Dad mengajaknya untuk memindahkan beberapa boks berkas dan menyimpan kunci tepat di atas fentilasi pintu.
Emily segera meraih kursi tua dan menjejaknya dengan hati-hati. Kemudian tangan kanannya meraba-raba fentilasi dan mencoba menemukan kunci yang dia cari. Yup! Dia menemukan gemerincing besi. Ia segera menggenggamnya. Itu kunci yang dia cari.

Emily segera menuju brankas dan membuka semua brankas yang tersisa. Tak ada yang menarik perhatiannya di dalam semua brankas selain baju-baju tua, alat-alat rumah tangga yang sudah usang dan beberapa mesin yang perlu disservice. Satu brankas khusus menyimpan dokumen, buku-buku dan berkas tua yang berdebu.

Apa kira-kira yang orang itu cari?

Emily tak mau memikirkan lebih jauh lagi, ia tak tertarik untuk menyelidikinya lebih jauh. tapi ia sempat berpikir mungkin saja orang itu tertarik dengan naskah-naskah dan buku kuno peninggalan buyutnya. Asal tahu saja, banyak benda-benda antic yang laku di pasaran dan dilelang dengan harga yang tinggi. Bisa jadi termasuk buku-buku kuno peninggalan buyutnya tersebut.
Emily membalikan tubuhnya dan segera mengeluarkan semua naskah dan buku kuno dari brankas.

Ratusan buku dengan sampul kulit dan lembaran yang sudah usang cetakan dua ratus tahun yang lalu . Kemudian document-dokumen dengan stempel dengan tahun yang sama. Emily terbelalak. Bisa jadi ini berharga dan mengandung nilai sejarah. Yeah! Dia harus mencari tahunya.

Dengan susah payah dia membawa buku-buku tersebut ke kamarnya. Ia harus bolak-balik beberapa kali sampai naskah-naskah itu berhasil ia amankan di kamarnya.

Bahkan Emily hampir lupa dia belum sarapan. akhirnya dia memanggang roti untuk sarapan dan menyantapnya dengan cepat. Kemudian dia segera tenggelam dalam naskah-naskah kuno yang membingungkan.

Ada satu buku yang membuatnya tertarik.

The Glory of Masonic. Judul buku tersebut dijahit dengan benang di bagian sampulnya. Kemudian ada lambang segitiga berwarna coklat dengan satu mata di atasnya. Di halaman depannya Emily menemukan dua baris kata semacam quote yang membingungkan.

Satu keluarga untuk satu dunia baru. Membawa kita pada kemerdekaan jiwa kita.

Dan selebihnya naskah itu memakai huruf dan bahasa greek yang sama sekali tidak ia pahami. Emily hanya memperhatikan lambang-lambang yang sebagian familiar di benaknya.

Tiba-tiba dia teringat kata-kata Mom saat dia bertanya tentang buyutnya.
“Nenek buyutmu bernama Margaretha. Dan kakekmu, Mason, dia seorang pengikut aliran kebatian Freemason dan Okutisme yang menyukai ritual-ritual mistis. Dan nenek buyutmu korban ritual mistisnya.”

“Maksud mom, Margaretha dijadikan tumbal?”

“Bisa jadi ya bisa jadi tidak. Tapi yang aku tahu, dia menderita dengan semua itu. ia tidak ingin bergabung dengan keyakinan suaminya. Margaretha seorang pemeluk protestan yang taat dan fanatic. Ia beranggapan suaminya Mason sudah menyimpang jauh dari ajaran kristus.”

“Mason memaksanya untuk ikut?”

“Ya. Bahkan kakek buyut kita itu menganggap orang di luar kelompok mereka adalah budak yang layak untuk dihinakan.”

Emily mengerutkan keningnya. Benar-benar ajaran yang aneh dan rasis. Dan ajaran seperti itu tidak mungkin ada di era demokrasi ini.

“Satu hal yang membuat nenekmu menderita. Mason memiliki kelainan seks. Dia menyukai kekerasan dalam aktifitas seks. Mason akan mengikat Margareth terlebih dahulu sebelum dia memuaskan keinginannya. Kemudian mencambuknya dengan puluhan cambukan.”

Emily tebelalak.

“Aku tahu hal itu dari nenek. Nenek bahkan pernah melihatnya dengan matanya sendiri bagaimana ibunya menderita karena hal itu. di pagi harinya, nenek bisa melihat tubuh Margaretha yang memar karena cambukan dan darah yang menggumpal di lehernya."

“darah di leher?”

“Mason mencium lehernya seperti vampire yang mengisap korbannya.”

“ya Tuhan…”

“Mason juga menyukai symbol-simbol okultisme, di sekujur tubuhnya dia mentato lambang-lambang tersebut. Bahkan dipunggungnya dia mencap satu lambang besar dengan menempelkan besi panas hingga tercetak permanen. Lambang itu lambang mata satu di atas lambang pyramid mesir.”
Emily mendongakan kepalanya. Ini pasti handbook milik Mason kakek buyutnya. Dan kemungkinan buku-buku ini memberinya banyak informasi yang lebih.

Emily menelpon Amina untuk mendiskusikan hal itu.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment