3 Feb 2015

NURANI YANG TERKOYAK >>PART 09


Waktu berjalan tidak terasa, hingga tiga bulan lamanya nur telah bekerja di kafe siang milik tante viola. Meski gajinya tidak sebesar gaji ninon dan sekar, tapi nur selalu bersyukur dan merasa beruntung dengan apa yang ia dapat. Namun, nur sudah bertekad untuk bisa merasakan kerja di kafe malam seperti dua rekannya. Sebenarnya nur sudah beberapa kali meminta kepada tante viola untuk bisa bekerja dikafe malam, tapi tante viola selalu menunda-nunda dengan berbagai alasan. Hingga pada akhirnya nur menyadari, bahwa dia tak punya hak untuk memaksa tante viola, karena dia sebagai bosnya di sini, sebagai pemilik kafe dan yang menggaji dirinya. Mungkin ini yang terbaik untuknya.
Hari sudah sore. Nur menunggu hingga pelanggan yang tersisa keluar. Setelah itu dia membalikan kertas tebal yang digantung di depan toko. Tulisan yang bertuliskan OPEN pada satu sisi ia balik sehingga tulisan CLOSE terpampang jelas di depan pintu kafe. Ia mulai membrsihkan beberapa meja yang berserakan dan menumpuk piring-piring kotor di tempat pencucian. Setelah itu menutup semua jendela, menguncinya dan tak lupa mengecek semua yang ada; kompor gas, rak-rak piring dan kue, kamar mandi. Sempurna.
Nur menyambar tas kulit yang baru sebulan ia beli dari plaza. Kemudian beranjak keluar dan menunci pintu kafe. Berdiri di trotoar untuk mencegat taksi yang lewat.

Pak hari tanpak terkantuk-kantuk di pos jaganya. Tiba-tiba timbul niat nakal di hati nur. Hmmm, dia sudah terinspirasi oleh tindakan-tindakan ninon dan sekar kepada pak hari, ya, sudah beberapa kali meraka membuat ulah kepada satpam rumah yang berbadan kekar dan bercambang lebat itu. Paling barter adalah mengagetkannya ketika pak hari terkantuk-kantuk di posnya. Itu mereka lakkan sepulang dari kafe. Anehnya, pak hari tak pernah marah dengan semua kejahilan anak buah tante viola itu.,
“DOORRR!!!”
“HAHH!!”teriak pak hari kaget. Dia terperanjat dan menucek-ngucek matanya yang sayu.”ah, neng nur bikin kaget saja!”
Nur hanya tertawa kecil dan melangkah pergi. Tapi sebelum dia melangkahsempurna, tangan kekar pak hari sudah mencengkram pergelangan tangannya hingga terasa sakit di kulitnya. Nur terperanjat. Ia tak tahu, apakah perlakuannya tadi membuat marah pak hari. Setahu nur, pak hari tak pernah marah sebelumnya.
Nur mengerutkan keningnya.”pak?”
Pak hari tersenyum dengan ssetengah bibirnya dan dia mendesis,”awas jika bikin kaget saya lagi.”
“maaf, sa…saya minta maaf pak.”
Pak hari tertawa terbahak-bahak dan tiba-tiba tawa itu tenggelam dengan suara baritonnya yang khas.”kenapa kau tanpak ketakutan seperti itu nur, aku bukan hantu kan?”
Nur kembali mengerutkan keningnya.
“kau boleh menggangguku asal….”
Nur masih mengerutkan keningnya. Ia tak tahu, apa maksud dari perkataan pak hari tadi. Ia juga baru mendengar ada orang yang mau diganggu dengan sebuah syarat. Nutr tahu, kata asal adalah sinonim dari syarat. Setidaknya dia tidak salah dengan prediksinya.a”asal apa pak?”
“asal kau mau….”suara baritonnya terdengar pelan.”asal saya bisa melumat bibir manismu.”
Tiba-tiba dia mencengkram tanggan kanan nur dan mencondongkan wajahnya yang bercambang dan berkumis lebat. Tanggan kirinya menjambak rambutnya yang dikepang dan mendekatkannya ke wajahnya. Bau keringat.
Nur gemetar,’apa yang akan kau lakukan pak hari? Aku akan lapor ke tante viola!”
“nur yang cantik, kenapa? Kenapa kamu harus lapor ke tantemu. Toh dia juga pernah memberiku ciuman.
Nur semakin gemetar.
“bahkan kedua rekanmu lebih dari itu. Mereka bersikap baik denganku. Mereka gadis-gadis yang manis. Sayangnya, kamu tidak seagresif mereka.”
Nur masih gemetar,”aku tidak seperti mereka. Aku tidak seperti apa yang mereka lakukan pak hari. Tolong lepaskan aku pak hari.”
Tangan kekarnya mulai mengendur dan nur bisa membebaskan tangannya yang merah karena cengkraman. Mukanya bersemu merah. Tanpa menunggu lama, dia segera berlari kecil dan menutup pintu dengan pelan. Tidak, bahkan kata-kata yang pak hari ucapkan barusan masih terngiang-ngiang di kedua telinganya. Bahkan ia masih tidak bisa berfikir normal dan membayangkan tante dan dua rekannya. Benarkah apa yang dikatakan pak hari, ataukah dia telah berbohong?
Ah,nur tak mau berpikir terlalu panjang,. Kepalanya terasa sakit jika memikirkan hal itu. Nur melemparkan tasnya ke sofa. Dilihatnya ajeng sedang memasukan pakaian-pakaian kotor ke dalam mesin cuci.”ajeng.”
“ya.”sapa gadis jawa itu pendek.
Nur merebahkan dirinya di sofa dan mengipasi tubuhnya yang kegerahan dengan majalah. AC ruangan tengah sedang rusak dan masih di service. Ajeng muncul di ambang pintu dan berkata,”tadi ada surat dari kampong buat teh nur.”
Nur merubah posisi tubuhnya dan duduk dengan sempurna,”mana suratnya?”
Ajeng beranjak ke cabinet dan meraih sebuah amplop berwarna cokelat dan menyerahkannya kepada nur.”dari bibi santi.”
Tangan nur menyambar surat itu dan segera merobek sampulnya. Ia beranjak dari ruang tengah menuju tangga dan hendak ke kamarnya. Ia hanya ingin membacanya sendiri saja. Sementara ajeng kembali ke dapur dan berkutat dengan mesin cuci dan piring-piring kotor.

Dari;
Bibi santi dan paman salim
Untuk;
Ananda tercinta nurani hasanah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Nur, bagaimana kabarnya disana.  Bibi harap kamu betah dan menikmati pekerjaanmu. Kami selalu mendoakanmu. Semoga saja kau tak merasa kesepian walau jauh dari kedua adikmu. Bukankah kamu juga punya sahabat disana?
Alhamdulillah arti sudah masuk ke madrasah al-anshoriyah. Dia merasa senang dan gembira dengan kegiatan barunya. Dia juga selalu meminjam buku-buku dari perpustakaan sekolah dan membawanya ke rumah. Kadang dia pulang sampai sore. Katanya, dia ikutan ekstrakulikuler pramuka, dan paskibra. Jadi dia harus latihan selepas pelajaran sekolah usai. Bibi juga ikut senang dengan kegiatan-kegiatannya. Kamu juga pasti senang mendengarnya.
Tapi beda halnya dengan dani. Sudah sebulan ini dia tidak masuk selokah. Sebenarnya berat bagi tante unutk menceritakannya kepadamu. Tapi harus bagaimana lagi?
Dani akhir-akhir ini sering mengeluh sakit di bagian kepala. Terutama sakit di kepala bagian belakang. Kadang, tengah malam dia suka menjerit-jerit sembari memegang leher bagian belakangnya. Hingga ia sudah beberapa kali pinsan di kelas, saat jam sekolah berlangsung. Pada akhirnya, bu guru titin, wali kelasnya menganjurkan supaya dani istirahat di rumah saja dan segera di perikaa ke puskesmas.
Bibi sudah membawanya ke puskesmas dua minggu yang lalu. Tapi dokter tidak bisa mendiagnosis penyakitnya. Akhirnya dokter parman merujuk dai ke rumah sakit kota. Tak ingin menunggu lama, bibi membawa dani ke rumah sakit kota. Sungguh dii luar dugaan, kami di sana terkendala dengan biaya.
Pak RT sama pak Kades bilang bahwa nanti di rumah sakit bibi hanya pelu menunjukan kartu jamkesmas kepada rumah sakit, dan katanya, dani akan ditangani secepatnya. Berbekal jamkesmas, bibi dan paman berangkat ke kota. Tapi apa yang dikatakan pak RT dan pak Kades tidak terbukti sama sekali. Kami diterima dengan perlakuan yang kurang meyakinkan. Petugas mengacuhkan kami dan mereka hanya menyuruh bibi dan paman menunggu panggilan. Tapi tetap saja,  nama kami tidak pernah di sebut. Akhirnya paman habis kesabaran. Dia menghubungi pihak administrasi rumah sakit dan entah apa yang dikatakan paman kepada mereka hingga dani berhasil mereka tangani. Dani didiagnosis mengidap kanker otak. Bibi sangat terkejut mendengarnya. Paman dan bibi hanya bias pasrah dengan apa yang dokter vonis dengan penyakit yang diderita Dani. Sejak minggu yang lalu paman Dani mencari pinjaman sana sini untuk bisa membiayai biaya operasi. Jika dana sudah ada tentunya pihak rumahsakit akan segera melakukan operasi terhadap kanker otak yang bersarang di kepala dani.
Bibi memberitahukan hal ini tak lain hanya meminta doa kamu. Semoga adikmu bisa sembuh tanpa kendala apa-apa. Semoga bibi dan paman diberi ketabahan oleh yang maha kuasa dan dimudahkan dalam segala hal yang menimpa kita bersama.
Pun begitu, bibi akan selalu mendoakan nur, semoga kamu selalu dilindungi oleh gusti allah dan selalu deiberi kekuatan dalam segala kondisi. Sekian dari bibi.
Wassalam
nur hanya menggelengkan kepala disertai derai air mata yang terus menganak sungai di keuda belah pipinya. Keuda tangannya bergetar dan surat dari bibi santi itu jatih ke pangkuannya. Tubuh mungilnya menggelosor dari atas tempat tidurnya. Mendadak seluruh persendiannya seakan lemas dan tanpa tenaga. Pikirannya kacau tiada berujung
ya allah, apa yang harus aku lakukan. Ya allah…
aku tak bisa menerima kenyataan pehit seperti ini,
nur masih menangis dengan air mata yang semakin deras di pipinya. Ia tahu, ini berat untuk bisa ia terima. Ia tak tahu, apakah ia kan kuat dan ikhlas menerima ini semua ini. Tapi nur berusaha untuk optimis. Nur menghapus air mata di kedua belah pipinya. Ia melipat kertas itu dan menyimpan di laci mejanya. Kemudian beranjak ke tempat tidurnya dan berbaring di bantal. Berusaha menjernihkan pikiran yang semrawut. Matanya menerawang langit-langit kamar yang berwarna putih pucat. Matanya masih terasa berkunang-kunang dan buram karena iar mata yang tersisa di matanya.
Aku akan menceritakan semua ini kepada ninon dan sekar, kemudian aku akan berusaha membujuk mereka untuk memberiku pinjaman uang dari tabungan mereka. Jadi, aku bisa bantu paman membiayai operasi dani. Hati nur berbisik.
Apa yakin mereka berdua akan memberimu pinjaman? Sisi lain hatinya masih merasa ragu dengan apa yang ia akan putuskan.
Yang penting coba dulu. Dan aku juga bisa membujuk tante viola untuk hal ini. Aku yakin tante viola akan membantuku.
Seandainya mencari pinjaman, itu sama saja aku tak bisa menikmati gajiku selama belasan bulan atau bahkan puluhan bulan. Berapa biaya operasi? Puluhan juta. Apalagi ini operasi kanker otak yang katanya rumit.
Ah, aku tak akan memikirkan itu. Mau aku bisa membayarnya atau nggak bisa membayarnya, itu urusan nanti. Yang penting minggu ini aku harus mendapatkan uang!!.
Nur mengurut dahinya yang dirasakan semakin pening. Ia hanya mendesah lirih dan kembali menangis tak berkesudan.

Nur terbangun dengan hati yang berdebar-debar. Dalam tidurnya tadi dia mendengar seseorang anak lelaki berteriak kesakitan. Ia tersentak dan emgnucek-ngucek kedua matanya. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Ia bukan lagi di kamarnya yang didominasi warna putih. Tapi ia sekarang berada di tanah lapang dengan batu hitam yang keras sejauh mata memandang. Suara jeritan anak lelaki itu masih terdengar bahkan lebih keras. Nur kebingungan dan ia tak meliaht seorang pun di padang berbatu itu. Ia berteriak memanggil tante dan kedua temannya. Namun itu hanya menyisakan gema dan selebihnya sepi. Dan suara jeritan itu timbul tenggelam dari sebuah lembah di sisi lain dari bukit batu hitam pekat. Nur merasa familiar dengan suara anak lelaki itu. Otaknya berputar dengan cepat dan beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa suara teriakan itu adalah teriakan dani. Nur panic dan berlari kea rah bukit di belakangnya. Ia berlari dan berlari. Tak peduli kakinya tersandung dan berdarah karena batu-batu yang tajam dan curam. Dan ia berhasil mencapai puncak batu hitam itu.
Pupil matanya melebar saat menangkap sesosok anak kecil yang tergolek lemah di tengah-tengah padang berbatu hitam yang sunyi mencekam. Nur yakin itu adalah adiknya dia berlari menuruni bebatuan curam. Walau pun kakinya berdarah-darah dan sakit luar biasa, tapi langkah kakinya tak berhenti sampai ia benar-benar bisa merengkuh anak itu. Beberapa meter kemudian ia baru yakin itu adiknya. Tangisnya semakin menjadi beradu dengan teriakan kesakitan dani. Kedua tangan adiknya mendekap kepalanya yang tanpak berdarah. Nur mendekap adiknya dengan tangis yang menjadi.
Beberapa saat lamanya nur melihat sebuah bayangan dari kejauhan. Bayangan itu medekat kearah mereka. Semakin dekat bayangan itu, semakin jelas siapa yang dating. Ternyata bayangan itu adalah tante viola. Tapi nur dibuat terkejut dengan kedatangannya. Tante viola tanpak duduk telanjang di sebuah kereta yang ditarik oleh ninon dan sekar. Tak sehelai kain pun yang menutupi tubuhnya. Rambutnya acak-acakan layaknya orang gila. Di pangkuannya terdapat tumpukan uang dengan pecahan seratus ribuan. Yang lebih memprihatinkan justru kedua rekan kerjanya, ninon dan sekar. Mereka sama telanjangnya dengan tante viola. Bedanya, tubuh mereka layaknya kuda yang menarik dokar. Di tubuhnya terlilit tali dan aksesori yang biasa dipakai kuda. Dan tatapan mata mereka layaknya binatang. Dari mulut mereka keluar busa. Tante viola menarik tali kekang yang melilit leher mereka sehingga mereka berhenti tepat di samping nur yang tanpak kebingungan dan ketakutan.
“nur, sedang apa kamu disini?”Tanya tante viola. Senyumnya masih tetap seperti biasa.
“nur tak tahu, tapi pas bangun dari tidur, tiba-tiba nur ada di sini. Anehnya, saya menemukan dani tergeletak dengan kepala terluka.”jawab nur sembari menatap adiknya dengan iba.”tante sendiri kenapa ada disini. Apa yang tante lakukan disini?”
“jalan-jalan.”jawab tante viola enteng.”ada apa dengan adikmu?”
“tidak tahu.”jawab nur pendek.
“tante yakin. Dia butuh uang banyak untuk menyembuhkan kepalanya yang terluka. Tante akan memberimu uang untuk biaya berobat tapi dengan satu syarat.”
“apa syaratnya tante?”
“kamu harus menjadi penarik kereta seperti ninon dan sekar.”
Nur tersenung dan dia melihat ninon dan sekar menyeringai ke arahnya.”nggak papa,uangnya lumayan nur.”
Nur terperanjat ketika dani berontak di pangkuannya dan berterika sejadi-jadinya. Adiknya berubah beringas dan hamper memukul wajahnya. Dani berlari dari pangkuannya dan berlari sejauh-jauhnya.
“DANIII!!!!”nur berterika dan memanggil adiknya.
“DANI!!!”
“NUR!”
Seseorang mengguncang-guncang pundaknya. Dan nur terkesiap ketika dia mendapati ajeng sudah berada di kamarnya.
“mimpi ketemu pacar ya. Kok tadi manggil nama cowok.”
Nur hanya menggelengkan kepalanya.




Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment