24 Feb 2024

Pengajian Salafi Dibubarkan, Toleransi Antar Mazhab Hanya Omong Kosong



Muslim Indonesia diramaikan oleh pembubaran pengajian Ustad Syafiq Riza Basalamah di Surabaya oleh sekelompok orang dari GP Ansor. Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang kepemudaan dan kemasyarakatan. 


Kejadian tidak menyenangkan itu terjadi di masjid Assalam, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya hari kamis kemarin. 


Tentunya pembubaran pengajian itu menimbulkan kisruh sekaligus kegeraman dari kalangan umat islam. Di sisi lain, aksi pembubaran paksa ini juga terkesan sangat memalukan dan menyentil hati nurani. Bagaimana mungkin pengajian justru dibubarkan oleh sesama muslim dengan aqidah yang sama. 


Lagi pula aksi pembubaran ini terkesan berlebihan dan melangkahi otoritas keagamaan di Indonesia. Sebagaimana kita mafhum bahwa otoritas umat Islam tertinggi, MUI tidak pernah menyatakan salafi sesat. Tidak pula MUI mengeluarkan daftar nama-nama ustadz yang tidak boleh diundang dalam ceramah. Karena orang-orang MUI faham bahwa khilafiyah (perbedaan pandangan, pemikiran dan keragaman mazhab) adalah sebuah keniscayaan.


Apakah Banser/ GP Ansor merasa lebih punya otoritas dibandingkan MUI?


Konon, ini bukan yang pertama kalinya aksi tak beradab itu terjadi. Ada lusinan kejadian yang sama di tahun-tahun sebelumnya. Dalih dari perbuatan nista itu sama; konon katanya kajian yang dibawakan bisa menimbulkan kisruh dan mengadu domba umat Islam. Sebagian ada yang menuduh bahwa pengajian tersebut didompleng oleh pengasong khilafah. Padahal pengasong khilafah itu HTI, sementara HTI tidak ada hubungannya dengan salafi. Kedua aliran manhaj tersebut jelas memiliki banyak perbedaan. 


Intinya, semua tuduhan itu sengaja dibuat-buat supaya memiliki alasan untuk tetap menolaknya. 


Padahal isi kajiannya tak jauh seputar takwa sebagaimana pengajian pada umumnya. Tidak pula isinya menyerempet dan menyinggung keyakinan dan amalan orang lain. Justru yang membuat kisruh itu mereka. 


Tentunya hal ini sebuah sikap yang sangat memalukan. Konon GP Ansor selalu siap siaga menjaga gereja ketika natalan. Bahkan di acara keagamaan Budha, Banser melalukan pijat gratis untuk para biksu. Mereka punya toleransi yang luar biasa untuk non-islam. Tapi terhadap sesama muslim mereka bak anjing kudisan yang telah kehilangan nilai moral dan kemanusiaan. Mereka liar seperti preman. Bahkan jauh lebih buruk daripada preman. Seburuk-buruk preman, tak ada yang berani membubarkan pengajian yang isinya dzikir dan lantunan ayat Tuhan. 


Atau jangan-jangan mereka adalah para setan dari golongan manusia? Konon, hanya setan yang merasa gerah dengan dakwah dan amal kebaikan. 


# SEMAKIN DITENTANG, SEMAKIN DIKENAL


Semakin ditentang dan ditolak, semakin eksis dan dikenal. Itu pula yang menjadi ciri dakwah Rasulullah. Meski banyak tentangan, semakin banyak pengikut kebenaran yang dibawa oleh Al Mustafa. 


Pun pengajian Sunnah. Semakin banyak penolakan, masyakarat semakin tahu mana yang haq dan mana yang batil. Mana yang benar-benar memberikan pencerahan terhadap nilai dan kualitas iman mereka. 


Cobalah kita ketik kata kunci 'GP Ansor' atau 'Syafiq Riza Basalamah' di mesin pencarian google. Sepersekian detik kemudian akan muncul hasil pencarian tentang profil ustadz salafi tersebut, kemudian ada juga artikel-artikel yang menjelaskan tentang aksi pembubaran tersebut. 


Pada akhirnya, bayak umat yang bersimpati terhadap sang ustadz dan salafi, sebaliknya menghujat perilaku GP Ansor yang bertindak berlebihan. Jika kita melihat komentar-komentar berita di semua platform berita online dan media sosial, mayoritas netizen justru menyayangkan aksi tersebut atau bahkan menghujat GP Ansor. 


# RESPON USTADZ SYAFIQ BASALAMAH


Mendapati perilaku tidak menyenangkan itu tidak lantas membuat ustadz Syafiq berang. Beliau justru meminta jamaah pengajian untuk sabar dan tidak terpancing emosi sembari mendoakan para perusuh supaya mendapatkan hidayah. 


Harap bersabar, tidak perlu terpancing emosi. Cape, lelah dan detik-detik yang antum luangkan untuk hadir di kajian itu akan ditulis pahala insya allah. 

Semoga Allah memberi mereka hidayah kepada teman-teman kita (GP Ansor) yang masih. Mungkin belum paham. Berbaik sangka kepada mereka," ungkap Syafiq Riza Basalamah dilansir akun Instagram pribadinya.


# PEMIKIRAN DILAWAN DENGAN PEMIKIRAN


Harusnya, ide dilawan oleh ide. Pemikiran dilawan oleh pemikiran. Bukan malah membubarkan kajian dan menyatroni tempat orang berkumpul untuk mendengarkan firman Tuhan. Mereka mungkin tak punya nalar. Yang mereka punya adalah ego kefanatikan dan emosi berupa urat amarah yang tak pernah habis dikobarkan. 


Biasanya mereka yang menggunakan otot dan secara paksa membubarkan diskusi atau pengajian orang lain tanpa adanya dialog, secara intelektualitas mereka kalah. Mereka tidak bisa mengeluarkan argumen bantahan sehingga tidak ada cara lain yang bisa mereka tempuh selain dengan aksi fisik dan pembubaran pengajian dan persekusi. 


Diminta untuk menunjukan dimana letak sesat dan salahnya, selalu berkicau dengan lagu lama: Wahabi memecah belah umat, katanya. Wahabi membawa faham radikal katanya. Itu saja yang diulang-ulang. Sebuah fitnah keji yang tak berdasar selain bersumber dari ketakutan dari orang-orang pengecut.


Lebih mengherankan lagi, Kyai-kyai NU hanya diam terpaku. Diam artinya setuju. Diam artinya tidak menganggap itu sebagai kemungkaran. Luar biasa! 


Atau mereka takut kehilangan jamaah dengan maraknya dakwah salafi? Entahlah!


Tapi, sepengamatan saya, rasa iri dengki terhadap perkembangan dakwah salafi yang menyebabkan penolakan itu terjadi. Sebagaimana kita tahu, nafas dakwah salafi begitu berkembang dengan begitu masif. Para da'i Salafi luwes menyampaikan pemikiran mereka di semua platform online. Belum termasuk kajian-kajian offline yang terjadwal dengan rapi hampir di setiap kota dengan peserta yang selalu membludak. Ciri khas dari dakwah salafi adalah sikap ilmiahnya yang tidak pernah lepas dari dalil-dalil ilmiah yang didadar dan dijelaskan dengan terperinci. Tidak ada humor atau tawa dalam dakwah mereka. Berbanding terbalik dengan dakwah ala tradisionalist yang beda tipis dengan acara lawakan komika. 

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment