Standar Ganda Feminisme
Selama ini kaum Feminisme selalu berkoar tentang kesetaraan di semua bidang. Tapi nyatanya mereka tak selamanya konsisten tentang ‘kesetaraan’ dalam semua hal. Mereka hanya menginginkan enaknya saja.
Misal,
Ada seorang wanita muda (tidak hamil) yang minta tempat duduk kepada seorang lelaki di KRL. Kejadian ini menggambarkan sebuah persepsi bahwa perempuan tidak mau beremansipasi untuk hal yang tidak enak, maunya enak saja.
Ketika ada perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga, para perempuan 'sok feminis dan sok tahu emansipasi' itu menyayangkan keputusan tersebut. Mereka tidak sadar bahwa wanita-wanita yang memilih menjadi IRT juga punya hak dan emansipasi untuk memilih apa yang mereka inginkan. Termasuk pilihan menjadi IRT seutuhnya.
Ketika mereka berkoar-koar untuk berpakaian bebas dan memilih apa yang mereka suka untuk dipakai, tapi kemudian nyinyir terhadap cadar, disitu mereka tidak dasar bahwa wanita-wanita berhijab dan bercadar juga punya emansipasi tentang apa yang mereka pakai.
Ada lelaki ganteng yang bertelanjang dada di IG, kemudian para wanita itu berkomentar yang menjurus ke hal-hal yang berbau seksual semisal ‘roti sobek’ dan ‘rahim anget,’ orang memandangnya biasa-biasa saja. Coba jika ada lelaki yang berkomentar tak senonoh, wah, itu sudah jadi bulan-bulanan dengan pasal ‘pelecehan seksual.’
Dengan standar ganda tersebut laki-laki seolah dilabeli “mesum” dan/atau “jahat” tanpa kecuali. Padahal, perempuan juga bisa melakukan hal yang sama, kan? Rasanya tidak adil perempuan ingin diperlakukan “setara” dengan laki-laki jika perempuan sendiri tidak bisa berlaku adil pada laki-laki.
Ketika hanya hak perempuan saja yang diperjuangkan. Seakan-akan tidak ada laki-laki yang butuh diperjuangkan haknya. Contoh KDRT, tidak semua korban adalah perempuan. Lantas apakah Feminisme memperjuangkan ini? Tidak sama sekali. Kalau mau mencari lebih jauh, lakukan penilitian simpel. Lihat korban KDRT yang menimpa asisten rumah tangga. Siapa pelakunya? Para nyonya.
Komentar untuk skrensut Twit: Jika wanita punya kendali terhadap tubuhnya, bebas berpakaian apa pun, bahkan punya hak untuk tidak menyusui anaknya, maka jangan-jangan di masa yang akan datang mereka juga ‘berhak’ menelantarkan anak-anak mereka.
Apakah mereka tidak tahu bahwa anak mereka juga punya hak untuk disusui. Mereka peduli tentang hak mereka tapi tidak peduli tentang hak pihak lain?
Mereka punya hak untuk melawan suami? Padahal suami juga punya hak untuk ditaati dan dihormati sebagaimana mereka ingin dicintai dan dihormati.

No comments:
Post a Comment