29 Sept 2021

KESETARAAN

 Oleh @husni_magz

 

1

Allah telah ciptakan antara lelaki dan wanita dengan peran masing-masing. Setiap peran menciptakan harmoni dan tidak bisa dilampui satu sama lain. Sehingga lelaki dan wanita punya karakteristik yang berbeda sesuai dengan fitrah dan kodratnya dia diciptakan. Lelaki diciptakan dengan tujuan, pun dengan wanita. Keduanya sama, tapi tak serupa. Keduanya setara dalam hukum, tapi tak setara dalam peran.

 

2

Wanita dan lelaki setara di mata Tuhan. Keduanya sama-sama punya hak dan kewajiban. Keduanya sama-sama dibebani syariat sesuai dengan perannya masing-masing. Pahala yang diberikan pun sama besarnya sesuai dengan peran masing-masing yang telah digariskan. Tak ada istilah pahala kaum lelaki jauh lebih tinggi dari pahala kaum wanita dalam urusan ibadah. Semuanya setara.

 

3

Tapi dalam perkara peran kehidupan, lelaki dan wanita tidaklah 'setara'. Sama seperti tidak setaranya fungsi dari celana dan kemeja. Kita tidak mungkin memaksakan memakai kemeja di kaki, karena kemeja secara fungsi dan 'kodrat' diciptakan untuk menutupi tubuh bagian atas. Tidak mungkin bagi kita memaksa memakai celana di bahu. Karena fungsi dari celana itu untuk menutupi tubuh bagian bawah.

 

4

Lelaki dan wanita punya peran masing-masing bukan untuk 'menunjukan' superioritas satu pihak terhadap pihak lain. Keduanya hadir dalam sinergi dan kerjasama untuk menciptakan harmoni. Keduanya hadir untuk menutupi kekurangan satu sama lain. Lelaki membutuhkan wanita untuk sesuatu yang tidak bisa dia lakukan, pun wanita membutuhkan lelaki untuk sesuatu yang tidak mungkin dia tanggungkan.

 

5

Hal inilah yang dirusak oleh kaum feminis dan liberal. Mereka berpikir bahwa lelaki dan wanita harus setara dalam segala hal. Mereka berpikir bahwa sudah saatnya mengubah 'diskriminasi' terhadap wanita. Padahal, apa yang mereka sebut sebagai 'diskriminasi' adalah harmoni yang begitu indah.

 

6

Mereka berpikir sudah saatnya wanita bekerja sesuai dengan pasionnya. Padahal, wanita tidak pernah dilarang untuk bekerja. Hanya saja, wanita diharapkan bisa bekerja sesuai dengan kodrat dan kemampuannya. Wanita boleh menjadi apa pun untuk mengaktualisasikan dirinya selama tidak menyalahi 'aturan' Tuhan yang lebih tahu tentang kemampuan wanita. Apakah mungkin bagi wanita untuk bekerja mengayuh beca, menjadi tukang aduk semen, misalnya. Karena memang tugas lelaki bekerja untuk yang berat-berat.

 

7

Saya menyoroti radikalisme dari kaum feminisme itu sendiri. Bukan berarti saya tidak menyukai konsep kesetaraan antara kaum lelaki dan wanita. Setara bukan berarti sama. Setara artinya sejajar. Sejajar dalam hukum, hak dan kewajiban. Sementara sama artinyaserupa. Memperjuangkan kesetaraan bukan berarti menuntut wanita untuk menjadi sama seperti kaum lelaki, tapi mendukung perempuan dan lelaki mendapatkan hak yang setara dalam pendidikan, kesempatan kerja dan hukum. Penyamaan laki-laki dan perempuan dalam feminisme, merupakan penghinaan terhadap kodrat manusia, sebab wanita dipaksa mengikuti fitrah laki-laki.

 

8

Kemudian layakkah menggaungkan istilah ‘feminisme islam?’ Saya pikir islam tidak membutuhkan konsep feminisme yang seakan menunjukan islam kurang memperhatikan isu-isu tentang wanita. Jauh sebelum ide feminisme barat itu muncul, islam telah mengangkat harkat dan martabat wanita itu sendiri. Sehingga tanpa ada embel-embel feminism pun, islam telah menjadi simbol dari kemuliaan dan kemerdekaan kaum wanita.  Untuk menghargai hak perempuan tak perlu mengikuti feminisme. Berislam secara kaffah, merupakan cara untuk menghargai makhluk Allah sesuai kepatutannya. Perempuan berpendidikan pun adalah warisan dari islam itu sendiri. Sehingga kita tidak butuh gerakan feminism.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment