18 Feb 2021

LOGIKA NYELENEH KAUM ATHEIS/SEKULER

 (1)

"Jika seandainya agama menjadi hukum positif, itu nonsense. Kau lihat siapa para koruptor? Mereka adalah orang-orang yang mengaku beragama. Jadi, agama tidak berpengaruh pada moral seseorang."

Ini adalah satu komentar nyeleneh dari belasan komentar-komentar nyeleneh lainnya yang saya perhatikan dari para sekuleris/atheis yang anti terhadap hukum positif agama. Maka dari artikel pendek ini, saya ingin membantah komentar ngawur tersebut.

Pertama, hal yang sama bisa saya lontarkan kepada para sekuleris. Karena mereka tidak memiliki dan tidak meyakini konsep surge/neraka, hukuman dan pahala, maka bisa saja kaum sekuler melakukan korupsi dan tindakan amoral lainnya dengan alasan mereka tidak akan masuk neraka. Karena tidak percaya hukum Tuhan.
Kedua, mereka yang mengaku beragama tapi melanggar etika sejatinya mereka tidak taat pada agama. Karena agama hadir justru untuk mengawal moral dan nilai.

Ketiga, seseorang yang melekat pada ajaran agamanya, maka dia akan selalu waspada dan selalu merasa diawasi oleh hukum positif dan nilai-nilai Tuhan. Ketika dia berbuat keburukan, maka Tuhan akan menghukumnya dan ketika dia berbuat kebaikan Tuhan akan mengganjarnya. Ini semacam nilai positif yang luar biasa untuk mendorong dan memotivasi seseorang untuk selalu berada dalam kebaikan dan menghindari keburukan.

Keempat, jika mereka memandang bahwa orang sekuler/atheis lebih beradab dan memiliki nilai kemanusiaan yang baik dibandingkan para penganut agama, mareka salah besar. Di Negara-negara mana pun, orang baik dan buruk itu ada. Termasuk dalam komunitas orang sekuler dan orang yang mengaku beragama. Sehingga sangat konyol jika mereka menyerang orang yang beragama hanya karena segelintir orang yang tidak bermoral yang mengaku beragama.
 

 (2)

"Agama hanya menimbulkan peperangan dan kekejaman.”

Itulah kalimat yang terlontar dari seorang atheis yang selalu memandang agama sebagai sumber dari segala masalah di dunia. Mereka berpikir, karena agama yang menjadi sebab terjadinya perselisihan, peperangan, kebencian dan label ‘salah’ dan benar’ dalam kehidupan social manusia.

Kemudian mereka memberikan bukti perang Salib, pemboman tempat-tempat ibadah, penyembelihan mereka yang berbeda keyakinan dan berbagai macam aksi kekerasan atas nama agama.

Tapi benarkah barbarism hanya ada dalam pribadi-pribadi yang mengaku beragama?

Kita lihat!

Tidaklah mereka tahu bahwa Amerika menggempur Libya, Iraq dan Afghanistan bukan karena agama mereka, tapi dengan alasan untuk memperjuangkan demokrasi. Bahkan, demokrasi pun berlumuran darah.

Tidaklah mereka tahu bahwa komunisme Uni soviet dan Tiongkok telah mengorbankan jutaan ummat manusia. Dan komunisme tak kenal agama.

Tidakkah mereka melihat bahwa Nazi telah memusnahkan manusia di kamp-kamp konsentrasi. Dan Nazi itu sendiri tidak terlalu lekat dengan label agama.

Jadi, perang atau aksi sektarian itu bukan salah agama, tapi para jiwa durjana yang tidak mengenal dengan baik ajaran agama. Bahkan orang tidak beragama semacam komunis saja lebih barbar dan sadis dari mereka yang beragama sekalipun.

Tidakkah mereka sadar bahwa pada sejatinya bahkan atheis itu sendiri telah menjadi agama baru bernama agama ‘atheis’. Mereka menganggap diri mereka yang paling benar karena bersikap netral dalam keyakinan. Justru mereka terjebak pada sikap yang sama.

Ketika mereka melecehkan agama, maka disaat yang sama mereka telah memantik permusuhan. Ketika mereka menganggap atheis yang paling benar, maka hal itu bisa mengundang kebencian dan perdebatan. Tidak ada yang netral. Setiap ideology bisa berpotensi menimbulkan sektarianisme, termasuk mereka yang mengaku atheis itu sendiri.

 (3)

“Adakah ilmuwan beragama yang mendapatkan nobel penghargaan dan mendapatkan pengakuan dunia,” sesumbar seorang atheis dengan nada pongah nan sombong.

Saya hanya bisa tersenyum simpul demi melihat kesombongannya. Karena barangkali dia belum mengenal nama-nama ilmuwan muslim semacam Ibnu Sina, al-Khawarizmi, Ibnu Khaldun dst.

Bahkan, barangkali para ilmuwan sekuler dan atheis tersebut justru mempelajari teori-teori dan rumus yang telah dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim abad pertengahan. Bahkan ilmuwan-ilmuwan muslim itulah yang telah menjadi sebab cahaya peradaban datang ke Eropa.

Ibnu Sina adalah seorang filsuf yang terkenal di dunia medis. Dia bahkan dijuluki sebagai bapak Kedokteran Modern

Al – Zahrawi adalah Bapak ilmu bedah modern. Dia berhasil mengenalkan catgut (benang) sebagai alat untuk menutup luka.

Al – Khawarizmi adalah ahli matematika Islam yang dikenal sebagai penemu aljabar. Selain itu, ilmuwan asal Persia ini juga menemukan algoritma dan sistem penomoran dan memperkenalkan angka Nol yang tidak dikenal di masa Romawi

Abbas ibn Firnas sebagai orang pertama yang menemukan pesawat terbang sekaligus manusia pertama yang berhasil terbang. Padahal pada tahun 9 Masehi, Abbas ibn Firnas sudah berhasil mendesain alat yang memiliki sayap untuk terbang layaknya kostum burung.

Ibnu Al Haytham dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Book of Optics) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik.

Demikianlah beberapa ilmuan muslim dan penemuan-penemuannya yang sangat berdampak baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi dunia. Semoga bisa menjadi contoh bagi kita khususnya generasi muda muslim bahwasanya mempelajari ilmu pengetahuan itu sangatlah penting.

Dan masih banyak belasan nama-nama lainnya yang dikenang sejarah.

Jadi, sebelum bertanya tentang ‘siapa yang mendapatkan hadiah nobel dari ilmuwan muslim?’ kamu (para atheis yang lack of knowledge) harus membaca sebanyak yang kalian bisa. Bahkan, ada muslim kontemporer yang menerima hadiah nobel jika kamu mampu mengorbankan sedikit kuota internetmu untuk itu.

Yang sebenarnya, mereka hanya merasa imperior dengan kemajuan barat dan membuat satu pola opini di benak mereka bahwa sumber kemunduran itu berasal dari agama. Hmm.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment