#BULLYING
ANAK HARAM (1)
Rendi memang anak lemah. Dia tak bisa melawan kejahilan teman-teman sekelasnya. Untuk urusan membela diri, dia tidak tahu bagaimana caranya dan seperti apa. Yang jelas, dia hanya bisa diam dan tak mau melawan. Lebih tepatnya tak berani melawan.
"Hei, Rendi anak lont*!" seru Taufik sembari menimpuk kepala Rendi dengan kertas buku tulis yang sudah digulung membentuk bola. Ah, rasanya dilempar bola kertas sudah menjadi menu harian bagi Rendi. Jika tidak Taufik yang melakukannya, maka Alan, Boy, Agan dan Rasid akan dengan senang hati mengganggunya dengan cara apa pun yang mereka bisa.
Mereka selalu mengejek Rendi dengan sebutan anak lont*, anak jadah atau semisalnya. Mereka bilang Rendi lahir tanpa ayah sehingga dia pantas disebut sebagai anak haram. Tapi di pengajian Rendi pernah mendengar Ustadz Abdullah berkisah tentang Siti Maryam yang konon katanya melahirkan anaknya yang menjadi seorang nabi tanpa ayah.
Karena rasa penasaran, Rendi pernah bertanya kepada ustadz Abdullah, "Ustadz, apakah aku juga seperti Kangjeng Nabi Isa yang dilahirkan tanpa bapak?"
Ustadz Abdullah tampak terkejut mendengar pertanyaan si Rendi kecil. Tapi kemudian roman wajahnya berganti dengan senyuman yang meneduhkan.
"Rendi, tidak ada yang sama dengan Kangjeng Nabi Isa dan ibunya, Siti Maryam."
"Tapi kata teman-temanku, aku juga dilahirkan tanpa ayah," sergah Rendi tak terima. Tadinya dia ingin berbangga diri. Kelak, jika ada teman-teman yang mengejeknya dengan sebutan anak haram atau anak jadah, dia bisa menyergah mereka, bahwa dia seperti Kangjeng Nabi Isa.
"Kangjeng Nabi Isa dilahirkan tanpa bapak sebagai keistimewaan yang diberikan Gusti Allah kepada Siti Maryam. Dan tidak akan pernah ada yang menyamai Siti Maryam. Tak akan lagi orang seperti nabi Isa."
Harapan Rendi pupus, dia menghela napas panjang.
Sejak saat itu Rendi selalu bertanya kepada Masita, emaknya yang selama ini membesarkannya seorang diri.
"Dimana bapak?"
Masita hanya diam tercenung dan mencoba menyibukan diri dengan ubi dan singkong yang dia dapatkan dari kebun Bu Lastri. Hari itu Bu Lastri memintanya membersihkan kebun di belakang rumahnya dengan upah setumpuk ubi dan singkong yang cukup untuk menu makan tiga hari.
"Mak, Mak dengar tidak? Siapa bapakku?"
Masita yang sedari tadi berusaha acuh tak acuh akhirnya mengangkat muka. "Kenapa kamu tiba-tiba tanya tentang bapakmu?"
"Karena teman-teman menanyaiku."
"Kau tak perlu menghiraukan pertanyaan mereka!" gertak Masitah, tangannya kembali mengupas singkong-singkong itu untuk kemudian direbus. Masih ada sedikit minyak yang bercampur jelantah di botol. Masitah berpikir untuk membuat singkong goreng untuk menu makan mereka.
"Memangnya aku tidak boleh tahu siapa bapakku?" Rendi tak mau menyerah. "Aku lelah disebut sebagai anak haram."
"Kamu memang anak haram!" Masitah sudah habis kesabaran. Dia banting dua buah singkong berukuran sedang yang hendak dia potong. "Berhentilah menanyaiku tentang bapakmu. Apa pentingnya kamu mengetahui lelaki bajingan itu!"
Ada air mata yang menganak sungai di kedua pelupuk mata Masitah. Jika sudah melihat emaknya menangis, Rendi tak berani lagi bertanya. Dia berpantang untuk membuat emaknya marah dan menangis. Dia berjanji tidak akan menanyai emak dengan pertanyaan tersebut. Tapi tetap saja, di kepalanya selalu bermain sebuah tanya: Siapa bapakku?
29 Jan 2021
Bullying
January 29, 2021
By:
Husni
Husni
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.
you may also like
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
New Post
recentposts
social counter
[socialcounter]
[facebook][#][215K]
[twitter][#][115K]
[youtube][#][215,635]
[dribbble][#][14K]
[linkedin][#][556]
[google-plus][#][200K]
[instagram][#][152,500]
[rss][#][5124]
My Tweet
Blog Archive
About this blog
HusniMagazine
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis..
husnimubarok5593@gmail.com

No comments:
Post a Comment