Seorang ibu melangkahkan kakinya dengan terseok, mendatangi rumah anak lelakinya dengan perasaan segan. Tapi karena desakan kebutuhan, pada akhirnya dia ikuti juga kehendak sang kaki. Hingga tak berapa lama dia sudah berdiri di ambang pintu, mengetuk daun pintu dan tak berapa lama, anak lelakinya yang gagah dan selalu dia banggakan muncul di pintu.
“Ada apa, Mak?”
Ada rona warna merah di wajah sang ibu karena rasa malu dan segan yang tiba-tiba saja merayap di hatinya, “Emak mau pinjam uang nak. Itu pun kalau ada. Emak mau ngasih bekal adikmu di pesantren. Tapi uang BLT tak turun juga.”
Anak lelaki sang ibu berubah menjadi agak muram. Kenapa ibunya datang di saat yang tidak tepat? Dia hanya mengantongi uang lima ratus ribu yang hanya cukup untuk seminggu. Jika sebagian uang itu dia berikan kepada ibunya, tentu istrinya akan mengeluh.
“Nanti mak, aku mau izin dulu sama istri!” tegas si anak lelaki dan masuk ke dalam dengan hati dongkol. Seakan iya berat untuk mengiyakan, karena belum tentu istrinya juga mengiyakan.
Di ruang tengah, si anak lelaki tiba-tiba tertegun. Entah kenapa kedua bola matanya tertumbuk pada botol-botol susu formula anaknya yang tergeletak di atas karpet. Satu dus susu formula dibanderol seharga 50 ribu. Jika satu hari habis satu dus, itu artinya sebulan habis 1,5 juta. Dikali dua tahun, total 36 juta.
Kemudian lelaki itu berpikir, bagaimana dulu dia telah tumbuh dengan ASI sang ibu. Harganya tak terhingga, super steril dan diberikan dengan penuh kasih sayang. Andai dia harus membayar air susu sang ibu untuk dua tahun itu plus kasih sayangnya yang diberikan sepanjang dia tinggal seatap, berapa yang harus dia bayar?
Lelaki itu berkaca-kaca. Dia berbalik menatap sang ibu dengan mata sendu.
“Mak, dirimu telah memberikan semua kasih sayang yang tak terhingga. Semuanya kau berikan tanpa pamrih. Dan semua itu kuterima dengan gratis. Maafkan anakmu ini yang tak tahu balas budi.”
Segera ia memeluk ibunya dengan hati yang gerimis. Kemudian memberikan semua uang yang tersisa di dompetnya. “Mak, jangan berkata pinjam lagi yaa. Hartaku adalah harta milikmu. Doakan anakmu agar selalu berbakti kepadamu.”
Sambil berkaca karena didera haru, sang ibu berkata, “Engkau tidak pernah terlewat dari doa-doaku, Nak.”
Mari kita doakan ibu, emak, mama, bunda kita. Semoga mereka diberi kesehatan, keberkahan dan kekutan. Semoga kita diberi kemampuan, kesempatan dan kesadaran untuk selalu membahagiakan mereka.
2 Dec 2020
AKU MAU MINTA IZIN DULU KE ISTRI, MAK
December 02, 2020
By:
Husni
Husni
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.
you may also like
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
New Post
recentposts
social counter
[socialcounter]
[facebook][#][215K]
[twitter][#][115K]
[youtube][#][215,635]
[dribbble][#][14K]
[linkedin][#][556]
[google-plus][#][200K]
[instagram][#][152,500]
[rss][#][5124]
My Tweet
Blog Archive
About this blog
HusniMagazine
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis..
husnimubarok5593@gmail.com

No comments:
Post a Comment