Saat itu aku sedang membaca buku
kumcer karya anak-anak FLP di pojokan pesantren. Tepat di bawah pohon nyiur di
samping kolam lele. Sesekali aku tertawa terbahak-bahak karena membaca hal-hal
konyol dari cerpen komedy yang saya baca.
Seorang teman memandangku dengan
tatapan aneh, ‘Kamu udah stres kayaknya, Hus.”
Oke, stop memanggil saya dengan
panggilan ‘Hus.’ Itu terdengar seperti mengusir seekor ayam yang masuk ke dalam
rumah alih-alih memanggil seorang teman. Eheh
“Ini ceritanya lucu banget. Ana
sampe sakit perut bacanya.” Timpalku dengan nada antusias.
Temanku hanya menggelengkan
kepala dan dia tidak pernah mengerti betapa membaca ternyata bisa membuat kita
menangis dan tertawa.
Di lain kesempatan, pamanku di rumah pernah
melihatku menenteng novel tebal dan berkomentar, “Buku apa itu?”
“Novel.” Karena dia tidak tahu
apa itu novel, maka aku ralat dengan definisi lain dari novel, “Buku cerita.”
“Ayeuah, emang kamu kuat baca
cerita setebal itu?”
Dia tidak mengerti bahwa membaca
novel setebal apa pun tidak meninggalkan beban, tidak seperti membaca buku-buku
serius yang membuat kening berkerut. Bahkan dengan membaca novel atau
sejenisnya, saya menemukan kesenangan dan hiburan tersendiri. Scene demi scene
yang diceritakan oleh si penulis tergambar jelas di imajinasi kita. Kita juga
mereka-reka seperti apa tampilan para tokohnya dan bagaimana karakter mereka. Bahkan
aku berani mengatakan, membaca novel lebih seru dibanding menonton film, meski
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Ini artinya, membaca menghiburmu.
Mungkin mata kita bisa dihibur
dengan suguhan keindahan dan hal-hal yang menyegarkan pandangan mata. Mungkin kita
bisa berekreasi ke tempat-tempat wisata demi menghilangkan penat setelah lima
hari berkutat di meja kerja. Tapi bagi para pecinta buku, satu dua buah novel
sudah lebih dari cukup sebagai pelarian kepenatan di akhir pekan. Ditambah dengan
secangkir kopi, tempat tidur atau kursi yang cozy dan sealbum lagu yang
menenangkan.
Bagi saya, rekreasi terbaik
adalah buku. Maka jangan heran jika saya menghabiskan banyak waktu weekend
untuk membaca alih-alih rekreasi ke luar.
Mungkin rekreasi bisa menghibur
dan menyegarkan mata, tapi bagi saya buku bisa menyegarkan akal dan pikiran. Karena
akal dan pikiran hanya bisa dihibur dan dilengkapi dengan buku-buku yang
dibaca. Pikiran tidak akan pernah berpaling dari buku karena disitulah dia
menemukan ketenangan, kebahagiaan dan hal-hal baru yang menakjubkan. Ehm, so
filosofis ya.
Satu lagi, buku adalah nutrisi
bagi jiwa dan akal sebagaimana makanan nutrisi bagi otot dan organ tubuh.
No comments:
Post a Comment