MELEPASKAN
"Kak, kenapa kakak masih tetap bertahan bersama dia. Padahal sudah berkali-kali dia mengkhianati cinta kakak dan mendzalimi kakak?" tanya seorang adik kepada kakak perempuannya yang kembali lagi kepada suaminya setelah sang suami meminta rujuk. Itu adalah perpisahan yang ketigakalinya dan sang suami datang sebelum masa iddah berakhir.
Sang adik sangat tahu, bahkan lebih dari tahu bahwa kakaknya selalu menjadi korban dari iparnya tersebut. Kekerasan fisik, diselingkuhi dan beberapa kali ditelantarkan.
Apa jawab sang kakak?
"Kakak masih cinta sama dia, dek. Kakak memaafkan dia. Kakak hanya berharap suatu saat dia bisa berubah. Kakak sudah terlanjur jadi istri dan punya anak dari dia."
Sang adik hanya menggelengkan kepala dan tak habis pikir dengan kesabaran kakaknya itu. Dia tak tahu dari apa hati sang kakak diciptakan.
Fragmen di atas hanya contoh dari beberapa kisah nyata yang saya temui di kehidupan nyata.
Saya tidak menyalahkan keputusan 'sang kakak' untuk bertahan. Mungkin ada banyak pertimbangan yang dia pikirkan sehingga lebih memilih untuk bertahan bersama pasangan yang toxic.
Mungkin karena pertimbangan anak-anak yang membutuhkan figure anak. Karena bagaimana pun juga anak-anak membutuhkan sosok ayah meskipun ayah mereka seorang bajingan.
Mungkin karena pertimbangan nafkah. Karena bisa saja dia tak memiliki sumber penghasilan sehingga jika bercerai dia akan merasa kelimpungan membiayai kebutuhan hidup dia dan anak-anaknya.
Mungkin karena pertimbangan belum tentu setelah bercerai ada yang mau menikahinya lagi. Sehingga dia takut tidak menemukan tambatan di lain hati.
Tapi jika memang sudah tak kuat menanggung derita, maka tak ada alasan selain berpisah. Melepaskan dia dan melepaskan diri dari rasa bergantung kepadanya. Itu yang terbaik, meski saya tidak menyalahkan mereka yang sabar tetap bertahan.
Cinta itu adalah untuk membahagiakan, bukan untuk membuatmu sakit. Cinta itu memerdekakan, bukan memperbudakmu. Jika cinta membuatmu menderita, itu bukan cinta.
Jika kamu berasumsi itu 'pengorbanan atas nama cinta' maka itu salah besar. Karena pengorbanan selalu memiliki harga yang sepadan. Seseorang berkorban merawat pasangannya yang sakit adalah harga yang sepadan karena ada kesetiaan. Seseorang yang berkorban harta untuk pasangannya adalah harga yang sepadan karena dia menemukan rasa percaya dan nyaman.
Tapi bertahan ketika didzalimi dan dikhianati itu bukan pengorbanan. Itu hanya mendzalimi diri sendiri atas nama cinta.
#LoveJournal
No comments:
Post a Comment