SAYA PERNAH DEPRESI (1/2)
Jujur, saya pernah mengalami depresi. Dulu saya pernah jadi korban bullying di sekolah sehingga hal itu membuat saya menjadi siswa yang kuper, pendiam sekaligus penakut. Dulu, saya juga pernah dilecehkan. Hal itu terus menerus membayangi alam bawah sadar saya dan membekas di dalam ingatan.
Sampai-sampai saya sering mengalami tremor dan vertigo ketika memikirkan hal itu. Saya juga pernah mogok sekolah karena rasa takut itu. Sampai-sampai emak saya bingung bagaimana caranya saya bisa dibujuk untuk sekolah. Silakan tanya kepada emak saya. Dulu saya termasuk anak yang malas sekolah dan lumayan bodoh.
Kejadian itu terjadi ketika saya kelas 1 dan 2 SD. Saya masih bocah, bahkan belum tahu konsep apa itu iman. Apa itu depresi. Saya hanya bocah yang tidak tahu apa-apa yang harus menghadapi kejamnya bullying di sekolah.
Kejadian itu terus terulang. Bertahun-tahun. Diplonco hanya karena saya kerempeng. Permen karet yang menempel di celana dan rambut sudah biasa. Buku disobek dan pensil disembunyikan sudah tidak terhitung. Saya jadi bocah penakut. Bahkan (ini adalah pertama kalinya saya speak up tentang masa lalu saya), saya pernah dilecehkan secara seksual ketika usia 5 tahun oleh tetangga sendiri yang masih berusia 14 tahun.
Sebelumnya, saya belum pernah menceritakan ini dengan alasan ini aib masa lalu saya. Tapi saya kemudian berpikir saya korban. Sehingga bukan aib jika saya speak up tentang hal ini. Saya tidak mengatakan apa pun kepada ortu karena saya tidak mengerti apa pun.
Tapi Alhamdulillah, sekarang saya baik-baik saja. jadi jangan khawatir ya. Saya sudah melalui semua itu dan sudah meyakinkan diri saya bahwa saya sudah berdamai dengan masa lalu saya.
Oh iya, tentang bullying, semua berhenti dengan sendirinya ketika saya menginjak kelas 4. Alhamdulillah.
Saya masih ingat, ketika menginjak kelas 4, saya suka baca buku-buku agama miliki kakak ipar saya. Waktu itu saya membaca buku tentang ruqyah yang ternyata bisa menyembuhkan penyakit fisik dan psikis.
Ketika saya mengalami vertigo, saya kemudian terpikir tentang metode ruqyah dengan media air. Saya ambil air di cangkir, merapal tiga surat terakhir dan ayat kursi, kemudian saya tiupkan ke dalam air dan meminumnya dengan keyakinan penuh. Voila! Berangsur-angsur vertigo hilang. Syaraf leher saya mengendur. Kepala saya tak lagi terasa berputar. Begitulah, setiap kali leher saya tegang dan mengalami sakit kepala, saya rutin melakukan ruqyah mandiri. Bahkan sekarang saya tidak mengalami gangguan syaraf tersebut.
Saya percaya depresi itu tidak ada sangkut pautnya dengan Iman. Tapi saya percaya, orang depresi yang beriman akan segera bersandar kepada Allah ketika ujian hidup itu datang.
No comments:
Post a Comment