Disarikan dari kajian ustadz Saad Tasleem
Banyak sekali terjadi kesalahpahaman memahami cinta dan
maknanya. Sehingga rasanya perlu bagi Husni-magz untuk membuat intisari dari kajian
yang saya simak lewat video Saad Tasleem. Seoran gdai muda dari Amerika serikat
ini menjelaskan kepada kita 8 kesalahpahaman tentang cinta. Tulisan ini tidak merepresentasikan 100% apa yang disampaikan ustadz. Saya hanya memuat point-point yang saya dapatkan disertai dengan sedikit penambahan dan penyesuaian.
Cinta dan Hasrat
Banyak orang yang beranggapan bahwa cinta itu adalah hasrat
dan gairah yang muncul ketika melihat lawan jenis. Ketika ini terjadi,
romantisme muncul di benak kita dengan bertabur kisah ala Bollywood. Padahal,
cinta tidak selalu tentang hasrat birahi. Memang itu menjadi penanda cinta,
tapi dia bukan segala-galanya.
Cinta ini akan muncul seiring berjalannya waktu. Kita semua
tahu bahwa ketika pasangan menikah, Allah (SWT) menempatkan rahmat dan cinta
dalam hati mereka. dan seiring berjalannya waktu, ketika mereka menghabiskan
lebih banyak waktu bersama, cinta mereka akan tumbuh lebih kuat.
Kaum muda kebanyakan membuat keputusan tentang memilih
pasangan yang tepat berdasarkan hasrat dan rasa suka di awal.
Suatu ketika ada seorang lelaki datang kepada Saad Taslim dan
berkata bahwa dia ingin menikah dengan seorang gadis. Dan dia tahu betul bahwa
perempuan itu tidak begitu religious dan boleh dibilang jauh dari tuntunan
agama.
Kemudian ustadz Saad bertanya, “Kenapa Anda mengejar
seseorang yang tidak religious? wanita yang akan Anda nikahi, ia akan menjadi
ibu dari anak-anak Anda, apakah Anda pikir ia dapat membesarkan anak-anak Anda
dengan baik dan apakah Anda merasa nyaman dengan gagasan itu?”
Kemudian, ustadz meminta saudara laki-laki untuk pergi dan
memikirkannya. Dan lelaki itu kemudian memberi tahu ustadz bahwa dia tidak
berpikir sejauh itu.
Jadi masalahnya adalah bahwa orang muda tidak memiliki
rencana jangka panjang ketika mereka ingin menikah.
Mereka memiliki asumsi bahwa pihak lain akan berubah
Mereka berpikir bahwa mereka bisa mengubah suami / istri
mereka. Seperti, mereka mengatakan sebagai "Cinta mengalahkan
segalanya". Tetapi, setelah tahap bulan madu semua tidak sesuai dengan
harapan. Mereka akan merasa sangat sulit untuk mengubah orang tersebut. Saya
akan mengatakan kepada pasangan muda yang ingin menikah bahwa pikirkan/atau
miliki dalam pola pikir bahwa mereka tidak akan berubah sama sekali, dan jika
Anda masih tertarik untuk menikahi mereka, maka menikahlah dengan mereka".
Dia Setengah Agama Saya
Dengan menikah saya telah menggenapkan setengah agama saya. Mungkin
ungkapan ini sudah tidak asing. Memang ada benarnya, karena dengan menikah
seseorang bisa menjaga kehormatannya dan memperbaiki din-nya. Mereka saling
melengkapi kekurangan mereka masing-masing dengan kelebihan yang dimiliki oleh
masing-masing diantara mereka.
Tapi tidak selamanya agama kita bergantung pada pasangan
hidup. Justru terkadang pasangan hidup menjadi ujian terhadap agama kita.
Nilai diri kita yang sejati adalah sejauh mana hubungan kita
dengan Allah. Dengan atau tanpa adanya pasangan, kita bisa membangun hubungan
kita dengan Allah subhanahu wata'ala. Jika, orang itu menaruh harga diri mereka
dalam kesalehan atau hubungan dengan Allah (SWT), mereka akan diamankan dalam
hubungan tersebut. Mereka tidak akan membutuhkan pengingat dan pujian terus-menerus dari pasangan.
Pasangan Jiwa yang Sempurna
Kebudayaan pop atau drama romantis membius kita tentang
romantisme yang membius. Dan, setelah Anda bertemu orang itu, semuanya akan
menjadi sempurna. Dan, itu akan seperti bollywood, akan ada kembang api di
belakang dan Anda akan tahu bahwa itu orang yang tepat.
Seorang wanita muda pernah mendatangi ustadz Saad Tasleem dan
bertanya, “Syaikh, apakah setiap orang sudah dijamin pasangan hidupnya?”
“Jika Anda berpikir bahwa jodoh itu adalah mereka yang
sempurna di matamu, pangeran berkuda putih yang akan membawakanmu bunga, yang
selalu mengerti dan memahami karaktermu, yang memenuhi semua syarat yang kamu
miliki, maka kamu tidak akan pernah memiliki jodoh.”
“Namun, jika Anda berpikir belahan jiwa sebagai seseorang
yang Allah telah tetapkan untuk Anda dan Anda dapat melanjutkan hubungan dengan
menerima kekurangan yang dia miliki, maka itulah belahan jiwamu.”
Di lain kesempatan seorang perempuan datang kepada ustadz
Saad Taslim dan berkata dia memiliki masalah dengan suaminya.
Dia berkata, “Saya pikir saya menikahi orang yang salah”.
Kemudian, ketika Syaikh menanyakan alasannya, maka dia menjawab, “Saya pikir
dia bukan jodoh saya”. Dan, masalah mereka sangat sepele, saudari itu hanya
berpikir bahwa suaminya tidak dapat berpikir seperti dia dan semacamnya.
Jika Anda telah menemukan pasangan Anda, apa pun keadaannya,
maka semuanya akan sempurna. Mencari kesempurnaan itu masalah besar yang sulit
untuk diwujudkan. Jangan menjadi seorang perfectionist dalam memutuskan memilih
pasangan.
Tidak ada orang yang sempurna. Bahkan jika Anda mencari pasangan yang sempurna sepanjang
sisa hidup Anda, maka Anda tidak akan bisa menemukannya. Jika Anda menemukan
seseorang yang dalam pandangan Anda sempurna, kemudian Anda menikahinya, maka
Anda akan segera merasa kecewa karena setelah menikah Anda menemukan banyak
kekurangan darinya.
Mencintai itu Membutuhkan Usaha
Orang berasumsi bahwa cinta mereka tidak membutuhkan usaha.
Tapi, cinta itu sebenarnya membutuhkan usaha. Ini bukan hanya hubungan antara
suami / istri tetapi termasuk hubungan dengan orang tua Anda di mana cinta itu
lahir. Anda dapat membangun hubungan dengan orang tua Anda dengan mematuhi dan
menghormati mereka. Atau, Anda dapat mengurangi cinta dengan tidak sopan
terhadap mereka.
Bahkan, jika dengan hubungan dengan Allah (SWT), kita dapat
meningkatkan cinta dengan taat kepada Allah, melakukan lebih banyak ibadah
kepada Allah (SWT) dll. semakin Anda tidak mematuhi Allah (SWT) dan mengabaikan
kewajiban, cinta Allah akan berkurang.
Nah, ini baru cinta dengan Allah subhanahu wata'ala. Bagaimana
dengan cinta terhadap sesama manusia? Tentunya juga membutuhkan usaha untuk
menumbuhkan, merawat, dan meningkatkan kadarnya.
Cinta Bersyarat
Sebenarnya cinta itu membutuhkan syarat. Cinta tanpa syarat
biasanya cinta buta yang tidak melihat sisi baik dan buruk. Justru ketika kita
menambatkan hati kita kepada seseorang, itu karena kita melihat kebaikan pada
dirinya. dan kebaikan itu sebagai syarat kita membolehkan cinta itu ada pada
diri kita.
Sebagai contoh, di dalam islam ada anjuran untuk menikahi
orang yang baik agamanya dan ini adalah syarat. Seseorang tidak boleh menikah
dengan orang kafir meski orang tersebut menarik hatinya. Ini syarat.
No comments:
Post a Comment