Pada pertemuan kedua kali ini, kita akan membahas tentang Pentingnya Membuat Mind Maping Dalam Dunia Kepenulisan
Tapi sebelum membahas lebih jauh, saya ingin bertanya, 'pernah nggak sih teman2 semua ngerasa nge-blank ketika ingin menulis sesuatu. Mungkin nggak tahu harus nulis kalimat pertama seperti apa, atau bingung membuka paragraf pertama.
Dalam kasus lain, kita mungkin pernah mengalami blank di tengah-tengah aktifitas menulis. Tiba-tiba aja stuck gitu.
Nah, keadaan seperti ini biasa dikenal sebagai 'writers block'. Ini adalah kondisi dimana kita telah 'kehabisan kata-kata, kehabisan ide, atau benar-benar bingung untuk melanjutkan tulisan yang kita buat.
Saya sering sekali mengalami writers block atau ide yang mentok dan nggak tahu bagaimana nasibnya. Jika sudah begitu, saya biasanya mengendapkan tulisan saya dan akan melanjutkannya ketika ‘wangsit’ sudah muncul. Saya bisa mengendapkannya selama satu hari, bahkan satu minggu. Setelah itu saya membaca ulang tulisan saya, dan ide lanjutan itu bisa saja muncul ketika saya membaca ulang tulisan beberapa hari yang lalu.
Jika masih belum juga muncul, saya biasanya kembali membaca ulang draft dan akan melanjutkannya apa pun hasilnya. Anehnya, tiba-tiba saja ide itu muncul di tengah proses menulis. Terkadang si ide nyelonong masuk ketika ada komentar-komentar dari para pembaca di facebook. Biasanya ini terjadi ketika menulis cerbung yang sudah barangtentu setiap part akan mendapatkan komentar (kalau beruntung cerita tersebut digemari. Ehehe)
Jika saya menulis opini atau artikel, justru ide-ide berletupan tak terbendung. Satu artikel memancing ide untuk artikel lain begitu seterusnya. Sebagai contoh adalah apa yang saya alami di bulan kemarin. waktu itu saya menulis tentang harga buku yang melangit karena adanya pajak buku dan penerbitan. Eh, tiba-tiba otak saya langsung konek untuk membahas tentang pajak. Akhirnya saya pun menulis artikel selanjutnya yang bertajuk ‘antara pajak dan palak.’ Kemudian saya tercenung, kok bisa ya satu artikel bisa ngasih ide ke artikel yang lain? Akhirnya lahirlah artikel ini. Jadi, begitulah bagaimana ide itu beranak pinak di benak saya.
Intinya, kita bisa membuat ide-ide itu berkembang dan beranak pinak dengan tiga hal.
1. Dengan berpikir jeli dan mengasah kepekaan
2. Membuat mind maping
3. Membaca banyak referensi
4. Membuat outline
Sebagaimana ketika kita mengajukan judul skripsi kepada dospem (yang pernah jadi mahasiswa pasti ngerti lah ya), kita harus tahu dulu rumusan masalah dari judul skripsi kita. Pun ketika kita ingin membuat karya tulis lainnya, terutama ketika membuat sebuah buku.
Kita harus tahu dan memahami betul apa yang akan kita tulis
Kita harus menguasai betul tema yang akan kita tulis
Kita harus mempersiapkan betul referensi sebanyak yang kita mampu
Setelah itu buat mind maping atau outline/kerangka
Disini saya berikan contoh 'mind maping' yang saya ambil dari pinterest.
Coba perhatikan, judul utamanya kita letakan di tengah2, setelah itu kita bikin kolom2 kecil di sekeliling judul utama sebagai bab atau chapter dari judul utama yang sudah kita tentukan. Setelah itu, kita akan membahas bagian2 kecil dari bab (sub-bab) dengan membuat anak panah lagi. Semakin melebar.
Dengan konsep mind maping ini, kita tidak bingung untuk mengembangkan tulisan. Kita tidak akan mungkin mengalami stuck ketika menulis. Kita juga nggak mungkin bingung harus menulis apa lagi. Karena sudah ada petanya.
Saya sebenarnya tidak pernah memakai outline ketika menulis fiksi. tapi ketika saya membutuhkan detail yang kompleks, tokoh yang bejibun atau alur maju mundur (jangan mikir yang ngeres2 ya 😁). Semakin kompleks sebuah cerita atau konsep tulisan maka kebutuhan terhadap outline/kerangka semakin dibutuhkan.
Tapi untuk tulisan non-fiksi (terutama buku) sudah dipastikan saya selalu mengandalkan outline. Saya bikin kerangkanya dari bab pertama hingga penutup. saya bikin sub bab demi sub bab yang ada di setiap bab.
Akan tetapi kerangka itu kurang memvisualisasi apa yang ingin kita tulis, menurut saya. Jadi saya terkadang membuat mind maping.
Mind maping artinya peta pikiran. Jadi kita membuat peta visual di selembar kertas untuk memvisualisasi apa saja yang akan kita tulis. Dimana saya akan menuliskan ide utama di tengah-tengah, kemudian ide utama itu memiliki ide cabang atau ranting di pinggirnya. Jika menulis fiksi, saya akan memvisualisasikan karakter atau tokoh yang akan saya ceritakan di beberapa kertas. Misal si A karakternya begini dan begini, punya hubungan dengan si B seperti ini, Bla…bla…bla…
Sementara untuk tulisan fiksi saya akan menghubungkan ide utama dengan ide pendukung. gagasan utama berupa bab dengan gagasan turunan berupa sub bab. saya juga memasukan kata-kata kunci yang saya kembangkan.
Tips mind maping ini sangat membantu kita untuk menulis buku. Ya meskipun mungkin kita belum menulis buku, masih dalam tahap keinginan gitu kan, tapi siapa tahu dengan mengetahui konsep ini, kita jadi termotivasi untuk segera menulis.
Kemudian timbul pertanyaan, saya nggak ada niat nulis buku, cuman pengen nulis artikel atau tulisan lepas aja sih. Apa juga mesti pake mind maping?
Tergantung, kalo memang enjoy nulis walau nggak pake mind maping dan outline, ya sah-sah saja. Yang penting tidak ada beban. Tapi kalo memang butuh outline, ya bisa dibikin. Tapi mungkin tidak serumit outline atau mind maping ketika membuat buku.
Kita juga bisa membuat mind maping lewat 5 W 1 H lho. Misal kita punya ide tentang Cinta
Why kenapa hidup butuh cinta.
How
1. Bagaimana mendapatkan cinta
2. Bagaimana cinta mempengaruhi hidup kita
3. Bagaimana cinta bisa begini begitu.
4. Bla...
5.bla...
(Kembangkan sendiri)
Which
Cinta yang seperti apa yang sejati?
Who
Siapa yang harus kita cintai
Dst
Nah, itu hanya contoh ya. Kita bisa mengembangkannya sesuai tema yang ingin kita tulis.
Sekian pemaparan kali ini, semoga membantu dan menginspirasi ya.
No comments:
Post a Comment