13 Mar 2019

Belajar Mengatasi ‘Writer’s Block’ dari Para Penulis Beken



Beberapa penulis mengatakan bahwa ‘writer’s block itu tidak nyata. Menurut mereka, itu hanyalah alasan yang digunakan untuk menunda-nunda daripada mulai mengerjakan proyek penulisannya.

Jangan menunggu ide atau inspirasi itu muncul, tapi undanglah inspirasi itu datang ke dalam benak kita. menulis rutin setiap hari adalah cara terbaik untuk membangun inspirasi yang terus datang berkesinambungan. Jadi tetapkan jadwal untuk menulis di setiap hari kita dan tetapkan untuk mendisiplinkan diri.

Namun, banyak penulis terkenal lainnya tidak akan menganggap saran London sangat membantu. Lihat beberapa penulis terkenal yang mengeluh tentang bagaimana mereka tidak bisa lagi menulis di sini.

Mungkin diantara kita pernah merasakan putus asa untuk melanjutkan sebuah karya tulis atau cerita. Kita hanya bisa menatap layar kosong dan melihat kursor di computer berkedip-kedip laksana sedang mengejek kita yang tengah kebingungan. Kemudian kita mulai mengetik beberapa baris dan setelah beberapa menit kemudian kembali menghapusnya. Kita tidak menemukan kata yang tepat untuk melanjutkannya.

Kita merasa inspirasi mongering dan kita tidak menemukan satu hal pun yang menjadi alasan untuk melanjutkan tulisan kita. pada akhirnya kita mematikan computer kita dengan hati yang jengkel.

Dan kabar gembiranya, pada kesempatan kali ini Husni-magz akan membocorkan pengalaman para penulis internasional dalam menghadapi writer’s block. Bagaimana mereka mampu mengatasi priode kering ide dan pada akhirnya berhasil menjadi penulis yang sukses. Setiap penulis memiliki metode yang berbeda satu sama lain dan kita bisa mencobanya sesuai dengan apa yang kita inginkan.

1. Strategi "Just Write" Maya Angelou

Menulis itu seperti seni dan olahraga. Latihan membuatnya sempurna. Seperti yang kita lihat, banyak penulis berpendapat bahwa inspirasi itu hanya akan datang jika Anda memaksakan diri untuk terus menaruh pena di atas kertas setiap hari.

Caranya adalah jangan terlalu memikirkan tentang apa yang akan dan sedang kita tulis. Point pentingnya adalah bagaimana kita terus menulis. Tuliskan omong kosong jika memang perlu (daripada tidak menulis sama sekali). Tidak masalah apakah kamu senang dengan hasil akhirnya atau tidak.

Maya Angelou menjelaskan dalam buku Writers Dreaming:

“Saya kira saya kadang-kadang 'diblokir' tetapi saya tidak suka menyebutnya demikian. Itu tampaknya memberinya kekuatan lebih dari yang saya inginkan. Yang saya coba lakukan adalah menulis. Saya dapat menulis selama dua minggu dengan omong kosong ‘kucing duduk di atas tikar, dan kucing itu bukan tikus.’ Anda tahu. Dan itu mungkin hal yang paling membosankan dan mengerikan. Tapi saya coba. Ketika saya menulis, saya menulis. Dan kemudian seolah-olah sang inspirasi yakin bahwa saya serius dan berkata, "Oke. Baik. Saya akan datang.'"

2. Strategi "Waktu Menulis" Anthony Trollope

Mirip dengan strategi "Just Write" Maya Angelou, Anthony Trollope memiliki metode “Waktu Menulis.’ Sebagai salah seorang novelis paling sukses, Trollope menemukan rutinitas penulisan harian yang luar biasa. Selama 35 tahun, ia menulis 47 novel serta banyak cerita pendek, buku nonfiksi, dan drama.

Yang lebih mengesankan, dia melakukan semua ini sambil mengerjakan pekerjaan yang menuntut perhatian lebih sebagai inspektur kantor pos. Pekerjaannya mengharuskannya sering bepergian dan menjaga jadwal yang sibuk. Dia bekerja dan sekaligus menjadi seorang penulis dalam waktu yang bersamaan. Rahasianya adalah pintar mengatur waktu dan menyediakan waktu khusus untuk menulis.

Itu berarti bahwa ketika dia duduk untuk menulis, dia perlu memastikan mencapai target hariannya dalam menulis.

Dalam otobiografinya, ia menggambarkan strategi yang ia gunakan:
Saat ini sudah menjadi kebiasaan saya, - dan itu masih menjadi kebiasaan saya, meskipun akhir-akhir ini saya menjadi sedikit toleran pada diri saya sendiri, - untuk menulis dengan arloji di samping saya. Saya mengatakan bahwa saya harus menulis 250 kata setiap seperampat jam dan itu harus tercapai. Saya telah menemukan bahwa 250 kata telah muncul secara teratur ketika waktu telah berlalu.

Pembagian waktu ini memungkinkan saya untuk menghasilkan lebih dari sepuluh halaman setiap hari. Dan jika hal ini terus menerus dilakukan selama sepuluh bulan, maka saya akan menghasilkan tiga novel dari tiga volume masing-masing dalam setahun.

Strategi ‘waktu menulis’ Trollope sangat luar biasa efektif karena ia berkomitmen untuk mematikan semua gangguan selama periode waktu itu. Dia memaksa dirinya untuk berkonsentrasi hanya pada detak stopwatch dan kata-katanya. Tidak terganggu dengan pekerjaan dan apa pun yang ada di sekelilingnya.

3. Strategi "Hibernasi" Neil Gaiman

Terkadang strategi # 1 dan # 2 tidak berhasil. Mungkin kita telah bekerja dengan penuh semangat pada proyek penulisan novel kita, tetapi tiba-tiba sama sekali tidak tahu bagaimana ceritanya harus berakhir. Atau kita sudah menulis posting blog, tetapi tidak tahu cara menulis kesimpulan.

Neil Gaiman memberikan sarannya kepada kita:

“Endapkan [tulisanmu] untuk beberapa hari, atau lebih lama, lakukan hal-hal lain, cobalah untuk tidak memikirkan tentang tulisan yang telah kita rampungkan. Setelah beberapa hari, cobalah ambil kembali tulisan kita dan bacalah seolah-olah kita belum pernah melihat tulisan ini sebelumnya. Posisikan diri kita sebagai pembaca, bukan sebagai penulis. Mulailah dari awal dan Anda akan menemukan beberapa hal yang aneh dan Anda harus mengubahnya.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment