Beberapa penulis mengatakan bahwa ‘writer’s block itu tidak nyata. Menurut
mereka, itu hanyalah alasan yang digunakan untuk menunda-nunda daripada mulai
mengerjakan proyek penulisannya.
Jangan menunggu ide atau inspirasi itu muncul, tapi undanglah
inspirasi itu datang ke dalam benak kita. menulis rutin setiap hari adalah cara
terbaik untuk membangun inspirasi yang terus datang berkesinambungan. Jadi tetapkan
jadwal untuk menulis di setiap hari kita dan tetapkan untuk mendisiplinkan
diri.
Namun, banyak penulis terkenal lainnya tidak akan menganggap saran
London sangat membantu. Lihat beberapa penulis terkenal yang mengeluh tentang
bagaimana mereka tidak bisa lagi menulis di sini.
Mungkin diantara kita pernah merasakan putus asa untuk melanjutkan
sebuah karya tulis atau cerita. Kita hanya bisa menatap layar kosong dan
melihat kursor di computer berkedip-kedip laksana sedang mengejek kita yang
tengah kebingungan. Kemudian kita mulai mengetik beberapa baris dan setelah
beberapa menit kemudian kembali menghapusnya. Kita tidak menemukan kata yang
tepat untuk melanjutkannya.
Kita merasa inspirasi mongering dan kita tidak menemukan satu hal
pun yang menjadi alasan untuk melanjutkan tulisan kita. pada akhirnya kita
mematikan computer kita dengan hati yang jengkel.
Dan kabar gembiranya, pada kesempatan kali ini Husni-magz akan
membocorkan pengalaman para penulis internasional dalam menghadapi writer’s
block. Bagaimana mereka mampu mengatasi priode kering ide dan pada akhirnya
berhasil menjadi penulis yang sukses. Setiap penulis memiliki metode yang
berbeda satu sama lain dan kita bisa mencobanya sesuai dengan apa yang kita
inginkan.
1. Strategi "Just Write" Maya Angelou
Menulis itu seperti seni dan olahraga. Latihan membuatnya sempurna.
Seperti yang kita lihat, banyak penulis berpendapat bahwa inspirasi itu hanya
akan datang jika Anda memaksakan diri untuk terus menaruh pena di atas kertas
setiap hari.
Caranya adalah jangan terlalu memikirkan tentang apa yang akan dan
sedang kita tulis. Point pentingnya adalah bagaimana kita terus menulis.
Tuliskan omong kosong jika memang perlu (daripada tidak menulis sama sekali). Tidak
masalah apakah kamu senang dengan hasil akhirnya atau tidak.
Maya Angelou menjelaskan dalam buku Writers Dreaming:
“Saya kira saya kadang-kadang 'diblokir' tetapi saya tidak suka
menyebutnya demikian. Itu tampaknya memberinya kekuatan lebih dari yang saya
inginkan. Yang saya coba lakukan adalah menulis. Saya dapat menulis selama dua
minggu dengan omong kosong ‘kucing duduk di atas tikar, dan kucing itu bukan
tikus.’ Anda tahu. Dan itu mungkin hal yang paling membosankan dan mengerikan.
Tapi saya coba. Ketika saya menulis, saya menulis. Dan kemudian seolah-olah
sang inspirasi yakin bahwa saya serius dan berkata, "Oke. Baik. Saya akan
datang.'"
2. Strategi "Waktu Menulis" Anthony Trollope
Mirip dengan strategi "Just Write" Maya Angelou, Anthony
Trollope memiliki metode “Waktu Menulis.’ Sebagai salah seorang novelis paling
sukses, Trollope menemukan rutinitas penulisan harian yang luar biasa. Selama
35 tahun, ia menulis 47 novel serta banyak cerita pendek, buku nonfiksi, dan
drama.
Yang lebih mengesankan, dia melakukan semua ini sambil mengerjakan
pekerjaan yang menuntut perhatian lebih sebagai inspektur kantor pos. Pekerjaannya
mengharuskannya sering bepergian dan menjaga jadwal yang sibuk. Dia bekerja dan
sekaligus menjadi seorang penulis dalam waktu yang bersamaan. Rahasianya adalah
pintar mengatur waktu dan menyediakan waktu khusus untuk menulis.
Itu berarti bahwa ketika dia duduk untuk menulis, dia perlu
memastikan mencapai target hariannya dalam menulis.
Dalam otobiografinya, ia menggambarkan strategi yang ia gunakan:
Saat ini sudah menjadi kebiasaan saya, - dan itu masih menjadi
kebiasaan saya, meskipun akhir-akhir ini saya menjadi sedikit toleran pada diri
saya sendiri, - untuk menulis dengan arloji di samping saya. Saya mengatakan
bahwa saya harus menulis 250 kata setiap seperampat jam dan itu harus tercapai.
Saya telah menemukan bahwa 250 kata telah muncul secara teratur ketika waktu
telah berlalu.
Pembagian waktu ini memungkinkan saya untuk menghasilkan lebih dari
sepuluh halaman setiap hari. Dan jika hal ini terus menerus dilakukan selama
sepuluh bulan, maka saya akan menghasilkan tiga novel dari tiga volume
masing-masing dalam setahun.
Strategi ‘waktu menulis’ Trollope sangat luar biasa efektif karena
ia berkomitmen untuk mematikan semua gangguan selama periode waktu itu. Dia
memaksa dirinya untuk berkonsentrasi hanya pada detak stopwatch dan
kata-katanya. Tidak terganggu dengan pekerjaan dan apa pun yang ada di
sekelilingnya.
3. Strategi "Hibernasi" Neil Gaiman
Terkadang strategi # 1 dan # 2 tidak berhasil. Mungkin kita telah
bekerja dengan penuh semangat pada proyek penulisan novel kita, tetapi
tiba-tiba sama sekali tidak tahu bagaimana ceritanya harus berakhir. Atau kita
sudah menulis posting blog, tetapi tidak tahu cara menulis kesimpulan.
Neil Gaiman memberikan sarannya kepada kita:
“Endapkan [tulisanmu] untuk beberapa hari, atau lebih lama, lakukan
hal-hal lain, cobalah untuk tidak memikirkan tentang tulisan yang telah kita
rampungkan. Setelah beberapa hari, cobalah ambil kembali tulisan kita dan
bacalah seolah-olah kita belum pernah melihat tulisan ini sebelumnya. Posisikan
diri kita sebagai pembaca, bukan sebagai penulis. Mulailah dari awal dan Anda
akan menemukan beberapa hal yang aneh dan Anda harus mengubahnya.
No comments:
Post a Comment