Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir
saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (Qur'an
28:10)
Firaun di zaman Musa alaihi salam adalah seorang raja tirani
yang mengeksploitasi dan mendzalimi rakyat bani Israel. Raja juga membunuh
setiap bayi laki-laki yang lahir setelah penafsir mimpi memberikan kabar makna
dari mimpi sang Raja. Bahwa kelak aka nada seorang anak lelaki dari bani Israel
yang menggulingkan sang Raja dari singgasana kekuasaan.
Ketika itu Musa alaihi salam lahir, dimana setiap bayi lelaki harus dibunuh. Allah subhanahu
wata'ala mewahyukan kepada ibunda Musa untuk menaruh bayi Musa di keranjang dan
melemparkannya ke sungai Nil yang mengalir deras sehingga bayi itu tidak
dibunuh oleh Firaun.
Mari kita merenung sejenak. Bayangkan bahwa kita adalah ibu
bayi Musa. Apa yang akan dirasakannya? Bagaimana mungkin Allah memerintahkannya
untuk melempaskan bayi merah itu ke sungai yang mengalir deras. Bagaimana mungkin
menyelamatkan si bayi dari pembunuhan dengan cara melemparkannya ke sungai. Kenapa
tidak dengan cara menyembunyikannya di suatu tempat, atau dengan cara lain
selain melemparkannya ke sungai dengan air yang meluap? Ini seperti pepatah
dalam bahasa kita, ‘keluar dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut singa. Kedua pilihan
itu tidak ada yang menguntungkan jika dipikir tanpa kepercayaan dan ketawakalan
kepada Allah. Bisa saja bayi itu tenggelam dan pada akhirnya mati juga.
Sampai disini, bisakah kita bayangkan bagaimana perasaan
ibunda Musa?
Andai itu adalah kita, mungkin kita tidak akan pernah
melaksanakan perintah Allah dengan alasan ‘perintah itu aneh dan tidak masuk
akal.’
Ibunda Musa melakukan apa yang diperintahkan. Imannya kepada
Allah lebih kuat dibanding dengan insting seorang ibu yang memiliki kasih
sayang kepada bayinya.
Allah menyebutkan dalam ayat di atas bahwa hati ibu Musa
menjadi "kosong". Secara emosional dia menjadi lumpuh dan mengalami
masa yang sangat traumatis.
Hingga pada akhirnya Allah membuktikan kuasa-Nya. Si bayi
Musa justru ditemukan oleh Asiyah, sang permaisuri Firaun dan membawanya ke
dalam istana dengan hati gembira. Dengan bujuk rayu seorang permaisuri,
akhirnya Firaun mengizinkannya untuk mengangkat bayi Musa sebagai anak angkat.
Dia hampir akan menyerah dan berteriak bahwa Musa anaknya. Dia
hampir akan mengatakan itu dan berlari ke Istana Firaun setelah tahu bahwa anak
yang dipungut Asiyah adalah anak kandungnya. Tetapi Allah menguatkan hatinya
dan menenangkannya. Dan sebagaimana kita tahu melalui kisah para anbiya, pada
akhirnya Musa tumbuh menjadi pembela dan penyelamat bani Israil dari bumi
mesir.
Dari kisah ibunda Musa ini kita bisa memetik banyak
pelajaran berharga.
Pertama, Allah satu-satunya yang mampu membuat kita kuat di
tengah setiap duka, pedih dan tragedy. Sebagaimana Ibunda Musa alaihi salam kuat
karena kepercayaan yang begitu teguh kepada Allah. Kekuatan itu tidak kita
peroleh lewat jabatan, status sosial, harta atau keluarga. Kekuatan pertama
yang selalu menjadi pijakan kita adalah kepercayaan dan baik sangka kepada
Allah. Hanya Allah yang mampu menolong kita di setiap kondisi.
Kedua, Allah subhanahu wata'ala Maha Tahu, sementara kita
tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, gantungkan harapan kepada Allah subhanahu wata'ala dengan doa dan berbaik
sangka. Allah punya rencana indah untuk kita.
Ketiga, terkadang, ada beberapa perintah Allah subhanahu
wata'ala yang terkesan aneh, dan kejam. Tapi kita harus yakin bahwa perintah
itu mengandung kebaikan. Sebagaimana perintah Allah subhanahu wata'ala kepada
ibunda Musa untuk membuang bayinya. Mungkin bagi akal seorang manusia yang
tidak percaya kepada ketentuan Allah, itu sangat kejam. Bagaimana mungkin kita
harus taat? Dan sekarang, betapa kita banyak menemukan orang islam yang anti
syariat dan menggugat syariat dengan alasan hukum syariat kejam. Sepintar terkesan
masuk akal. Tapi justru dia bodoh bahwa dia sendiri tidak tahu hukum Allah.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment