29 Sept 2019

Pelajaran dari Ibunda Musa Alaihi salam; Hanya Allah yang Sanggup Menyembuhkan Luka


Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (Qur'an 28:10)

Firaun di zaman Musa alaihi salam adalah seorang raja tirani yang mengeksploitasi dan mendzalimi rakyat bani Israel. Raja juga membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir setelah penafsir mimpi memberikan kabar makna dari mimpi sang Raja. Bahwa kelak aka nada seorang anak lelaki dari bani Israel yang menggulingkan sang Raja dari singgasana kekuasaan.

Ketika itu Musa alaihi salam lahir, dimana setiap  bayi lelaki harus dibunuh. Allah subhanahu wata'ala mewahyukan kepada ibunda Musa untuk menaruh bayi Musa di keranjang dan melemparkannya ke sungai Nil yang mengalir deras sehingga bayi itu tidak dibunuh oleh Firaun.

Mari kita merenung sejenak. Bayangkan bahwa kita adalah ibu bayi Musa. Apa yang akan dirasakannya? Bagaimana mungkin Allah memerintahkannya untuk melempaskan bayi merah itu ke sungai yang mengalir deras. Bagaimana mungkin menyelamatkan si bayi dari pembunuhan dengan cara melemparkannya ke sungai. Kenapa tidak dengan cara menyembunyikannya di suatu tempat, atau dengan cara lain selain melemparkannya ke sungai dengan air yang meluap? Ini seperti pepatah dalam bahasa kita, ‘keluar dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut singa. Kedua pilihan itu tidak ada yang menguntungkan jika dipikir tanpa kepercayaan dan ketawakalan kepada Allah. Bisa saja bayi itu tenggelam dan pada akhirnya mati juga.

Sampai disini, bisakah kita bayangkan bagaimana perasaan ibunda Musa?
Andai itu adalah kita, mungkin kita tidak akan pernah melaksanakan perintah Allah dengan alasan ‘perintah itu aneh dan tidak masuk akal.’

Ibunda Musa melakukan apa yang diperintahkan. Imannya kepada Allah lebih kuat dibanding dengan insting seorang ibu yang memiliki kasih sayang kepada bayinya.

Allah menyebutkan dalam ayat di atas bahwa hati ibu Musa menjadi "kosong". Secara emosional dia menjadi lumpuh dan mengalami masa yang sangat traumatis.  

Hingga pada akhirnya Allah membuktikan kuasa-Nya. Si bayi Musa justru ditemukan oleh Asiyah, sang permaisuri Firaun dan membawanya ke dalam istana dengan hati gembira. Dengan bujuk rayu seorang permaisuri, akhirnya Firaun mengizinkannya untuk mengangkat bayi Musa sebagai anak angkat.

Dia hampir akan menyerah dan berteriak bahwa Musa anaknya. Dia hampir akan mengatakan itu dan berlari ke Istana Firaun setelah tahu bahwa anak yang dipungut Asiyah adalah anak kandungnya. Tetapi Allah menguatkan hatinya dan menenangkannya. Dan sebagaimana kita tahu melalui kisah para anbiya, pada akhirnya Musa tumbuh menjadi pembela dan penyelamat bani Israil dari bumi mesir.

Dari kisah ibunda Musa ini kita bisa memetik banyak pelajaran berharga.

Pertama, Allah satu-satunya yang mampu membuat kita kuat di tengah setiap duka, pedih dan tragedy. Sebagaimana Ibunda Musa alaihi salam kuat karena kepercayaan yang begitu teguh kepada Allah. Kekuatan itu tidak kita peroleh lewat jabatan, status sosial, harta atau keluarga. Kekuatan pertama yang selalu menjadi pijakan kita adalah kepercayaan dan baik sangka kepada Allah. Hanya Allah yang mampu menolong kita di setiap kondisi.

Kedua, Allah subhanahu wata'ala Maha Tahu, sementara kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, gantungkan harapan kepada Allah subhanahu wata'ala dengan doa dan berbaik sangka. Allah punya rencana indah untuk kita.

Ketiga, terkadang, ada beberapa perintah Allah subhanahu wata'ala yang terkesan aneh, dan kejam. Tapi kita harus yakin bahwa perintah itu mengandung kebaikan. Sebagaimana perintah Allah subhanahu wata'ala kepada ibunda Musa untuk membuang bayinya. Mungkin bagi akal seorang manusia yang tidak percaya kepada ketentuan Allah, itu sangat kejam. Bagaimana mungkin kita harus taat? Dan sekarang, betapa kita banyak menemukan orang islam yang anti syariat dan menggugat syariat dengan alasan hukum syariat kejam. Sepintar terkesan masuk akal. Tapi justru dia bodoh bahwa dia sendiri tidak tahu hukum Allah.

Wallahu a’lam

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment