26 Sept 2019

Kisah; Meninggal Dalam Keadaan Sujud


Ada sebuah kisah yang inspiratif yang saya sadur dari fanpage all About islam, tentang keteguhan hati dalam menjaga iman hingga meraih husnul khatimah. Tentang kekhawatiran jiwa meninggal dalam bayang-bayang kemaksiatan. hingga pada akhirnya Allah memanggilnya dalam kondisi yang indah dan mengharukan. Kisah ini datang dari seorang wanita guru hafidz yang dikisahkan kembali oleh temannya kepada murid-muridnya. Mari kita simak kisahnya.

Wanita guru tahfidz itu selalu menyarankan murid-muridnya untuk mengingat ayat ini,

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

"Dan aku bergegas kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau rela kepadaku." [Surah Taha: 84]
Guru tahfidz itu berkata kepada murid-muridnya, “Ayat inilah yang menggerakan saya untuk selalu bergegas memenuhi panggilan Allah subhanahu wata'ala. Ketika adzan berkumandang, saya yang sedang sibuk dengan pekerjaan atau aktifitas saya, segera beranjak. Hati saya mengingatkan bahwa Allah sedang memanggil saya. Ketika alarm berbunyi di pukul 2 pagi untuk tahajud, saya terkadang ingin kembali tidur. Kemudian hati saya berkata, “Cepatlah penuhi panggilan Tuhanmu, Allah sedang menunggumu dan Dia akan ridho kepadamu.” Pada saat itulah saya memaksakan diri saya untuk bangun.

Wanita guru tahfidz ini sudah menikah. Dia dan suaminya memiliki perjanjian dan kesepakatan. Dia meminta suaminya untuk menelpon ketika hendak pulang sehingga dia bisa menyiapkan hidangan makan malam. Maka, setiap kali suaminya pulang, selalu mendapati makan malam yang masih hangat sehingga dia senang.

Suatu hari suaminya memintanya untuk membuat Mahshi (makanan khas berupa nasi yang dibungkus dengan daun anggur. Kemudian dikukus ke dalam panci). Ketika dia tengah memasukan mahshi satu persatu ke dalam panci, tiba-tiba adzan berkumandang dari masjid. Sementara ada 3 bungkus mahshi yang belum dia masukan ke dalam panci. Apa yang dia lakukan? Apakah wanita ini menyelesaikan pekerjaannya dengan mengatakan ‘hanya tersisa 3 bungkus lagi, dan itu tidak memakan waktu yang lama untuk memasukannya ke dalam panci.’

Tidak. Dia bergegas untuk melaksanakan shalat. Meninggalkan tiga bungkus mahshi yang belum dia masukan ke dalam panci. Padahal, berapa menit sih waktu yang dibutuhkan untuk itu?

Selama di perjalanan, suaminya menelpon tetapi tidak mendapatkan jawaban dari istrinya tersebut. Ketika dia pulang ke rumah, dia menemukan istrinya tengah sujud di atas sajadah. Sementara hidangan makan malam belum terhidang di meja. Suaminya melihat ada tiga bungkus mahshi yang tersisa di samping kompor. Dia juga menemukan mahshi sudah terlalu matang dan belum juga diangkat dari panci. Akhirnya dia berkata setengah kesal, “Kamu bisa saja menyelesaikan pekerjaanmu, baru setelah itu kamu shalat.”

Tapi tidak ada tanggapan. Tentu saja tidak ada tanggapan karena istrinya sedang sujud dalam shalat.
Lama-lama suaminya heran karena istrinya memperlama sujudnya. Tidak seperti biasanya dia melakukan itu. tapi keheranan semakin memuncak ketika istrinya tetap dalam posisi sujud. Apakah istrinya tertidur ketika shalat? Apakah dia kelelahan?

Suaminya mendekat dan meraih pundak sang istri. Tidak ada tanggapan. Dia menggoyangkan bahu istrinya dan istrinya terjatuh di atas sajadah. Meninggal dalam keadaan sujud.

Subhanallah…

Seandainya wanita ini memilih menuntaskan pekerjaannya untuk memasukan mahshi ke dalam panci, akankah dia meninggal dalam keadaan sujud. Seandainya wanita ini memilih menunggu panci hingga mahshi matang, akankah dia meninggal dalam keadaan shalat, atau meninggal di samping kompor? Akan tetapi, seseorang mati dengan apa yang mereka jalani dalam kehidupan mereka, dan dibangkitkan dengan kondisi bagaimana ketika mereka mati.

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, " Setiap orang akan dibangkitkan dengan keadaan ketika dia meninggal."(Muslim)

Sahabatku, mulai sekarang, marilah kita membuat sebuah resolusi,

Pertama, ketika adzan berkumandang, segeralah bergegas ke masjid dan tinggalkan semua yang sedang kita kerjakan. Bahkan kalau bisa, bergegaslah ke masjid beberapa menit sebelum adzan berkumandang.

Terkadang hati kita berbisik, “Tanggung, masih ada beberapa tugas yang bisa kamu kerjakan sembari menunggu iqomat dikumandangkan.” Akhirnya, kita meneruskan pekerjaan kita hingga iqomat dikumandangkan. Baru setelah itu kita bergegas sehingga kita selalu terlambat shalat berjamaah. Bahkan mungkin meninggalkan shalat berjamaah. Naudzubillah…

Padahal, kita bisa mengisi waktu antara adzan dan iqomah dengan shalat sunnah qobliyah, berdoa dan membaca al-quran sehingga iman kita semakin menguat. Siapa tahu dengan istiqomah menjaga waktu shalat ini, Allah akan mencabut nyawa kita dalam keadaan yang terbaik. Kemudian Allah akan mengilhamkan kepada kita untuk selalu berbuat baik.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا

Sesungguhnya shalat memiliki waktu yang telah ditetapkan bagi orang beriman.” (QS. An Nisaa’: 103)

Kita berlindung dari orang-orang yang telah Allah firmankan,

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ

Dan datanglah orang-orang setelah mereka yang menyia-nyiakan shalat.” (QS. Maryam: 59)

Ingatlah bahwa shalat tepat waktu adalah shalat yang paling afdhol,

عَنْ أُمِّ فَرْوَةَ قَالَتْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا »

Dari Ummu Farwah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud no. 426. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ketika kita bergegas menuju Allah, memenuhi panggilannya, maka besar kemungkinan Allah juga akan segera bergegas ketika kita memanggil-Nya dalam doa dan permohonan kita. Allah akan segera memberikan pertolongan ketika kita meminta pertolongan-Nya. Karena kita juga selalu menjaga hak-hak-Nya.

Barangkali, Allah mempersempit rezeki kita karena kita selalu menyepelekan shalat kita. barangkali Allah memperlambat datangnya jodoh karena kita selalu lambat dan malas untuk shalat berjamaah di masjid. Barangkali kita tenggelam dalam masalah karena kita selalu berpaling dan melupakan Allah. Naudzubillah…

Teruslah untuk selalu ingat dengan ayat yang memotivasi wanita guru tahfidz yang meninggal di dalam sujudnya.

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
"Dan aku bergegas kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau senang."

Semoga kisahnya menjadi sumber energy iman dan inspirasi jiwa yang resah. Mulai sekarang, tidak ada lagi alasan untuk menunda shalat dengan alasan ‘tanggung, nanti setelah saya selesai dengan pekerjaan saya.’

Akankah kita menjamin akan tetap bernafas lima menit yang akan datang? tidak. Kita tidak bisa menjamin kita masih hidup walau hanya 5 menit ke depan.



Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment