Ada sebuah kisah yang inspiratif yang
saya sadur dari fanpage all About islam, tentang keteguhan hati dalam menjaga
iman hingga meraih husnul khatimah. Tentang kekhawatiran jiwa meninggal dalam
bayang-bayang kemaksiatan. hingga pada akhirnya Allah memanggilnya dalam
kondisi yang indah dan mengharukan. Kisah ini datang dari seorang wanita guru
hafidz yang dikisahkan kembali oleh temannya kepada murid-muridnya. Mari kita
simak kisahnya.
Wanita guru tahfidz itu selalu
menyarankan murid-muridnya untuk mengingat ayat ini,
وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
"Dan aku bergegas kepada-Mu,
ya Tuhanku, agar Engkau rela kepadaku." [Surah Taha: 84]
Guru tahfidz itu berkata kepada
murid-muridnya, “Ayat inilah yang menggerakan saya untuk selalu bergegas
memenuhi panggilan Allah subhanahu wata'ala. Ketika adzan berkumandang, saya
yang sedang sibuk dengan pekerjaan atau aktifitas saya, segera beranjak. Hati saya
mengingatkan bahwa Allah sedang memanggil saya. Ketika alarm berbunyi di pukul
2 pagi untuk tahajud, saya terkadang ingin kembali tidur. Kemudian hati saya
berkata, “Cepatlah penuhi panggilan Tuhanmu, Allah sedang menunggumu dan Dia
akan ridho kepadamu.” Pada saat itulah saya memaksakan diri saya untuk bangun.
Wanita guru tahfidz ini sudah
menikah. Dia dan suaminya memiliki perjanjian dan kesepakatan. Dia meminta
suaminya untuk menelpon ketika hendak pulang sehingga dia bisa menyiapkan
hidangan makan malam. Maka, setiap kali suaminya pulang, selalu mendapati makan
malam yang masih hangat sehingga dia senang.
Suatu hari suaminya memintanya
untuk membuat Mahshi (makanan khas berupa nasi yang dibungkus dengan daun
anggur. Kemudian dikukus ke dalam panci). Ketika dia tengah memasukan mahshi
satu persatu ke dalam panci, tiba-tiba adzan berkumandang dari masjid. Sementara
ada 3 bungkus mahshi yang belum dia masukan ke dalam panci. Apa yang dia
lakukan? Apakah wanita ini menyelesaikan pekerjaannya dengan mengatakan ‘hanya
tersisa 3 bungkus lagi, dan itu tidak memakan waktu yang lama untuk
memasukannya ke dalam panci.’
Tidak. Dia bergegas untuk
melaksanakan shalat. Meninggalkan tiga bungkus mahshi yang belum dia masukan ke
dalam panci. Padahal, berapa menit sih waktu yang dibutuhkan untuk itu?
Selama di perjalanan, suaminya
menelpon tetapi tidak mendapatkan jawaban dari istrinya tersebut. Ketika dia
pulang ke rumah, dia menemukan istrinya tengah sujud di atas sajadah. Sementara
hidangan makan malam belum terhidang di meja. Suaminya melihat ada tiga bungkus
mahshi yang tersisa di samping kompor. Dia juga menemukan mahshi sudah terlalu
matang dan belum juga diangkat dari panci. Akhirnya dia berkata setengah kesal,
“Kamu bisa saja menyelesaikan pekerjaanmu, baru setelah itu kamu shalat.”
Tapi tidak ada tanggapan. Tentu saja
tidak ada tanggapan karena istrinya sedang sujud dalam shalat.
Lama-lama suaminya heran karena
istrinya memperlama sujudnya. Tidak seperti biasanya dia melakukan itu. tapi
keheranan semakin memuncak ketika istrinya tetap dalam posisi sujud. Apakah istrinya
tertidur ketika shalat? Apakah dia kelelahan?
Suaminya mendekat dan meraih
pundak sang istri. Tidak ada tanggapan. Dia menggoyangkan bahu istrinya dan
istrinya terjatuh di atas sajadah. Meninggal dalam keadaan sujud.
Subhanallah…
Seandainya wanita ini memilih
menuntaskan pekerjaannya untuk memasukan mahshi ke dalam panci, akankah dia
meninggal dalam keadaan sujud. Seandainya wanita ini memilih menunggu panci
hingga mahshi matang, akankah dia meninggal dalam keadaan shalat, atau
meninggal di samping kompor? Akan tetapi, seseorang mati dengan apa yang mereka
jalani dalam kehidupan mereka, dan dibangkitkan dengan kondisi bagaimana ketika
mereka mati.
Nabi shollallahu 'alaihi wasallam
bersabda, " Setiap orang akan dibangkitkan dengan keadaan ketika dia
meninggal."(Muslim)
Sahabatku, mulai sekarang,
marilah kita membuat sebuah resolusi,
Pertama, ketika adzan
berkumandang, segeralah bergegas ke masjid dan tinggalkan semua yang sedang
kita kerjakan. Bahkan kalau bisa, bergegaslah ke masjid beberapa menit sebelum
adzan berkumandang.
Terkadang hati kita berbisik, “Tanggung,
masih ada beberapa tugas yang bisa kamu kerjakan sembari menunggu iqomat
dikumandangkan.” Akhirnya, kita meneruskan pekerjaan kita hingga iqomat dikumandangkan.
Baru setelah itu kita bergegas sehingga kita selalu terlambat shalat berjamaah.
Bahkan mungkin meninggalkan shalat berjamaah. Naudzubillah…
Padahal, kita bisa mengisi waktu
antara adzan dan iqomah dengan shalat sunnah qobliyah, berdoa dan membaca al-quran
sehingga iman kita semakin menguat. Siapa tahu dengan istiqomah menjaga waktu
shalat ini, Allah akan mencabut nyawa kita dalam keadaan yang terbaik. Kemudian
Allah akan mengilhamkan kepada kita untuk selalu berbuat baik.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Sesungguhnya shalat memiliki
waktu yang telah ditetapkan bagi orang beriman.” (QS. An Nisaa’: 103)
Kita berlindung dari orang-orang
yang telah Allah firmankan,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ
Dan datanglah orang-orang setelah
mereka yang menyia-nyiakan shalat.” (QS. Maryam: 59)
Ingatlah bahwa shalat tepat waktu
adalah shalat yang paling afdhol,
عَنْ أُمِّ فَرْوَةَ قَالَتْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا
»
Dari Ummu Farwah, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang
paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud
no. 426. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ketika kita bergegas menuju
Allah, memenuhi panggilannya, maka besar kemungkinan Allah juga akan segera
bergegas ketika kita memanggil-Nya dalam doa dan permohonan kita. Allah akan
segera memberikan pertolongan ketika kita meminta pertolongan-Nya. Karena kita
juga selalu menjaga hak-hak-Nya.
Barangkali, Allah mempersempit
rezeki kita karena kita selalu menyepelekan shalat kita. barangkali Allah memperlambat
datangnya jodoh karena kita selalu lambat dan malas untuk shalat berjamaah di
masjid. Barangkali kita tenggelam dalam masalah karena kita selalu berpaling
dan melupakan Allah. Naudzubillah…
Teruslah untuk selalu ingat
dengan ayat yang memotivasi wanita guru tahfidz yang meninggal di dalam
sujudnya.
وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
"Dan aku bergegas kepada-Mu,
ya Tuhanku, agar Engkau senang."
Semoga kisahnya menjadi sumber energy
iman dan inspirasi jiwa yang resah. Mulai sekarang, tidak ada lagi alasan untuk
menunda shalat dengan alasan ‘tanggung, nanti setelah saya selesai dengan
pekerjaan saya.’
Akankah kita menjamin akan tetap
bernafas lima menit yang akan datang? tidak. Kita tidak bisa menjamin kita
masih hidup walau hanya 5 menit ke depan.
No comments:
Post a Comment