19 Sept 2019

5 Fakta Islam Di Papua Yang Jarang Diketahui Masyarakat Luas


Akhir-akhir ini masih hangat berita tentang kerusuhan di tanah Papua. Kerusuhan ini akibat dari aksi para separatis yang mendukung pemisahan Papua dari NKRI. Sementara aksi kemarahan ini sendiri diawali dengan aksi rasisme terhadap orang Papua di Surabaya. Tentunya, sebagai umat muslim, kita berharap Papua akan tetap berada dalam pangkuan NKRI, dan berharap kisruh di Papua segera berakhir. Bagaimana pun juga, kita khawatir jika Papua lepas dari NKRI, maka islam tidak memiliki kesempatan yang bagus untuk berkembang di sana.

Akan tetapi, di kesempatan kali ini kita akan membahas tentang perkembangan islam dan dakwah islam di tanah cenderawasih tersebut.

Pada dasarnya, penduduk Asli Papua sekali lagi bukan tipe yang memiliki sentimen keagamaan bahkan mereka antusias terhadap Islam. Selain itu, kebanyakan penduduk asli dipedalaman masih belum beragama atau menganut kepercayaan animism.

Namun,  perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak irian jaya berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong proses penyebaran Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Kemudian islam semakin bersinar dengan hadirnya organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, DDII, Hidayatullah dan pesantren-pesantren yang berdiri.

Selama ini banyak diantara kita yang beranggapan bahwa Papua adalah sebuah wilayah yang didominasi oleh Kristen. Banyak orang yang bertanya-tanya, adakah orang Islam di Papua? Adakah komunitas muslim pribumi (penduduk asli Papua) yang memeluk Islam sebagai agama mereka? Ironisnya, belum lagi pertanyaan itu terjawab, seolah ada ungkapan bahwa papua identik dengan Kristen. Atau dengan bahasa yang lebih lugas lagi, setiap orang Papua ya mesti Kristen.

Padahal, faktanya, hingga saat ini, muslim di Papua mencapai 40% dari total jumlah penduduk papua. 60 Persen sisanya merupakan gabungan pemeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Animisme, dan mayoritas dari 60 persen ini adalah animisme dipedalaman. Bahkan saat ini jumlah komunitas Muslim di Papua sudah mencapai angka 900 ribu jiwa dari total jumlah penduduk sekitar 2.4 juta jiwa.

Islam terus tumbuh dan menyinari bumi cenderawasih atau Nuu war, nama yang diberikan oleh da’I papua, ustadz Fadzlan Garamathan. Dari waktu ke waktu dakwah islam semakin menyebar hingga pedalaman. Oleh karena itu, cakrawala islam edisi kali ini akan membahas 5 fakta tentang islam di papua.

Pertama, Islam membawa kepada kemajuan bagi Muslim Papua

Islam datang ke Papua untuk membawa kemajuan dari tradisi primitive menuju kemajuan dan peradaban.  Seorang dai mantan Kristen bernama Ismail Saul Yenu mengatakan bahwa islam berkebalikan dengan misionaris Kristen. Ismail Saul mengatakan bahwa Misionaris kristen tidak melakukan perubahan kearah kemajuan, peradaban primitif mereka biarkan dianggap sebagai peninggalan budaya

Setelah masuk Islam Ismail nyantri beberapa waktu di pesantren Ust. Fadzlan di bekasi, setelah itu kembali kekampungnya untuk mendakwahkan Islam, banyak anggota suku yang bersyahadat lewat dakwahnya.

Kedua, keterbatasan Dai yang berdakwah di Papua

Hingga saat ini, da’I yang berdakwah di papua sangat terbatas sehingga hal ini sangat disayangkan mengingat betapa dakwah dan pembinaan keislaman sangat dibutuhkan. 

Pihak MUI papua sendiri mengakui bahwa papua kekurangan dai. Burhanuddin Marzuki, ketua MUI Kabupatern Jayawijaya yang sudah 30 tahun tinggal di Lembah Baliem Papua mengatakan bahwa tidak sedikit penduduk asli yang ingin masuk Islam, tapi pihaknya kekurangan dai.

Ketiga, keislaman ketua suku biasanya diikuti oleh semua anggota suku

Kepala suku memiliki pengaruh yang besar terhadap anggota sukunya. Bahkan setiap yang dilakukan oleh kepala suku selalu diikuti oleh semua anggota sukunya. Sebut misalnya keislaman tetua suku bernama  Aipon Asso pada tahun 1974. Keislaman Aipon Asso lalu diikuti oleh 600 orang warganya di desa Walesi. Aipon yang kini sudah berusia 70 tahun menjadi kepala suku yang sangat di segani di seluruh lembah Baliem. Wilayah kekuasaannya membentang hampir 2/3 cekungan mangkuk lembah Baliem.

Keempat, islam semakin semarak dengan adanya para pendatang muslim yang hidup di papua

Di ibukota provinsi Papua, Jayapura, seperti juga di kota-kota lain seperti Fak-Fak, Sorong, Wamena, Manukwari, Kaimana, Merauke, Timika, Biak dan Merauke, suasana keislaman semakin tampak, khususnya di kalangan pendatang. Selain jumlah rumah ibadah yang semakin bertambah, kegiatan pengajian juga tumbuh subur.

Penduduk Muslim di kota terdiri dari para pedagang, pagawai, pengusaha, pelajar/mahasiswa, guru, atau buruh yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Kelima, Islam datang ke Papua lewat para pedagang Muslim dari Kerajaan Islam Maluku dan Bugis

Secara historis, ummat Islam adalah pendatang awal di Tanah Papua. Bahkan islam datang sebelum kedatangan misionaris kristen tahun 1855. Contohnya adalah sultan Ternate Tidore yang yang sebelum misionaris tiba di Papua telah bolak balik Tidore - Papua pada abad ke 15. Islam hadir di Papua abad ke-15 sedang Kristen masuk Papua pertengahan abad ke-18.

Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke 16 sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku. Berdasarkan cerita populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fakfak, agama Islam masuk di Papua sekitar abad ke 15 yang dilalui oleh pedagang–pedagang muslim. Perdagangan antara lain dilakukan oleh para pedagang–pedagang suku Bugis melalui Banda (Maluku Tengah) dan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram Timur.

Selain itu, tentunya kita tidak asing lagi dengan daerah bernama Raja Ampat. Nama Raja Ampat diambil dari eksistensi kerajaah-kerajaan Islam yang berkuasa di kawasan Indonesia timur saat itu yakni: Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Hal ini sebagaimana diungkapkan seorang mahasiswa muslim Papua, Toni yang mengambil desertasinya tentang ‘Rekontruksi Sejarah Islam Papua’.

Selain melalui jalur perdagangan, di daerah Merauke Islam dikenal melalui perantara orang-orang buangan yang beragama Islam, yang berasal dari Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Terdapat istilah yang populer di Merauke, yaitu "Jamer" (dari kata Jawa-Merauke), untuk menyebut orang-orang keturunan Jawa baik yang merupakan keturunan orang-orang yang dipindahkan pada zaman penjajahan Belanda ataupun keturunan penduduk program transmigrasi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia.

Itulah 5 fakta yang harus kita ketahui tentang muslim dan perkembangan islam di tanah Papua. Semoga pemaparan ini bisa menambah cakrawala keislaman anda.
Semoga bermanfaat

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment