15 May 2019

Perfectionist



Tidak ada yang sempurna kecuali Pemilik Kesempurnaan yang tiada memiliki kecacatan, aib dan kekurangan. Dialah Allah subhanahu wata'ala. Oleh karena itulah tidak layak kita mengharapkan semuanya serba sempurna. Kita menemukan kekurangan dalam jiwa, keluarga, sahabat, relasi bisnis, guru, harta dan apa pun yang kita lihat, dapatkan dan miliki, menyebabkan kita merasa frustasi.

Kita terkadang menemukan kekurangan pada sahabat kita sehingga kita merasa kecewa berteman dengannya. Kita berharap dia memiliki kesempurnaan dalam sikap. Kita memiliki ekspektasi bahwa dia akan selalu sepadan dengan diri kita. Kita menganggap bahwa dia adalah teman yang ideal yang kita harapkan. Tapi nyatanya dia tidak seperti yang selama ini kita harapkan.

Saya pernah mengalami hal ini ketika saya berteman dengan beberapa orang yang saya anggap bisa menjadi sahabat baik saya. Sebutlah saya berteman dengan si fulan yang sama-sama memiliki kecocokan satu sama lain karena kesamaan hobi. Tapi ternyata ada beberapa sifat dan prilaku dia yang kurang sreg dengan saya. Pada titik itu saya kecewa karena menemukan ketidaksamaan. Disanalah saya mulai sadar bahwa tidak akan pernah ada kepuasan ketika kita selalu menuntut kesempurnaan.

Betapa banyak pasangan suami istri yang bercerai dengan alasan ketidakcocokan yang mereka temukan satu sama lain seiring berjalannya waktu. Masa-masa indah selama bulan madu tidak lagi menjadi kenangan indah yang bisa membangkitkan gairah dan cinta. Masa-masa kebahagiaan di masa lalu terhapus oleh fakta bahwa mereka memiliki perbedaan yang mencolok. Mereka melihat kekurangan pada pasangannya dan tidak ingin berdamai dengan hal tersebut. Mereka menuntut kesempurnaan dari pasangannya. Endingnya, mereka memilih untuk  bercerai. Tak peduli dengan anak yang kini kehilangan pegangan dan menjadi korban perceraian.

Betapa ada orang tua yang menuntut kesempurnaan dari anak-anaknya sehingga mereka memaksa anak-anaknya untuk mengikuti les ini dan itu. Mereka berharap anaknya menjadi seorang anak yang jenius yang menjadi kebanggaan orang tuanya. mereka telah merampas waktu bermain dan bersenang-senang anaknya hanya untuk les yang tidak ada habisnya. Mereka ingin anaknya multitalent dan menjadi kebanggaan orang tua dengan segudang prestasi. Pada ujungnya anak menjadi depresi dan tidak lagi semangat dalam belajar. Mereka tertekan dan bahkan membenci orang tuanya.

Tidak ada salahnya kita menuntut kesempurnaan. Karenaa kesempurnaan adalah sebuah keharusan jika ditinjau dari segi produktifitas dan kualitas. Tentunya produsen yang baik adalah produsen yang menghasilkan produk yang sempurna dan nyaris tidak memiliki kecacatan pada barang produksi yang dia hasilkan. Tentunya siswa yang baik adalah siswa yang menjadi teladan dan mencetak banyak prestasi yang sempurna. Tentunya bos di kantor menginginkan hasil kerja kita yang sempurna dan tepat waktu, pun kita sebagai karyawan mengharapkan hasil kerja yang diapresiasi bos dengan baik dengan harapan mendapatkan promosi kenaikan jabatan di masa yang akan datang.

Hanya saja ketika kita menuntut kesempurnaan pada hasil diluar dari apa yang kita sanggupi, maka itu bukan kewajaran. Ketika kita menuntut kesempurnaan setelah ikhtiar yang maksimal, maka itu bisa menjadi masalah. Kita melihat hasil yang tidak sesuai harapan dan kita mulai menggerutu. Disinilah masalahnya.

Terkadang  kita memiliki banyak harapan, tapi tidak semua harapan itu tidak terwujud dan tidak sesuai dengan apa yang telah kita impi-impikan sejak dahulu. Kita memiliki cita-cita dan kenyataannya cita-cita itu tidak tercapainya. Karena kita saorang perfectionist, maka hanya menilai dari hasil, bukan dari proses yang telah kita jalani.

Andai Allah subhanahu wata'ala menjadikan hasil sebagai nilai dari sebuah usaha, maka tentu Nuh Alaihi salam telah gagal dalam berdakwah. Konon beliau telah berdakwah selama 950 tahun tapi hanya segelintir orang yang mengikutinya. Itu pun orang-orang yang termarjinalkan. Tapi di mata Allah subhanahu wata'ala, dakwah Nabi Nuh Alaihi salam adalah dakwah yang sukses. Mungkin kita gagal, tapi proses itu insya Allah akan menjadikan kita sebagai pribadi yang kuat, berpengalaman dan menjadi pribadi yang luar biasa kuat menghadapi berbagai macam kemungkinan. Kita bisa mengantisipasi kemungkinan buruk di masa yang akan datang berbekal pengalaman buruk di masa sekarang.

Bahkan kegagalan menemukan apa yang kita harapkan bisa membuka jalan lain untuk menemukan kesuksesan yang selama ini kita cari. Boleh jadi Allah subhanahu wata'ala menutup satu pintu dan menggantinya dengan membuka pintu lain kepada kita. Hanya saja terkadang kita tidak menyadari hal itu karena kita masih terpaku pada satu pintu yang sudah tertutup dan tidak mempedulikan tanda dan kode yang Allah berikan supaya kita berpaling dan memandang pintu lain yang telah Dia berikan. Bahkan pintu kedua ini lebih baik dari pintu yang pertama. Hanya saja kita terkadang gagal move on.

Marilah kita belajar pada kisah Ibrahim Alaihi salam. Beliau kecewa terhadap bintang, matahari dan bintang seiring lenyapnya mereka dari pandangan mata. Dan lenyapnya semua benda itu adalah satu ilham untuk memberi pemahaman bahwa ada yang lebih hebat dari semua itu. Allah subhanahu wata'ala. Benda-benda yang menghilang dari pandangan Ibrahim itu menjadi jalan dia mengenal Allah subhanahu wata'ala sebagai Pencipta Alam semesta.

Kesedihan akan hilang, rasa sakit akan lenyap dan pada akhirnya kita akan menemukan kebahagiaan dan ketentraman dengan penerimaan terhadap apa yang telah Allah subhanahu wata'ala gariskan.


Sumber gambar: Wall street Journal
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment