Jika kamu ingin makan, maka
kamu harus memasak. Jika kamu ingin menjadi penulis, maka kamu harus membaca
buku.
Jika kamu berharap untuk menjadi
seorang penulis, maka banyak-banyaklah membaca buku. Karena seorang penulis
sejati adalah dia yang menghabiskan banyak waktu untuk berkutat dengan buku
demi buku. Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain dalam kehidupan seorang penulis. Bahkan kalau bisa kita
analogikan, bagi seorang penulis membaca buku sama dengan kegiatan makan
makanan ringan sembari menyeruput kopi, atau diumpamakan seperti mobil yang
harus diisi oleh bahan bakar supaya tetap bisa jalan. Bagi para penulis,
membaca cepat, sering membaca dan aktif membaca adalah keharusan yang tidak
bisa ditawar lagi.
Membaca Sebagai Keharusan
Bagi seorang penulis, membaca
bukan sekedar mengisi waktu luang atau kegiatan menghabiskan waktu senggang. Membaca
juga bukan kegiatan iseng untuk mengusir rasa bosan. Bagi mereka, membaca
adalah aktifitas harian yang sudah menjadi keharusan sebagaimana dia harus
mandi dua kali dalam sehari dan makan tiga kali dalam sehari. Membaca adalah
satu kegiatan prioritas dalam kegiatan sehari-hari. Sesibuk apa pun mereka akan
melakukan kegiatan yang satu ini.
Saya sendiri mencoba untuk
menerapkan moto ‘tiada hari tanpa membaca’ sehingga saya benar-benar
mengazamkan diri saya untuk membaca setiap hari. Paling tidak saya menyediakan
waktu (Minimal) satu jam untuk membaca buku. Tidak melulu harus buku fisik dan
tidak selalu membaca di buku yang sama. Mungkin saya bervariasi antara membaca
artikel, atau membaca ebook di smartphone. Yang penting jangan sampai satu hari
berlalu tanpa membaca buku.
Mungkin kamu juga bisa menerapkan
pola yang sama dalam hidupmu. Misal, kamu bisa membaca buku di kereta sepulang
dari kantor (itu pun kalau pulangnya pakai commuter :D) atau menyempatkan
membaca buku di pagi hari sebelum berangkat ke kantor/kerja.
Jika tubuh kita membutuhkan
nutrisi dari kegiatan makan dan minum, maka otak kita membutuhkan nutrisi dari
buku yang kita baca. Itulah prinsip yang harus kita pegang selalu.
Membaca Dengan Sepenuh Hati
Bagi seorang pembaca, membaca
harus memiliki benefit atau keuntungan. Jika setelah membaca kita tidak
mendapatkan apa-apa, maka itu sama saja artinya dengan buang-buang waktu. Betapa
sering kita membaca tapi kita tidak merasakan perbedaan antara sebelum dan
sesudah membaca. Atau mungkin kita terlalu banyak membaca bacaan-bacaan yang
tidak bermanfaat untuk otak kita semacam berita-berita criminal di koran atau
cerita-cerita amoral.
Terlepas dari apa jenis bacaanmu
(fiksi atau non-fiksi), pastikan bahwa apa yang kamu baca memberikan sesuatu
yang baru dalam dirimu. Ketika kamu membaca fiksi, maka pastikan bahwa kamu
bisa belajar cara menyajikan sebuah kisah yang indah dan penuh makna. Fiksi juga
bisa membuat kosa katamu semakin kaya. Ketika kamu membaca non-fiksi maka
pastikan bahwa kamu akan mendapatkan pencerahan dan wawasan baru yang membuat
kamu menjadi pribadi yang lebih bijak.
Oleh karena itu, bagi seorang
penulis, kegiatan membaca membutuhkan konsentrasi dan pikiran yang tajam
sehingga semua pesan bisa dia serap dengan baik dan maksimal.
Fokus pada Satu Buku
Seorang penulis biasanya tidak
akan beralih kepada buku yang lain sebelum benar-benar merampungkan buku yang
sedang dia pegang. Dia akan fokus membaca pada satu buku alih-alih membaca
banyak buku sekaligus tapi tidak sampai tamat. Karena ketika dia membaca banyak
buku berbeda, maka hal itu bisa membingungkan otaknya dan membuyarkan fokus dan
konsentrasi. Pada akhirnya, pesan yang diserap pun tidak lagi maksimal.
Membaca lebih dari satu buku
dalam sekaligus itu membingungkan. Ini diumpamakan seperti makan makanan
pembuka, hidangan utama dan makanan penutup secara bersamaan.
Jika kamu tidak terbiasa membaca
satu buku dalam satu waktu, mulailah dengan membaca buku yang sudah kita sukai,
atau paling tidak kamu beranggapan kamu akan menyukainya setelah melihat nama
pengarangnya atau blurb di cover belakang.
Saya dulu juga pernah terjebak
pada keasyikan banyak membaca buku sekali waktu hingga pada akhirnya saya tidak
bisa menamatkan semua buku tersebut karena cepat merasa bosan. Tapi saya
belajar untuk fokus. Sekarang pun saya sedang mencobanya karena terkadang saya
tergoda untuk membaca buku lain, sementara buku yang sedang berada dalam
genggaman saya belum saya rampungkan.
Banyak Menghabiskan Waktu Untuk
Membaca
Banyak para penulis yang
menghabiskan buku dalam sekali duduk atau dalam sehari. Mereka tidak merasa
bosan menekuri kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph hingga bab demi
bab. Bahkan, mungkin seorang penulis akan menghabiskan waktu akhir pekannya
atau hari liburnya dengan banyak membaca (disamping banyak menulis juga).
Membaca Ketika Pikiran Segar
Banyak diantara kita yang
menjadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan pengantar tidur, atau lebih
tepatnya digunakan sebagai ‘obat tidur’. Tidak ada salahnya jika hal ini
dilakukan. Mengingat kegiatan membaca sebelum tidur lebih baik dibanding
mendengarkan music atau mengecek media sosial (yang justru akan membuat kita
sulit tidur).
Akan tetapi, jika kita
menginginkan kegiatan membaca tersebut sebagai kegiatan yang produktif maka
hendaknya membaca buku dalam keadaan yang siap, pikiran yang segar dan dalam
kondisi tubuh yang fit. Jika menginginkan mempelajari sesuatu dari buku tersebut,
maka jangan membacanya ketika hendak tidur. Mungkin akan lebih tepat jika kamu
memilih untuk membaca novel, cerpen atau komik sebagai pengantar tidur, dan
menyimpan buku-buku non-fiksi semacam motivasi, self-improvement, atau buku
agama untuk dibaca di waktu yang pas dan mendukung.
Membuat Catatan
Seorang penulis biasanya memiliki notes untuk mencatat ide-ide penting yang dia dapatkan, baik murni dari benaknya (baca: khayalan), dari film yang ditonton, atau dari buku yang dia baca). Selain dengan membuat catatan, seorang penulis juga terkadang menggunakan high light untuk menandai kalimat atau bagian penting dari buku yang dia baca, atau menempelkan marka di kalimat yang dia butuhkan sewaktu-waktu sebagai referensi.
Selalu Mengajukan Pertanyaan
Saya selalu membiasakan diri saya
untuk mengajukan pertanyaan kepada diri saya sendiri setiap kali merampungkan
satu bab dari buku yang saya baca. Maka, setelah menyelesaikan satu bab, saya
tidak terburu-buru untuk melanjutkan ke bab selanjutnya sehingga saya
benar-benar bisa menjawab pertanyaan saya sendiri. begitu pun ketika saya sudah
merampungkan semua bab, saya juga akan bertanya pada diri saya dengan
pertanyaan;
Apa yang saya dapatkan dari bab/buku ini?
Point-point apa yang harus saya ingat dari bab/buku ini?
Apakah saya sudah mengingat dengan baik dan memahami bagian/buku ini?
Apakah saya siap untuk melanjutkan membaca bab/buku selanjutnya?
Jika sudah terjawab semuanya, maka silakan lanjutkan ke bab/buku selanjutnya.
Membaca Ulang Buku Favorit atau
Membaca Semua Buku Penulis Favorite
Seorang penulis akan membaca buku
yang dia suka. Ada banyak alasan kenapa dia membaca buku yang sama untuk yang
kedua kalinya. Mungkin dia ingin menyerap informasi lebih dalam, mungkin jatuh
cinta dengan gaya bahasa si penulis atau ingin mendapatkan pesan lebih banyak
karena berpikir bahwa ketika membaca pertama kali, dia melewatkan banyak hal
dari buku tersebut.
Pun ketika seorang penulis sudah
jatuh cinta pada buku-buku pengarang tertentu, sudah barang tentu dia tidak
akan melewatkan satu buku pun dari pengarang/penulis yang bersangkutan. Semakin
banyak dia membaca dari penulis tertentu, semakin banyak pola yang dia tahu
dari penulis tersebut. Mungkin juga dia mempelajari gaya penulisannya, bahkan
bisa mengungkap rahasia dibalik penjualan bukunya yang best seller sehingga dia
bisa meniru kesuksesan sang pionir.
Membaca genre yang Disukai
Jujur, meski saya seorang lelaki
saya sangat menyukai genre romance yang terkadang banyak orang beranggapan identic
dengan penulis perempuan. memang, untuk tataran internasional, penulis fiksi
romance didominasi oleh wanita. Tapi jika saya melihat pada tataran
lokal/nasional, saya melihat banyak juga penulis dari kaum adam yang berkutat
di genre romance. Khususnya fiksi islami. Sebagai contoh Habiburrahman
el-Shirazy yang hampir semua novelnya berkisah tentang romantisme dalam balutan
islam.
Membaca genre yang disukai adalah
modal utama untuk menulis genre yang sama. Membaca buku dari genre yang sedang
kita tulis setidaknya menjadi kunci utama untuk memahami apa yang disukai dari
pembaca, dan apa yang ditulis oleh pesaing. Kita bisa melihat peluang dan
menghadirkan ide baru yang belum pernah ada, atau sudah ada tapi belum
sempurna. Kita juga bisa mengetahui jenis buku apa yang laku keras di pasaran
dan buku yang mana yang tidak laku di pasaran sehingga kita bisa menghindari
kesalahan yang sama.
Juga, Membaca Genre Lain
Seorang penulis adalah pembaca
yang tidak pilih kasih ketika membaca buku. Dia dalah pembaca yang tidak
terpaku pada satu genre tapi juga mencoba untuk membaca banyak genre sehingga
wawasannya semakin luas dan berkembang. Dia menjadi seorang multitalent yang
serba tahu dan serba bisa karena buku yang dia baca.
Jika kamu ingin saya memberikan
contoh tentang penulis multitalent, maka saya akan sodorkan sosok HAMKA. Hamka
bukan hanya seorang ulama yang piawai menulis buku-buku agama, beliau juga
seorang sastrawan yang piawai menulis roman dan seorang sastrawan yang menulis
buku sejarah.
Dan saya pun berharap bisa meniru
sosok Hamka. Walaupun saya menyukai genre romance, bukan berarti saya menutup
diri dari membaca buku genre lain. Saya pada dasarnya menyukai semua jenis
genre. Saya sangat antusias membaca buku-buku motivasi/inspirasi dan self
improvement untuk mendapatkan spirit kehidupan, saya menyukai buku-buku sejarah
untuk melihat peradaban dan kejayaan masa lalu dan mengambil pelajaran darinya,
saya menyukai buku agama karena darinya saya menemukan telaga spiritualitas
yang menawarkan kesegaran.
Jika selama ini kamu hanya
berkutat pada satu genre, cobalah untuk memperluas jangkauanmu. Mungkin kamu
tidak suka fiksi, cobalah sekali-kali membaca fiksi sehingga kamu mulai
menikmatinya. Begitu juga sebaliknya, jika kamu tidak suka non-fiksi, cobalah
sesekali membacanya.
Membaca Buku yang Dibenci
Pada dasarnya saya tidak suka
fiksi fantasi. Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SD, saya sangat menyukai
cerita-cerita fantasi. Tapi seiring berjalannya waktu saya tidak menyukainya
dan menganggap membaca genre yang satu ini hanya membuang waktu saya. Tapi ketika
saya tahu bahwa novel Harry Potter (fantasy) meledak di pasaran saya menjadi
penasaran sehebat apa sih cerita anak lelaki berkaca mata itu sehingga begitu
digemari pembaca di seantoro dunia? Maka saya pun mulai membaca bukunya (tidak
semua seri sih) dan menonton filmnya. Ternyata tidak terlalu buruk.
Dari sini saya bisa menarik
kesimpulan bahwa saya pada dasarnya tidak menyukai fantasi, tapi saya menyukai
bagaimana JK Rowling bisa meramu kisah yang menggigit. Saya pikir, saya juga
bisa mencontek cara JK Rowling dalam menjaring pembacanya dalam genre romance.
Membuat Reading List Untuk
Melihat Kemajuan
Seorang penulis biasanya memiliki reading list untuk berbagai sebab dan alasan. Setidaknya ada dua fungsi reading list yang dibuat
Pertama, untuk memasang target
berapa buku yang akan kita baca selama setahun penuh sekaligus memonitor sejauh
mana target yang berhasil kita capai.
Kedua, untuk meninggalkan jejak
tentang buku apa saja yang telah kita baca sehingga kita bisa tahu sejauh mana
kemampuan kita dalam membaca.
Gunakan jurnal buku atau membuat
akun goodreads untuk melacak sekaligus memonitor kemajuan kita dalam membaca
buku. Tetapkan tujuan dan target membaca sehingga kita termotivasi untuk selalu
membaca buku. Pasang saja target yang rasional dan sesuai dengan kemampuan
kamu. Jangan menargetkan bisa membaca 100 buku dalam setahun jika rata-rata
sebulan kamu hanya menamatkan dua buku, itu jauh dari harapan.
Pasanglah target yang menantang
tapi realistis dan kamu juga yakin sanggup untuk melakukannya. Misal, biasanya
kamu hanya merampungkan 12 buku dalam setahun, maka untuk tahun ini pasanglah
target 24 buku. Selamat mencoba
Review Buku yang Sudah Kamu baca
Terkadang beberapa penulis juga mereview buku-buku yang mereka baca. Nah, supaya kamu bisa mengikat ide-ide apa yang telah kamu baca, maka alangkah baiknya jika kamu menulis ulasan dari buku yang selesai kamu baca. Biasanya saya menulis ulasan di blog personal atau goodreads. Bahkan lebih bagus lagi jika kamu mengungkapkan sisi kelebihan dan kekurangan dari buku yang kamu baca sehingga bisa menjadi panduan untuk orang lain. Saya juga terkadang menyertakan kutipan-kutipan yang saya suka dari buku yang saya baca.
No comments:
Post a Comment