19 May 2019

Beginilah Gaya Penulis Ketika Membaca Buku



Jika kamu ingin makan, maka kamu harus memasak. Jika kamu ingin menjadi penulis, maka kamu harus membaca buku.

Jika kamu berharap untuk menjadi seorang penulis, maka banyak-banyaklah membaca buku. Karena seorang penulis sejati adalah dia yang menghabiskan banyak waktu untuk berkutat dengan buku demi buku. Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan seorang penulis. Bahkan kalau bisa kita analogikan, bagi seorang penulis membaca buku sama dengan kegiatan makan makanan ringan sembari menyeruput kopi, atau diumpamakan seperti mobil yang harus diisi oleh bahan bakar supaya tetap bisa jalan. Bagi para penulis, membaca cepat, sering membaca dan aktif membaca adalah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.

Membaca Sebagai Keharusan

Bagi seorang penulis, membaca bukan sekedar mengisi waktu luang atau kegiatan menghabiskan waktu senggang. Membaca juga bukan kegiatan iseng untuk mengusir rasa bosan. Bagi mereka, membaca adalah aktifitas harian yang sudah menjadi keharusan sebagaimana dia harus mandi dua kali dalam sehari dan makan tiga kali dalam sehari. Membaca adalah satu kegiatan prioritas dalam kegiatan sehari-hari. Sesibuk apa pun mereka akan melakukan kegiatan yang satu ini.

Saya sendiri mencoba untuk menerapkan moto ‘tiada hari tanpa membaca’ sehingga saya benar-benar mengazamkan diri saya untuk membaca setiap hari. Paling tidak saya menyediakan waktu (Minimal) satu jam untuk membaca buku. Tidak melulu harus buku fisik dan tidak selalu membaca di buku yang sama. Mungkin saya bervariasi antara membaca artikel, atau membaca ebook di smartphone. Yang penting jangan sampai satu hari berlalu tanpa membaca buku.

Mungkin kamu juga bisa menerapkan pola yang sama dalam hidupmu. Misal, kamu bisa membaca buku di kereta sepulang dari kantor (itu pun kalau pulangnya pakai commuter :D) atau menyempatkan membaca buku di pagi hari sebelum berangkat ke kantor/kerja.

Jika tubuh kita membutuhkan nutrisi dari kegiatan makan dan minum, maka otak kita membutuhkan nutrisi dari buku yang kita baca. Itulah prinsip yang harus kita pegang selalu.

Membaca Dengan Sepenuh Hati

Bagi seorang pembaca, membaca harus memiliki benefit atau keuntungan. Jika setelah membaca kita tidak mendapatkan apa-apa, maka itu sama saja artinya dengan buang-buang waktu. Betapa sering kita membaca tapi kita tidak merasakan perbedaan antara sebelum dan sesudah membaca. Atau mungkin kita terlalu banyak membaca bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat untuk otak kita semacam berita-berita criminal di koran atau cerita-cerita amoral.

Terlepas dari apa jenis bacaanmu (fiksi atau non-fiksi), pastikan bahwa apa yang kamu baca memberikan sesuatu yang baru dalam dirimu. Ketika kamu membaca fiksi, maka pastikan bahwa kamu bisa belajar cara menyajikan sebuah kisah yang indah dan penuh makna. Fiksi juga bisa membuat kosa katamu semakin kaya. Ketika kamu membaca non-fiksi maka pastikan bahwa kamu akan mendapatkan pencerahan dan wawasan baru yang membuat kamu menjadi pribadi yang lebih bijak.

Oleh karena itu, bagi seorang penulis, kegiatan membaca membutuhkan konsentrasi dan pikiran yang tajam sehingga semua pesan bisa dia serap dengan baik dan maksimal.

Fokus pada Satu Buku

Seorang penulis biasanya tidak akan beralih kepada buku yang lain sebelum benar-benar merampungkan buku yang sedang dia pegang. Dia akan fokus membaca pada satu buku alih-alih membaca banyak buku sekaligus tapi tidak sampai tamat. Karena ketika dia membaca banyak buku berbeda, maka hal itu bisa membingungkan otaknya dan membuyarkan fokus dan konsentrasi. Pada akhirnya, pesan yang diserap pun tidak lagi maksimal.

Membaca lebih dari satu buku dalam sekaligus itu membingungkan. Ini diumpamakan seperti makan makanan pembuka, hidangan utama dan makanan penutup secara bersamaan.

Jika kamu tidak terbiasa membaca satu buku dalam satu waktu, mulailah dengan membaca buku yang sudah kita sukai, atau paling tidak kamu beranggapan kamu akan menyukainya setelah melihat nama pengarangnya atau blurb di cover belakang.

Saya dulu juga pernah terjebak pada keasyikan banyak membaca buku sekali waktu hingga pada akhirnya saya tidak bisa menamatkan semua buku tersebut karena cepat merasa bosan. Tapi saya belajar untuk fokus. Sekarang pun saya sedang mencobanya karena terkadang saya tergoda untuk membaca buku lain, sementara buku yang sedang berada dalam genggaman saya belum saya rampungkan.

Banyak Menghabiskan Waktu Untuk Membaca

Banyak para penulis yang menghabiskan buku dalam sekali duduk atau dalam sehari. Mereka tidak merasa bosan menekuri kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph hingga bab demi bab. Bahkan, mungkin seorang penulis akan menghabiskan waktu akhir pekannya atau hari liburnya dengan banyak membaca (disamping banyak menulis juga).

Membaca Ketika Pikiran Segar

Banyak diantara kita yang menjadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan pengantar tidur, atau lebih tepatnya digunakan sebagai ‘obat tidur’. Tidak ada salahnya jika hal ini dilakukan. Mengingat kegiatan membaca sebelum tidur lebih baik dibanding mendengarkan music atau mengecek media sosial (yang justru akan membuat kita sulit tidur).

Akan tetapi, jika kita menginginkan kegiatan membaca tersebut sebagai kegiatan yang produktif maka hendaknya membaca buku dalam keadaan yang siap, pikiran yang segar dan dalam kondisi tubuh yang fit. Jika menginginkan mempelajari sesuatu dari buku tersebut, maka jangan membacanya ketika hendak tidur. Mungkin akan lebih tepat jika kamu memilih untuk membaca novel, cerpen atau komik sebagai pengantar tidur, dan menyimpan buku-buku non-fiksi semacam motivasi, self-improvement, atau buku agama untuk dibaca di waktu yang pas dan mendukung.

Membuat Catatan


Seorang penulis biasanya memiliki notes untuk mencatat ide-ide penting yang dia dapatkan, baik murni dari benaknya (baca: khayalan), dari film yang ditonton, atau dari buku yang dia baca). Selain dengan membuat catatan, seorang penulis juga terkadang menggunakan high light untuk menandai kalimat atau bagian penting dari buku yang dia baca, atau menempelkan marka di kalimat yang dia butuhkan sewaktu-waktu sebagai referensi.

Selalu Mengajukan Pertanyaan

Saya selalu membiasakan diri saya untuk mengajukan pertanyaan kepada diri saya sendiri setiap kali merampungkan satu bab dari buku yang saya baca. Maka, setelah menyelesaikan satu bab, saya tidak terburu-buru untuk melanjutkan ke bab selanjutnya sehingga saya benar-benar bisa menjawab pertanyaan saya sendiri. begitu pun ketika saya sudah merampungkan semua bab, saya juga akan bertanya pada diri saya dengan pertanyaan;

Apa yang saya dapatkan dari bab/buku ini? 
Point-point apa yang harus saya ingat dari bab/buku ini? 
Apakah saya sudah mengingat dengan baik dan memahami bagian/buku ini? 
Apakah saya siap untuk melanjutkan membaca bab/buku selanjutnya? 
Jika sudah terjawab semuanya, maka silakan lanjutkan ke bab/buku selanjutnya.

Membaca Ulang Buku Favorit atau Membaca Semua Buku Penulis Favorite

Seorang penulis akan membaca buku yang dia suka. Ada banyak alasan kenapa dia membaca buku yang sama untuk yang kedua kalinya. Mungkin dia ingin menyerap informasi lebih dalam, mungkin jatuh cinta dengan gaya bahasa si penulis atau ingin mendapatkan pesan lebih banyak karena berpikir bahwa ketika membaca pertama kali, dia melewatkan banyak hal dari buku tersebut.

Pun ketika seorang penulis sudah jatuh cinta pada buku-buku pengarang tertentu, sudah barang tentu dia tidak akan melewatkan satu buku pun dari pengarang/penulis yang bersangkutan. Semakin banyak dia membaca dari penulis tertentu, semakin banyak pola yang dia tahu dari penulis tersebut. Mungkin juga dia mempelajari gaya penulisannya, bahkan bisa mengungkap rahasia dibalik penjualan bukunya yang best seller sehingga dia bisa meniru kesuksesan sang pionir.

Membaca genre yang Disukai

Jujur, meski saya seorang lelaki saya sangat menyukai genre romance yang terkadang banyak orang beranggapan identic dengan penulis perempuan. memang, untuk tataran internasional, penulis fiksi romance didominasi oleh wanita. Tapi jika saya melihat pada tataran lokal/nasional, saya melihat banyak juga penulis dari kaum adam yang berkutat di genre romance. Khususnya fiksi islami. Sebagai contoh Habiburrahman el-Shirazy yang hampir semua novelnya berkisah tentang romantisme dalam balutan islam.

Membaca genre yang disukai adalah modal utama untuk menulis genre yang sama. Membaca buku dari genre yang sedang kita tulis setidaknya menjadi kunci utama untuk memahami apa yang disukai dari pembaca, dan apa yang ditulis oleh pesaing. Kita bisa melihat peluang dan menghadirkan ide baru yang belum pernah ada, atau sudah ada tapi belum sempurna. Kita juga bisa mengetahui jenis buku apa yang laku keras di pasaran dan buku yang mana yang tidak laku di pasaran sehingga kita bisa menghindari kesalahan yang sama.


Juga, Membaca Genre Lain

Seorang penulis adalah pembaca yang tidak pilih kasih ketika membaca buku. Dia dalah pembaca yang tidak terpaku pada satu genre tapi juga mencoba untuk membaca banyak genre sehingga wawasannya semakin luas dan berkembang. Dia menjadi seorang multitalent yang serba tahu dan serba bisa karena buku yang dia baca.

Jika kamu ingin saya memberikan contoh tentang penulis multitalent, maka saya akan sodorkan sosok HAMKA. Hamka bukan hanya seorang ulama yang piawai menulis buku-buku agama, beliau juga seorang sastrawan yang piawai menulis roman dan seorang sastrawan yang menulis buku sejarah.

Dan saya pun berharap bisa meniru sosok Hamka. Walaupun saya menyukai genre romance, bukan berarti saya menutup diri dari membaca buku genre lain. Saya pada dasarnya menyukai semua jenis genre. Saya sangat antusias membaca buku-buku motivasi/inspirasi dan self improvement untuk mendapatkan spirit kehidupan, saya menyukai buku-buku sejarah untuk melihat peradaban dan kejayaan masa lalu dan mengambil pelajaran darinya, saya menyukai buku agama karena darinya saya menemukan telaga spiritualitas yang menawarkan kesegaran.

Jika selama ini kamu hanya berkutat pada satu genre, cobalah untuk memperluas jangkauanmu. Mungkin kamu tidak suka fiksi, cobalah sekali-kali membaca fiksi sehingga kamu mulai menikmatinya. Begitu juga sebaliknya, jika kamu tidak suka non-fiksi, cobalah sesekali membacanya.

Membaca Buku yang Dibenci

Pada dasarnya saya tidak suka fiksi fantasi. Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SD, saya sangat menyukai cerita-cerita fantasi. Tapi seiring berjalannya waktu saya tidak menyukainya dan menganggap membaca genre yang satu ini hanya membuang waktu saya. Tapi ketika saya tahu bahwa novel Harry Potter (fantasy) meledak di pasaran saya menjadi penasaran sehebat apa sih cerita anak lelaki berkaca mata itu sehingga begitu digemari pembaca di seantoro dunia? Maka saya pun mulai membaca bukunya (tidak semua seri sih) dan menonton filmnya. Ternyata tidak terlalu buruk.
Dari sini saya bisa menarik kesimpulan bahwa saya pada dasarnya tidak menyukai fantasi, tapi saya menyukai bagaimana JK Rowling bisa meramu kisah yang menggigit. Saya pikir, saya juga bisa mencontek cara JK Rowling dalam menjaring pembacanya dalam genre romance.

Membuat Reading List Untuk Melihat Kemajuan


Seorang penulis biasanya memiliki reading list untuk berbagai sebab dan alasan. Setidaknya ada dua fungsi reading list yang dibuat

Pertama, untuk memasang target berapa buku yang akan kita baca selama setahun penuh sekaligus memonitor sejauh mana target yang berhasil kita capai.

Kedua, untuk meninggalkan jejak tentang buku apa saja yang telah kita baca sehingga kita bisa tahu sejauh mana kemampuan kita dalam membaca.

Gunakan jurnal buku atau membuat akun goodreads untuk melacak sekaligus memonitor kemajuan kita dalam membaca buku. Tetapkan tujuan dan target membaca sehingga kita termotivasi untuk selalu membaca buku. Pasang saja target yang rasional dan sesuai dengan kemampuan kamu. Jangan menargetkan bisa membaca 100 buku dalam setahun jika rata-rata sebulan kamu hanya menamatkan dua buku, itu jauh dari harapan.

Pasanglah target yang menantang tapi realistis dan kamu juga yakin sanggup untuk melakukannya. Misal, biasanya kamu hanya merampungkan 12 buku dalam setahun, maka untuk tahun ini pasanglah target 24 buku. Selamat mencoba

Review Buku yang Sudah Kamu baca


Terkadang beberapa penulis juga mereview buku-buku yang mereka baca. Nah, supaya kamu bisa mengikat ide-ide apa yang telah kamu baca, maka alangkah baiknya jika kamu menulis ulasan dari buku yang selesai kamu baca. Biasanya saya menulis ulasan di blog personal atau goodreads. Bahkan lebih bagus lagi jika kamu mengungkapkan sisi kelebihan dan kekurangan dari buku yang kamu baca sehingga bisa menjadi panduan untuk orang lain. Saya juga terkadang menyertakan kutipan-kutipan yang saya suka dari buku yang saya baca.


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment