Sebenarnya tidak semua orang salafi saya anggap menyimpang. Tapi
ada beberapa kelompok yang menisbatkan diri mereka sebagai salafi, tapi jauh
dari manhaj salaf. Apa alasannya?
Pertama, mereka menuduh beberapa golongan di luar mereka
dengan sebutan khawarij, berselisih dengan mereka, kau akan dicap khorijiy,
Anda membuatnya kesal anda dicap termasuk khawarij
Kedua, mengritik pemerintah juga disebut khawarij. Bahkan
meski dilindungi UU dan diizinkan pun tetap disebut khawarij. Padahal presiden
sendiri menjamin kebebasan berpendapat.
Ketiga, mengunjungi tempat/kajian yang dihampiri orang yang
dinilai khawarij maka akan dicap sebagai khawarij, bahkan membaca kitabnya saja
akan dikatakan sebagai khawarij.
So, sebenarnya orang-orang yang mudah mengatakan orang lain
sebagai khawarij itu tahu tidak siapa sebenarnya khawarij.
Iman menurut khawarij, satu bagian dan tidak
bercabang-cabang. Masuk ke dalamnya atau keluar darinya sama sekali, maka siapa
yang berzina maka dia kafir.Tapi bagi Salafi, Khawarij adalah keluar dari
ketaatan waliyul amr.
Membelot dari waliyul amr tidak ada kaitannya dengan aqidah
khawarij. Bisa saja seseorang membelot dari waliyul amr tapi dia tidak
beraqidah khawarij. Bisa jadi pembelotan ini termasuk ke dalam fitnah.
Maka, syaikh Nabil menyarankan bagi mereka untuk mempelajari
akidah khawarij dan orang yang bertindak memblot seperti tindakan khawarij.
Karena jika mereka masih berpaham seperti itu,maka berarti sebagian sahabat
termasuk khawarij, sebagian tabi’in termasuk khawarij, Saad bin Jubair termasuk
khawarij, Abdullah bin Zubair termasuk khawarij dan banyak imam termasuk
khawarij.
Pemerintah terbagi menjadi
dua yaitu ulama dan pemerintah (penguasa). Dimana keduanya berperan untuk
rakyat dalam menjaga agama dan urusan dunia mereka. Dan anehnya ketika agama
sudah hilang darinya tetapi tetap dikatakan sebagai waliyul amr. Sampai-sampai
presiden Nashrani seperti di Libanon pun disebut sebagai waliyul amr.
Syaikh Nabil hafidzahullah pernah mengatakan bahwa presiden dari
Partai Ba’ats (Komunis) yang berkata,”Aku beriman pada Baats semata” juga
dijadikan sebagai waliyul amr dan menjadi pemimpin yang didengar serta ditaati.
Syaikh Nabil juga bercerita tentang pengalaman syaikh Ahmad Naqib ketika
memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang Libya pasca revolusi. Syaikh
Ahmad Naqib disuruh pergi oleh orang-orang yang mengaku salafi dan dilarang
memberikan bantuan. Karena orang-orang yang mengaku salafi ini menganggap orang
Libya menjadi khawarij disebabkan memberontak Al-Qaddafi waliyul amr yang sah
menurut syar’i.
Kita menyebut mereka murji’ah karena mereka memisah antara
amal dan iman thaghut tersebut.
Kemudian apa yang terjadi di Dammaj juga menjadi bukti kontradiksi
pemikiran orang-orang yang mengaku salafiyah ini. Selama dua puluh tahun
terakhir, Amerika menyerang Afghanistan
melawan mujahidin, menjajah Iraq, menghancurkan masjid. Orang-orang Salafi
Murjiah ini melarang keluar berjihad melawan para penjajah, di Chechnya,
Kashmir, Afghanistan, Irak bahkan di Palestina dengan alasan taat kepada Ulil
amri.
“Demi Allah saya baca beberapa pernyataan mereka dan saya
juga dengar sendiri, mereka bergembira atas rakyat Gaza yang sedang di roket.
Syaikh Abu Rayyan yang terbunuh bersama keempat istrinya,dan dia seorang alim,
mengajarkan shahih muslim setiap harinya. Orang-orang ini justru bergembira
atas terbunuhnya ulama ini hanya karena syaikh Abu Rayyan adalah seorang
Ikhwanul Muslimin,” jelas syaikh Nabil.
Selama ini Salafi murjiah ini menyalahkan orang yang berjihad
dan tidak percaya bahwa jihad selama ini memerangi orang Yahudi dan Nasrani.
Mereka baru berkata jihad saat ini wajib ketika saudara-saudara mereka di
Dammaj yang mereka anggap dekat pemikirannya (bukan orang IM) diserang oleh
orang Syiah Hautsi.
Kita mempertanyakan peranan orang-orang salafi Murji’ah ini dalam
masalah berhukum dengan hukum Allah. Memang orang-orang ini adalah pegiat
dakwah dalam hal tauhid dan aqidah shahihah tetapi dalam perkara berhukum pada
hukum Allah mereka tidak terlihat batang hidungnya. Padahal berhukum dengan
hukum Allah adalah perkara tauhid.
Orang-orang Salafi murjiah ekstrim ini meninggalkan dai-dai
ternama seperti syaikh Nashir, syaikh Shalih Al-Maghamsi, syaikh Al-Arifi,
syaikh Salman, syaikh Muhammad Hassan bahkan pendiri salafi 30-40 tahun yang
lalu, syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy.
Pernah terjadi di Dablin, Eropa, seorang mualaf kembali
murtad karena diajak mempelajari masalah tahzdir (mewaspadakan dari kesalahan
orang), Tashnif (klasifikasi orang), Tasywih (penyimpangan ajaran Islam).
Orang-orang ini juga bermajelis untuk menuduh orang lain sebagai kelompok
sesat.
Marilah kita menyoal tentang adab. Mari kita mencontoh adab
yang mulia dari Syaikh bin Baz ketika beliau membantah hujjah rekannya yang
keliru dengan memberikan komentar dan kritikan yang diletakkan pada halaman
pertama kitab mereka. Syaikh Bin Baz ingin menjaga dan menghormati mereka demi
menjaga adab terhadap syaikh. Tetap memuji dan menyanjung penulis walaupun ada
kesalahan didalamnya.
Masalah sebenarnya ada pada kelompok Salafi murjiah ini.
Dimana mereka suka menyesatkan dan menihilkan peran jamaah lain. Lalu hadir di
tengah umum mengaku paling salafi padahal itu bukanlah cara syaikh Bin Baz,
syaikh Utsaimin, syaikh Jibrin. Bahkan syaikh Albani memperagakan akhlak yang
mulia ketika berkomentar terhadap kitab-kitab Sayyid Qutb.
Ya, kelompok ini mengaku sebagai salafi padahal sama sekali
tidak bermanhaj salaf,
Disarikan dari artikel Kiblat net >> https://www.kiblat.net/2016/04/11/syaikh-nabil-al-awadiy-jauhilah-kelompok-murjiah-kontemporer-ini/
Siip
ReplyDelete