25 Mar 2019

Jangan Menyalahkan Takdir



Dikisahkan di dalam kitab Syarah Aqidah at-Thahawiyah bahwa ada seorang pencuri yang tertangkap dan langsung dihadapkan kepada Umar bin Khatab radiyallahu anhu. Sang Khalifah meminta untuk memotong tangan si pencuri itu.

Pencuri itu berkilah, “Saya menjadi seorang pencuri karena saya sudah ditakdirkan menjadi seorang pencuri.”

Umar bin Khatab radiyallahu anhu berkata, “Dan saya juga ditakdirkan untuk memotong tanganmu saat ini.”

-
Takdir tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan dosa dan maksiat. Itu hanya alasan yang dilontarkan oleh mereka yang tidak memahami takdir dan orang bodoh yang tidak memahami keadilan Allah Subhanahu wata'ala. Beralasan takdir baru dibenarkan dalam masalah musibah.

Maka ulama salaf mengatakan,

القَدَرُ يُحْتَجُّ بِهِ فِي الْمَصَا ئِبِ لاَ فِي الْمَعَايِبِ
Takdir dijadikan alasan dalam musibah bukan untuk maksiat.” 

Memang, semua yang kita lakukan dan semua yang akan terjadi dalam hidup kita adalah takdir Allah. Bahkan Allah sudah tahu dimana tujuan akhir kita, apakah di surga atau di neraka. Allah menciptakan kita sekaligus menciptakan perbuatan-perbuatan kita.  Allah sudah tahu apakah kita akan menjadi orang yang baik atau yang buruk. Bahkan bayi yang meninggal pun, Allah Subhanahu wata'ala tahu apa yang akan bayi itu lakukan seandainya bayi itu masih hidup hingga dewasa.

Apakah Allah dzalim? Bukankah Allah Subhanahu wata'ala sudah menakdirkan kehidupan kita dan menentukan tempat akhir kita (surga atau neraka). Tapi kenapa Allah menyiksa hamba-Nya karena dosanya?

Kita diberi kehendak untuk memilih. Ketika saya menulis artikel ini, saya bisa memilih untuk melanjutkannya atau menghentikannya. Saya bisa memilih untuk mempublish di facebook atau di blog. Saya bisa memiliih menulis di PC atau di smartphone. Kita bebas memilih, sehingga Allah Subhanahu wata'ala pantas mengganjar kita berdasar pilihan kita. Sementara Allah Maha Tahu apa yang akan kita lakukan.

Sekarang, mari kita berlogika. Jika kita merasa bahwa perbuatan maksiat yang kita lakukan adalah kehendak Allah Subhanahu wata'ala tanpa ada pilihan yang diberikan kepada kita, maka mari kita ambil sebuah ilustrasi. Kereta api melaju cepat dan kita berada di pinggirnya. Saya suruh kamu untuk berdiri di tengah rel sementara beberapa menit lagi kereta akan lewat. Apakah kamu akan beralasan, “Jika Allah menakdirkan saya hidup saya hidup, jika saya harus mati maka saya mati. Dan kamu memilih berdiri di atas rel.”

Mungkin kamu sudah gila jika kamu berdiri di rel. Nah, sekarang kamu bisa menyimpulkan sendiri konsep takdir yang benar.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment