16 Jul 2017

Jangan Abaikan Pendidikan Agama Untuk Anak Kita


Mungkin saja ada diantara kita yang pernah merasa kesal karena anak kita terlihat malas-malasan saat belajar. Atau mungkin kita merasa jengkel ketika anak yang kita ajari ternyata susah menangkap pelajaran yang kita ajarkan kepada mereka. Atau mungkin merasa cemas dan beranggapan anak kita bukan termasuk anak jenius dengan otak yang cemerlang yang mampu menyerap pelajaran dengan cepat dan berpotensi menjadi juara di kelasnya.

Oh, jangan sampai kita berpikiran seperti itu. Cobalah untuk menyadari bahwa potensi setiap anak itu berbeda-beda. Dan setiap anak juga memiliki kecenderungan yang berbeda, baik dalam hal minat terhadap satu bidang atau minat terhadap cara penyampaian dalam pembelajaran. Ada anak yang merasa senang dengan metode mendengarkan dan menulis, ada anak yang cepat menyerap pelajaran dengan metode visual. Dan ada juga yang mampu berpikir lebih jauh dan cemerlang setelah praktek di lapangan.

Tetiba saya jadi ingat cerita paman saya. Dia mempunyai seorang teman yang dikenal sebagai anak yang paling bodoh di kelas. Beberapa kali tidak naik kelas dengan hasil ujian kenaikan kelas yang memprihatinkan. Tapi ternyata di masa dewasanya dia menjadi seorang yang sukses secara vinansial. Menjadi bos pengepul cengkeh dan hasil panen sekampung. Padahal, di sekolahnya dia payah dalam pelajaran matematika. Mungkin saja lelaki itu belajar secara nyata hitung-hitungan dalam kehidupan dan bisnis. Bisa belajar secara langsung dari pengalaman kehidupan.

Maka, kita juga harus menyadari bahwa setiap anak juga tidak selalu pintar dalam semua hal alias multi talent. Walau pun dia tidak menguasai semua hal, maka itu bukanlah sebuah kekurangan. Karena setiap manusia punya kecenderungan masing-masing yang tidak bisa dipaksakan. Setiap pribadi memiliki kecenderungan untuk mendalami sesuatu yang menjadi spesialisasinya dalam bidang tersebut.

Bisa saja seorang anak lemah dalam bidang matematika, tapi dia ahli dalam bidang komputer. Mungkin saja seseorang lemah dalam bidang bahasa, tapi dia ternyata terampil dalam kerajinan.
Saya bisa mencontohkan dari diri saya sendiri. Saya paling payah dalam bidang eksakta ketika sekolah dulu. Saya paling bodoh dalam pelajaran matematika ketika sekolah dasar. Kemudian pelajaran fisika dan kimia menambah daftar pelajaran yang membuat saya pusing ketika menginjak bangku SMP.

Tapi saya akui, saya memiliki kelebihan dalam bidang sastra, sastra dan seni. Di situlah saya menyadari bahwa saya memiliki kecenderungan pada hal yang bersifat estetika. Estetika bahasa dan seni lainnya.

Untuk para orang tua, hendaknya mereka mengetahui apa minat anak-anaknya. Jika anaknya memang belum mengetahui atau bingung dengan kemampuan yang mereka miliki.

Agama yang Paling Utama

Baiklah, banyak orang tua yang merasa khawatir dengan pendidikan anak mereka. Sampai-sampai memaksa anak mereka untuk kursus habis-habisan untuk bisa menjadi bintang kelas. Tapi mereka sama sekali tidak khawatir dengan pendidikan agama anak-anak mereka.

Para orang tua tidak pernah menanyakan kepada anak mereka,”kamu sudah shalat dzuhur nak?” ketika anaknya pulang dari sekolah. Alih-alih menanyakan shalat dzuhurnya, si ibu justru bertanya,”bagaimana pelajarannya, sudah makan?”

Orang tua tidak mengontrol shalat dan bacaan al-quran anak-anak mereka. Mereka tidak peduli apakah anaknya bisa mengaji al-quran atau tidak. tetapi mereka sangat khawatir anak-anak mereka tidak masuk sepuluh besar di kelas.

Lingkungan Mempengaruhi Agama Anak

Selain dengan didikan yang baik dari orang tua, anak kita juga perlu dikondisikan dengan lingkungan yang baik. Maka sudah seharusnya orang tua untuk memilih sekolah yang berkualitas untuk anaknya. Berkualitas di sini adalah kualitas dalam hal diniyah; sekolah yang mampu mengup-grade keimanan dan ketakwaan anak-anaknya. Syukur-syukur jika anak bisa boarding school sehingga bisa terkontrol selama 24 jam dalam sistem yang islami.

Jika memang si anak tidak sekolah dengan sistem boarding school [ma’had/pesantren] kita perlu mengkondisikan lingkungan pergaulan anak. Usahakan lingkungan yang kita tinggal bisa menunjang keimanan anak-anak kita. Dorong anak-anak kita untuk terlibat dengan organisasi remaja masjid, umpamanya. Atau dorong anak kita untuk aktif dengan perkumpulan pengajian pemuda. Jika kita mustahil menjaga anak kita dari pergaulan yang bobrok di lingkungan sekitar, maka ma’had menjadi solusi yang tepat untuk menjawabnya.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment