Anwar pergi berjihad ke suriah meninggalkan masitoh dan
kedua anaknya. Bertahun-tahun anwar tidak kembali, sementara teman-temannya
yang dulu berangkat bersamanya sudah pulang satu demi satu. Atau ada yang tidak
pulang karena syahid di medan perang. Tapi anwar tidak diketahui dengan pasti.
Apakah ia masih hidup atau syahid di medan perang. Lagi pula, tak satu pun
temannya yang pulang membawa kabar anwar. Mereka mengatakan kepada masitoh
bawha mereka berpisah sejak mereka tiba di suriah. Anwar bergabung dengan
laskar jihad yang berbeda. Ada lagi kabar dari teman satu laskarnya bahwa anwar
sudah tidak diketahui keberadaannya sejak baku tembak terjadi di alepo. Lagi
pula, jika seandainya dia syahid, pastinya akan ditemukan jasadnya. Apakah
mungkin jasadnya tercecer berkeping-keping karena terkena altileri?
Walau pun nasib anwar tidak diketahui secara pasti, masitoh
tetap menunggu dan ia yakin, suatu saat nanti anwar pasti akan pulang.
Orang tua masitoh meminta kejelasan kepada seorang kyai
tentang status masitoh. Kyai berfatwa bahwa masitoh bisa menikah dengan lelaki
lain jika kemungkinan tentang nasib anwar sangat kecil. Apalagi anwar sudah
pergi bertahun-tahun lamanya. Kyai mengungkapkan bagaimana hukumnya dalam
islam.
Orang tua masitoh membujuk masitoh untuk menikah lagi dengan
lelaki pilihan mereka. Tapi masitoh tidak mau. Ia tetap yakin bahwa anwar akan
pulang atau sampai ia mengetahui nasib yang menimpa suaminya.
Ternyata penantian masitoh sampai pada ujungnya ketika suatu
hari anwar pulang. Tapi ia kini berbeda. Ia pulang dengan tanpa kaki kanannya.
Ia pincang, kakinya putus terkena serpihan altileri. Anwar bercerita bahwa ia
diselamatkan penduduk sipil dan ikut mengungsi ke turki hingga ia sembuh di
sana. Sementara laskarnya menganggapnya sudah syahid.
No comments:
Post a Comment