Suatu hari roni tidak sengaja bertemu dengan siti, seorang
aktifis rohis semasa SMA dulu. Roni dan siti sama-sama anak rohis yang sering
ngadain acara –acara keislaman di sekolah mereka dulu. Tapi ada yang aneh
dengan kepribadian siti. Roni menganggap bahwa siti yang ia temui hari itu
bukanlah siti yang dulu. Ia bertemu dengan siti tanpa melihat jilbab
panjangnya. Roni tidak melihat sikap anggun siti yang tegas dan menjaga diri.
Roni bertemu dengan teman lamanya itu dengan tampilan yang sulit ia duga. Siti
memakai high heels, rok mini dan atasan blus tanpa lengan. Benarkah ini siti?
Roni yakin bahwa itu siti ketika siti ketika ia memanggil
nama siti. Ternyata benar. Awalnya siti merasa terkejut bisa bertemu lagi. Roni
bertanya kenapa siti bisa berubah. Siti merasa tersinggung dengan pertanyaan
roni. Tapi akhirnya ia membuka rahasia. Ia berkata bahwa ia telah tidak suci
karena laku bejat orang jahat. Ia frustasi. Beruntung ada seorang ikhwan yang
menyelamatkan kegelisahannya dengan menikahinya. Tapi itu tak ubahnya seperti
keluar dari mulut buaya masuk mulut singa. Ternyata “ikhwan” yang ia sangka
saleh itu jauh dari apa yang ia impikan. Suami yang ia kira sebagai malaikat
penyelamat seorang lelaki temperamen yang suka memukulnya kapan pun ia mau.
Lebih dari itu (dan ini yang paling menyakitkan) suami siti sering mengumbar
kecelakaannya dan mengejeknya dengan wanita tak punya harga diri.
Dari sana siti merasa terpuruk. Ia menggugat cerai suaminya.
Setelah bercerai, ia mulai goncang. Efek dari rasa frustasinya, siti
menanggalkan pakaian kehormatannya dan menjadi perempuan yang bebas tanpa
aturan.
Roni merasa iba sekaligus tak percaya dengan apa yang dituturkan siti. Kemudian roni meminta siti
untuk berubah. Namun siti tidak mau berubah dan merasa nyaman dengan
kehidupannya.
“bagaimana jika engkau menjadi ibu untuk anak-anakku yang
piatu?” tanya roni. Bahkan ia tidak memikirkan lebih jauh kata-kata yang ia
lontarkan. Ia ingin menyelamatkan siti dari kehidupannya yang kelam dan penuh
derita.
Siti terkejut dengan apa yang dikatakan roni. Ia tidak
yakin,”aku tidak ada nilainya sama sekali. Dan aku tidak pantas bersanding
denganmu.”jawab siti.
Roni tetap meyakinkannya hingga akhirnya siti merasa
terenyuh. Ia merasa bahagia. Ia tidak merasa ragu karena ia tahu siapa roni.
Dalam hatinya yang paling dalam, nuraninya merasa bahwa ia sudah melangkah
lebih jauh dari jalan kebenaran.
No comments:
Post a Comment