Pendengar yang dirahmati Allah
/ pada pertemuan yang lalu kita
sudah membahas tentang pentingnya sikap khouf yaitu rasa takut akan azab dan
murka dari Allah
/ kemudian dilanjutkan bagaimana
pentingnya kita menanamkan sikap roja’ atau pengharapan atas rahmat dan kasih
sayang Allah
//



Pendengar/ pada pertemuan kita kali ini/ insya Allah
kita akan membahas bagaimana pentingnya menggabungkan sikap khouf dan roja’
pada diri seorang muslim//
Baiklah pendengar yang berbahagia/ kita akan simak
satu hadits yang berkenaan dengan kedua sikap yang mulia tersebut//
Hadits ini dibawakan oleh Abu Sa’id Al-Khudri
/ bahwa suatu ketika Rasulullah
pernah
bersabda//


إذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ : قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي ، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ : يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا ، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ
“Apabila jenazah telah dibawa oleh orang-orang di atas
pundak-pundak mereka menuju kubur / seandainya pada masa hidupnya ia adalah
orang yang shalih/ ia akan mengatakan/ “Segerakanlah aku!! segerakanlah aku!!”//
Namun jika ia dahulu orang yang tidak shalih/ ia akan mengatakan/ “Celaka!/
Hendak kemana kalian membawa jenazah ini!// Seluruh makhluk mendengar suara jeritan
tersebut kecuali manusia/ andaikata seseorang mendengarnya/ pasti dia akan
pingsan.”//
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam
kitab shahihnya//
Melalui hadits ini/ kita diharapkan untuk selalu
optimis terhadap rahmat dan kasih sayang Allah/ tentunya dibarengi dengan
ketaatan dan amalan-amalan solih// Hal itu digambarkan dengan bagaimana
bahagianya ruh jenazah seorang mukmin/
sehingga ruhnya berkata kepada pemikul keranda untuk menyegerakan
penguburannya//
Sebaliknya/ hadits ini juga mengajarkan sikap khouf//
hal itu digambarkan ketika ruh orang kafir begitu ketakutan ketika jenazahnya
akan dikuburkan// Tentunya ruhnya itu tahu bahwa azab Allah
menantinya di alam kubur//

Kemudian hadits selanjutnya diriwayatkan oleh Imam
bukhrori rahimahullah/ yang berbunyi//
الْجَنَّةُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
"Surga itu lebih dekat kepada salah seorang
kalian daripada tali sandalnya, dan neraka juga demikian//
Pendengar yang berbahagia/ salah satu metode
pengajaran Rasulullah
adalah dengan selalu memberikan perumpamaan
atau permisalan// hikmah dari diberikannya perumpamaan tersebut/ diharapkan
yang mendengarnya menjadi lebih paham// selain itu/ dengan perumpamaan/ kita
akan menjadi selalu ingat dengan yang dimisalkan//

Oleh karena itu Pendengar/ kenapa hadits tersebut
menjadikan tali sandal sebagai perumpamaan?// karena kita selalu memakai sandal
kemana pun kita pergi// begitu juga dengan surga dan neraka Allah
/ yang keduanya sangat dekat
sedekat kita dengan sandal yang selalu menyertai kita kemana pun kita pergi//

Bisa saja surga digapai oleh kita hanya dengan satu
kalimat saja/ demikian pula neraka// boleh jadi seseorang masuk neraka hanya
gara-gara satu kalimat yang ia ucapkan// hanya dengan satu kalimat yang
mengandung kekafiran// maka dari itu/ kita sudah seharusnya hati-hati dalam
berucap dan beramal/ karena hal itu menentukan bagaimana nasib kita kelak//
apakah kita akan berlabuh di surga atau di neraka//
Kemudian pendengar/ ada Hadits terakhir berkenaan
dengan sikap khouf dan roja’// hadits Dari Abu Hurairah
ia berkata// Aku pernah mendengar Rasûlullâh
bersabda// ”Sesungguhnya Allâh telah
menciptakan seratus rahmat pada hari Dia menciptakannya// Maka Dia menahan di
sisi-Nya yang sembilan puluh sembilan rahmat// sedangkan yang satu rahmat Dia berikan
untuk seluruh mahluk-Nya// Maka kalau sekiranya orang yang kafir itu mengetahui
setiap rahmat yang ada di sisi Allâh/ niscaya dia tidak akan pernah putus asa
untuk memperoleh surga// Demikian juga kalau sekiranya orang mu’min itu
mengetahui setiap azab yang ada di sisi Allâh/ niscaya dia tidak akan pernah
merasa aman dari masuk ke dalam neraka//


Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Sahihnya dan juga diriwayatkan
oleh Imam Muslim //
Lalu timbul pertanyaan/ sebenarnya mana yang paling
utama?// apakah khouf lebih utama daripada roja’?// atau sebaliknya?// Seperti
yang telah kita sebutkan tadi/ bahwa baik khouf maupun roja’ kedua-duanya sama
penting dan harus ada di setiap jiwa muslim//
Baik Khauf maupun raja` merupakan dua ibadah yang
sangat agung// Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin/ maka seluruh
aktivitas kehidupannya akan menjadi seimbang// Dengan khauf akan membawa diri
seseorang untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang
diharamkan// Dengan raja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa
yang ada di sisi Allah/ yaitu berupa pahala/ maghfiroh atau ampunan Allah
dan surga-Nya kelak di akhirat//

Disebutkan dalam sebuah riwayat/ Rasulullah
mendatangi seorang pemuda yang sedang
menghadapi kematian atau sakaratul maut// Rasullullah
bertanya kepada pemuda ini/ Bagaimana kamu
mendapati dirimu?// Pemuda ini menjawab/ “Aku mendapati diriku dalam keadaan
takut atas dosa-dosa yang aku kerjakan sekaligus mengharapkan rahmat Tuhanku.//


Lantas nabi
menjawab/ “Tidaklah berkumpul dua perasaan
tersebut/ yakni roja’ dan khouf di dalam hati seorang hamba/ melainkan Allah
berikan apa yang ia harapkan dan memberikan ketentraman dari hal yang
khawatirkan//

Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata/ Jika ada yang
bertanya/ ‘manakah yang lebih utama di antara sikap Al-Khauf dan Al-Raja`?//
Pertanyaan ini sama seperti pertanyaan/‘mana yang lebih enak, roti atau air?//
Jawabannya adalah,/Bagi orang yang lapar/ roti lebih
tepat// Bagi yang kehausan/ air lebih pas// Jika rasa lapar dan haus hadir
bersamaan dan kedua rasa ini sama-sama besar porsinya/ maka roti dan air perlu
diasupkan bersama-sama//
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad rahimahullah juga pernah ditanya dengan pertanyaan yang
hampir senada/ Mana yang lebih utama untuk kita, rasa khauf atau raja`?//
Beliau menjawab// Ketahuilah/ bagi orang yang
mempunyai hawa nafsu yang kuat dan mempunyai kecenderungan bermaksiat// maka
khauf mesti ditekankan hingga ia kembali ke jalan yang lurus// Namun bagi orang
yang akan meninggal// sikap Raja` harus lebih diutamakan agar ia tidak berburuk
sangka kepada Allah// Sementara/ bagi orang yang sehat raganya/ istiqamah di
jalan agama Allah/ maka baginya yang paling utama adalah keseimbangan di antara
sikap Khauf dan Raja` hingga menjadi layaknya dua sayap burung//
Beberapa ulama menggambarkan perumpamaan yang begitu indah//
Mereka mengumpamakan sikap khouf dan Roja’ seperti dua sayap pada seekor
burung// Coba bayangkan pendengar/ mungkinkah seekor burung bisa terbang dengan
satu sayap?// kemudian rasa cinta kepada Allah
diumpamakan sebagai kepala burung//

Kesimpulan dari pembahasan kita adalah/ dengan khauf
dan raja` seorang mukmin akan selalu ingat bahwa dirinya akan kembali ke
hadapan Allah
/ di samping ia
akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan ibadah //

Kedua sikap tersebut harus dimiliki oleh seorang
mukmin// Sikap ini menjadi ciri mukmin yang baik yang bisa menempatkan diri
kapan ia harus berada pada posisi khauf dan kapan ia mesti berada pada posisi
roja’//
Demikian pembahasan kita kali ini/ semoga bermanfaat
dan menambah keimanan serta rasa cinta kita kepada Allah
/ semoga bermanfaat//

No comments:
Post a Comment