28 Feb 2025

Kok Kajian Isinya Bahas Percintaan?

 Umumnya, selama ini, yang menjadi bahasan utama di pengajian adalah bahasan seputar aqidah, tauhid, fiqih, muamalah dan akhlak. Itu adalah pakem yang sudah kita pahami dalam ranah kajian agama. Dari dulu, para ulama dan sekaligus penuntut ilmu berkutat dengan masalah-masalah kehidupan based on "qolallahu ta'ala" dan "qola Rasulullah shalallahu alaihi wasallam."


Tapi, akhir-akhir ini muncul pro kontra tentang kajian yang isinya soal percintaan dengan dibumbui kutipan-kutipan melow ala anak senja di Pengajian komunitas 'hijrah.' Kita melihat ada ustadz yang menyampaikan ayat dan hadit sambil lalu, sementara porsi terbesar dari kajian adalah bahasan-bahasan percintaan yang relate dengan masa kini dan kehidupan anak muda, dan dipungkas dengan curhatan para jamaah yang masih berdarah muda--dan umumnya lajang--dengan segala dinamikanya. 


Tentunya munculnya fenomena ini menimbulkan banyak perdebatan, terutama di kalangan warga dunia maya yang concern dalam masalah agama dan syari'at.


Yang kontra terhadap kajian 'cinta-cintaan' menganggap bahwa pengajian itu harusnya membahas hal-hal basik ilmu-ilmu keagamaan. Bukan malah bahas hal-hal remeh soal percintaan anak remaja dengan segala dinamikanya dengan dibumbui quote-quote 'anak senja' yang tidak ada relevansinya dengan ukuran ilmiah dalam beragama.


"Zaman sekarang, seseorang sudah bisa dikatakan ustadz hanya karena ganteng dan pandai merangkai kata-kata indah. Isi kajiannya penuh dengan 'kata-kata mutiara' percintaan." Itu adalah salahsatu komentar netizen yang kontra dengan gaya 'dakwah' yang temanya tentang percintaan melulu. 


Tak hanya soal substansi dari isi kajiannya, mereka tentunya mengkritisi jamaah pengajian--yang notabene kaum hawa yang masih lajang--dan sang ustadz. Dalam banyak video yang beredar, sering terlihat para jamaah akhwat itu foto bareng ustadz dengan senyum mengembang, kemudian histeris ketika melihat sang ustadz datang. Tak jauh beda dengan laku para fandom K-Pop. Bedanya ini yang diidolakan adalah seorang ustadz yang konon juga berwajah bak pria Korea. Tak heran jika ada yang menyeletuk, "Iya, komunitas hijrah. Hijrah dari fandom K-Pop ke fandom ustadz. Perilakunya sama. Gak bisa jaga pandangan. Sekalinya hadir ke kajian hanya untuk fotoin ustadz ganteng untuk dijadikan story WA dan IG."


Yang pro terhadap kajian 'cinta-cintaan' pun membela diri dengan beberapa alasan. Pertama, menurut mereka, kajian itu komprehensif. Masalah agama itu syumul (menyeluruh) sehingga tidak bisa dibatasi oleh bidang-bidang ilmu keagamaan yang sudah menjadi pakem. Menurutnya, ngaji soal cinta atau bahkan ngaji soal politik pun selalu ada korelasinya dengan agama. Karena agama mengatur semua hal dalam kehidupan, termasuk urusan percintaan remaja. Karena Islam adalah ideologi yang mampu memjawab semua permasalahan kehidupan manusia, termasuk masalah cinta. 


Analoginya, menurut mereka, tidak bisa mengatakan ilmu matematika jauh lebih penting dari ilmu sosial hanya karena ilmu matematika adalah ilmu eksakta yang menjadi ciri khas orang pintar dan menjadi standar kepintaran. Pun dalam ranah kajian. Setiap kajian memiliki ranah masing-masing yang tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain. Kajian tauhid itu sangat penting. Kajian tentang cinta dengan segala dinamikanya juga penting supaya tidak salah arah dalam memahami cinta, terutama untuk kalangan kawula muda. 


Di sini, saya sebagai penulis yang melihat dua pandangan tersebut hanya ingin menyimpulkan beberapa hal sebagai penengah.


Pertama, memang, Islam itu syumul. Salah juga jika kita menganggap agama hanya mengurus soal tauhid, akhlak dan fiqih. Hanya saja, mungkin kritikan itu juga bisa menjadi bahan introspeksi teman-teman komunitas hijrah kawula muda untuk menjaga sikap dalam bermajlis. Histeris ketika melihat ustsdz ganteng dan ustadz yang terlalu longgar dalam membatasi interaksi dengan jamaah akhwat adalah hal yang harus menjadi perhatian utama. 


Misal, dalam sebuah kasus, di sebuah acara kajian ada seorang akhwat lajang bertanya, kemudian kamera menyorot si akhwat secara close up, dan menyiarkannya secara terang-terangan lewat layar ke semua jamaah pengajian, termasuk jamaah para ikhwan yang juga sama-sama lajang. Menurut yang kontra, ini jelas sangat jauh dari standar syar'i. Bagaimana jika muncul fitnah karena pandangan yang tak terjaga? 


Kedua, kita hendaknya tidak berburuk sangka terhadap orang lain, termasuk kepada para jamaah pengajian-pengajian yang menurut kita kurang dari standar kesahihan yang kita anut. Jangan lantas seseorang selfie di sebuah kajian dan mengunggahnya di story WA atau IG, kita menuduh mereka sebagai orang yang tidak ikhlas dalam bermajlis. Orang yang hanya FOMO dan ingin eksis. Tidak ada yang tahu lubuk hati seseorang selain Allah yang Maha Tahu segala. Meski begitu, tentunya nyinyiran dan kritikan itu hendaknya menjadi bahan renungan dan evaluasi untuk jamaah pengajian 'cinta-cintaan'. Siapa tahu memang ada sebagian dari mereka yang terselip di hatinya niat yang menyimpang. Entah karena FOMO, ingin memperbaharui story medsos atau bahkan hanya karena ingin melihat tampang ustadz ganteng?


Ketiga, kajian 'cinta-cintaan' ini tidak lepas dari hukum 'permintaan dan penawaran.' Kenapa ada pengajian yang isinya bahas masalah percintaan? Ya karena ada pangsa pasarnya. Ada orang-orang yang membutuhkan tema tersebut karena dianggap relate dengan apa yang mereka alami dan hadapi di masa sekarang. Seandainya kita masih berada di zaman penjajahan, barangkali kajian-kajian percintaan tidak akan pernah ada karena kawula mudanya sibuk berjuang mengusir penjajah alih-alih sibuk ngurusi urusan patah hati. 


Akhirul kalam, selalu pro dan kontra dalam kehidupan sosial. Tak selamanya kita bisa menyenangkan orang lain dan tak selamanya kita mampu memahami orang lain dengan sudut pandang yang berbeda. Ketika mendapatkan teguran dan kritikan, hendaknya dicerna sehingga bisa mengambil faidah. Jika kita berada di pihak si pengkritik, perhatikan kembali substansi dari kritikan tersebut. Apakah kritik itu hanya sekedar nyinyiran? Apakah kritikan itu berangkat dari buruk sangka atau atas timbangan hukum syariat?

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment