8 Jun 2021

ANAK PEMALU



“Anakku ini memang pemalu!” ujar seorang ibu muda kepada temannya. Sementara si bocah kecil itu bersembunyi di belakang sang ibu, sembari memainkan daster ibunya. “Ayo, salaman sama Bu Ririn!”

Si anak dengan malu-malu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Tapi si ibu tidak tahu bahwa label ‘anak pemalu’ yang sang ibu sematkan untuknya selalu terngiang-ngiang di kepala anak bungsunya itu. Selalu. Ibunya selalu menyinggung tentang sifat pemalunya ketika dia lebih memilih bersembunyi di balik tubuh tambun sang ibu atau mendekam di kamar ketika tetamu datang.

“Kalo jadi orang itu jangan pemalu, orang pemalu itu nggak bakalan sukses.”

“Pepatah bilang malu bertanya sesat di jalan. Makanya orang pemalu nggak pernah maju.”

“Gaul sama orang lain, kenapa? Kenapa di rumah terus?”

“Tuh, tiru kakakmu. Dia temannya banyak. Jangan kuper.”

Tapi kelak, si anak pemalu itu telah membuktikan bahwa nasihat ibunya tentang ‘orang pemalu tidak pernah sukses’ salah besar. Karena si anak kini telah menjadi seorang manager yang sukses di sebuah perusahaan penerbitan.

Kisah tersebut adalah kisah nyata seorang teman. Dan barangkali ada kisah-kisah yang serupa di sekitar kita.

Orang yang pemalu dan seringkali tidak terlalu suka dengan pergaulan yang amat luas adalah orang-orang introvert yang seringkali diasosiasikan sebagai kelas dua. Orang sukses sudah pasti ekstrovert. Yang supel dan bisa berinteraksi dengan siapa saja. Padahal, tidak selalu begitu.

Seringkali orang yang pemalu dianggap sombong karena terlalu banyak diam. Sekalinya bicara ketika ditanya, atau sekalinya menyapa ketika harus disapa terlebih dahulu. Di grup whatsapp jarang komentar. Berkomentar pun seperlunya. Padahal, bukan karena sombong, memang begitulah karakternya.

Ada orang pemalu yang sejatinya memiliki empati yang sangat tinggi. Hanya saja, dia selektif untuk tidak terlalu mengumbar pembicaraan kepada semua orang. Jika kau dekat dengannya, dan antara kamu dan dia memiliki kepercayaan satu sama lain, dia akan dekat dan kamu memiliki posisi di hatinya. Jadi, dia tidak selalu mempercayakan ‘kehidupannya’ kepada setiap orang.

Orang pemalu juga cenderung sensitif sehingga hendaknya kita bijak dalam mengumbar canda dengan mereka.
Orang pemalu juga seringkali merasa bersalah sehingga mereka selalu meminta maaf terlebih dahulu. Bahkan mereka sering berpikir tentang ‘apa yang orang lain pikirkan tentang aku?’

Orang pemalu untuk menatap mata orang lain. Apalagi orang yang baru pertama kali bertemu. Ia lebih memilih menunduk atau melempar pandangan ke arah lain.

Orang pemalu tidak suka keramaian. Ia lebih menyukai kesunyian dan menyendiri. Maka, tak heran jika di acara kumpul-kumpul, energy mereka habis dan berharap acara itu berakhir dengan segera.

Orang pemalu itu lebih suka berinteraksi dalam lingkaran kecil daripada lingkaran besar. Dia bisa saja heboh dan bercerita panjang lebar ketika bercerita pada satu dua orang. Tapi dia akan terdiam atau sedikit bicara ketika harus berinteraksi dalam kelompok yang banyak.

Tidak ada yang salah dengan ‘sifat malu’ dan karakter introvertmu. Selama hal itu tidak menghambat pertumbuhan dan kedamaian hidupmu. Cintai dirimu apa adanya. Hanya saja, terkadang ada hal-hal yang perlu dirubah jika memang hal itu merepotkanmu. Seperti sifat malu yang akut. Agaknya harus berkonsultasi pada psikolog atau curhat kepada teman.


Btw, adakah diantara kamu yang pernah mengalami hal-hal di atas. Saya pernah 

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment