27 Apr 2021

TIPS NASKAH BISA TEMBUS PENERBIT MAYOR

 

 Menulis itu bukan soal dimana tulisan atau bukumu dipublikasikan. Apalagi zaman sekarang, ketika self publishing semakin menggejala, menerbitkan buku pun menjadi sangat mudah dan begitu instan. Tanpa perlu menunggu berbulan-bulan, tanpa perlu dirombak berulang-ulang oleh tim editor dan tentu saja tanpa perlu menyiapkan kesabaran. Asal kamu punya modal, kamu bisa menerbitkan bukumu dengan cepat lewat jalur self publishing. 

 

Tapi bahasan kita kali ini kan tentang bagaimana supaya naskah kita bisa tembus ke penerbit Mayor. Nah, makanya kita harus tahu dulu kiat-kiatnya.

 

BTW, sebelum lanjut, saya ingin menjabarkan terlebih dahulu beberapa hal yang ingin kita pelajari dalam kesempatan kali ini.

 

Bahasan kita kali ini adalah

Pertama, Kelebihan dan kekurangan penerbit Mayor

Lebih enak kalau kita membahas tentang kelebihannya terlebih dahulu. 

 

Pertama, Jaringan distribusi yang luas

Penerbit mayor memiliki jaringan distribusi yang luas ke semua jaringan toko buku semacam Gramedia. Jadi, buku-bukumu tepajang di semua etalase toko buku besar. Ini tentunya kebanggaan tersendiri buat para penulis. Apalagi penulis pemula. Saya pun merasakan rasa bahagia dan bangga ketika buku pertama saya bisa mejeng di gramedia.

Kedua, modal bukan dari penulis

Menerbitkan buku di penerbit mayor tidak membutuhkan modal sebagaimana ketika kita menerbitkan buku di penerbit indie atau self publishing. Karena modal menerbitkan buku kita ditanggung oleh pihak penerbit. Mau mencetak berapa eksemplar pun, untung rugi ditanggung oleh penerbit.

Bahkan, ketika buku pertama dan kedua saya diterbitkan di Elex media, ada pembayaran dimuka berupa 15% dari total semua royalty yang dikalikan dengan jumlah buku yang dicetak. Lumayan kan. Belum aja bukunya laku, udah dapet duit.

Beda halnya dengan self publishing. Dimulai dari lay out, ISBN, pembuatan cover dan biaya cetak ditanggung oleh penulis.

Nah, sekarang kita bahas kekurangan dari penerbit Mayor.

Pertama, sedikitnya royalty yang kita terima

Royalti dari penerbit mayor untuk setiap penulis itu hanya 10% dari harga buku. Missal, harga buku kita tuh 100 rb, maka kita hanya mendapatkan 10 rb dari setiap satu eksemplar buku yang dijual. Beda dengan self publishing yang hampir 50% keuntungan masuk ke dalam kocek pribadi.

Kedua, kurang dukungan promosi

Bayangin aja, penerbit mayor itu bisa menerbitkan belasan hingga puluhan buku dalam satu semester. Itu artinya, promosi buku kita tidak gencar-gencar amat karena promosi harus gentian dengan buku-buku lain. Ketika saya menerbitkan buku di Elex, buku saya hanya dipromosikan satu kali di media sosial mereka, karena setiap minggu buku yang dipromosikan berbeda. Makanya, jadi penulis zaman sekarang juga harus pintar promosi. Kalau mengandalkan habisnya stok buku di toko secara alamiah, ya nggak bakalan mungkin.

 

Oke, kita berlanjut ke pembahasan inti, yaitu tentang KIAT BISA TEMBUS PENERBIT MAYOR.

Pertama, Mempelajari Penerbit

Jadi, sebelum kita mengajukan naskah ke salahsatu penerbit, kita harus tahu dulu jenis buku seperti apa yang kira-kira diterima oleh penerbit tersebut. Kita bisa baca atau mengamati buku-buku terbitan penerbit yang dimaksud sehingga kita bisa memahami karakter, visi misi, dan kecenderungan dari penerbit tersebut.

Kan nggak mungkin banget kita ngajuin naskah novel metropop yang menceritakan gaya hidup hedonis metropolitan ke penerbit islam, misalnya. Jadi pelajari dulu penerbitnya dengan baik.

Kedua, Tulis naskah yang popular dan baru

Banyak naskah yang ditolak dengan alasan tidak popular dan tidak dibutuhkan oleh khalayak. Selain itu, penolakan seringkali terjadi karena penerbit itu pernah menerbitkan buku sejenis (khusus non-fiksi). Jadi pastikan kamu menulis naskah yang baru, out of the box, berbeda dari yang lain, dan memiliki pangsa pasar yang jelas.

Ketiga, Ajukan naskah dengan Attitude yang baik

Ketika mengajukan naskah, perhatikan attitude yang baik. Jangan sampai hanya melampirkan naskah tanpa ada prolog dan salam. Pertama kenalkan diri, kemudian jelaskan maksud dari surel tersebut. Lebih bagus lagi jika naskah yang diajukan sudah lengkap, nggak setengah-setengah. (Ada daftar isi, rapi, dan memuat selling point)

Keempat, Sabar

Proses terbit di penerbit mayor itu membutuhkan waktu yang lumayan lama. Untuk evaluasi naskah yang masuk aja, editor membutuhkan 2-3 bulan hingga naskah kita dikonfirmasi (apakah diterima atau ditolak). Beberapa penerbit ada yang mengonfirmasi ada juga yang tidak. Jadi, ketika lebih dari 3 bulan naskah kamu belum ada kepastian, kamu bebas mengirimkannya ke penerbit lain. Tapi baiknya sih ditanyakan dulu, khawatir masih menunggu.

Ketika naskah kita diterima, biasanya ada pemberitahuan dari editor. Setelah itu proses editing yang bisa memakan waktu hingga sebulan. Jika tidak ada banyak perombakan, semakin cepat.

WARNING! Jangan mengajukan satu naskah yang sama ke banyak penerbit. Jika hal ini sampai ketahuan, bisa-bisa kamu diblacklist oleh penerbit. Lagi pula, urusan jadi berabe jika ternyata naskah kita diterima oleh lebih dari satu penerbit.

 

Sebenarnya saya ingin banget bicara tentang bagaimana supaya novel/fiksi yang kita tulis bisa tembus mayor. Tapi berhubung sampai saat ini hanya naskah non-fiksi yang berhasil menebus mayor, saya belum bisa bicara hal yang lebih spesifik tentang fiksi. Apa yang saya paparkan tadi lebih secara umum saja.

Yang jelas, untuk fiksi pastikan kita punya story telling yang bagus. Karena sebagus apa pun alur dan ide cerita, kalau gaya penulisannya yang kurang menarik, tidak akan dilirik oleh editor. Sebaliknya, sesederhana apa pun ide dan alur cerita, kalau dikemas secara menarik, bisa jadi akan diterima. Kuncinya, kita harus mengasah dan terus mengasah ketrampilan menulis kita.

Pikirkan juga tentang judul yang menarik, ciamik dan out of the box.

Sebagai contoh, mana yang lebih menarik antara judul berikut.

 

‘PENTINGNYA HIJRAH KAUM MILENIAL’

atau

‘KAPAN HIJRAH? MALAIKAT IZRAIL SUDAH MENUNGGUMU! 

 

udul yang unik dan menarik itu judul yang nggak monoton, menggelitik dan beda dari yang lain. Jangan jadi pengekor judul-judul yang pernah ada. Sebagai contoh, dulu ketika booming novel ayat-ayat Cinta, banyak penulis amatir yang ikut arus. sehingga muncul judul-judul sejenis yang tak jauh berbeda, baik dari segi judul atau alur. Tapi tetap saja, yang sukses itu Leader, bukan follower.

Dan yang terakhir jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah. Tentunya kita sebagai muslim memahami kekuatan dari doa ya.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment