SUAMIKU TIDAK PERNAH KE MASJID

 

Suamiku tak pernah mau ke masjid. Bahkan shalatnya pun bolong-bolong. Jika kau tanya, apakah aku pernah membujuknya untuk pergi ke masjid? Sudah berkali-kali aku melakukannya, tapi itu selalu tak berhasil.
Hingga beberapa kali aku mengajak dan menyuruhnya ke masjid secara tersirat.

“Pah, antar mama jamaah di masjid al-Barokah dong. Sekalian jalan-jalan,” pintaku suatu hari.

Suamiku masih tetap bisa mengelak. “Nggak ah, kalau mau jalan-jalan ya, jalan-jalan saja!’

Suamiku tidak pernah shalat jumat. Aku tahu jika menyuruhnya langsung, dia akan mengelak.  Suatu hari, aku memintanya, “Pah, kalau habis shalat jumat, pulangnya titip beli bakso di samping masjid.”

“Saya belikan sekarang saja mumpung belum banyak orang datang ke masjid,” jawabnya datar.

Tapi doaku tak pernah putus. Aku selalu mendoakan suamiku untuk bisa berada di masjid.

Namun, tiba-tiba hari yang dinantikan itu telah tiba. Suamiku ada di masjid. Suamiku berpakaian putih, bersih karena mandi sebelum masuk masjid. Wangi karena parfum dan berada di shaf terdepan. Tepat di depan imam, terlentang di dalam keranda. Terlambat.