1 Apr 2021

KIOS BUKU BEKAS VS TOKO BUKU MODERN

 




Asli, boleh dibilang saya sangat-sangat jarang mengunjungi toko buku modern yang biasanya terletak di mall atau di pusat kota (kecuali pas ada promo diskon doang, ehe). Saya justru lebih sering dan lebih senang mengunjungi lapak kios buku bekas. Kegiatan berburu buku di kios buku bekas biasa saya lakukan sebulan sekali (tapi semenjak tahu aplikasi ipusnas, jadi jarang deh).

Ketika di Tasikmalaya dulu, saya biasa mengunjungi lapak buku bekas di Pasar Pancasila. Sudah pasti deh, kalau ke Pasar Pancasila saya akan selalu mampir di lapak-lapak buku yang berjejer dekat rel kereta untuk membeli novel harlequeen dan majalah sunda Mangle. Ketika saya hijrah ke Bogor, saya biasa 'piknik' ke kios buku bekas depan kantor BRI yang dekat stasiun bogor. Sesekali mencoba melanglang lebih jauh ke Pasar Senen, Jakarta. Pasar Senen konon pusat belanja buku paling besar.

Kenapa saya memilih kios buku bekas dibandingkan dengan toko buku konvensional?

Pertama, harganya yang lumayan murah

Di sana banyak buku bekas yang masih berkualitas dan bisa dimiliki dengan harga terjangkau. Tapi hati-hati, jangan sampai kepincut beli buku bajakan! Karena biasanya mereka juga jual buku-buku bajakan dengan harga berkali-kali lipat lebih murah dari buku asli.

Kedua, saya bisa mendapatkan buku-buku langka yang sudah tidak beredar di pasaran.
Biasanya saya suka berburu majalah-majalah jadul seperti hidayah, Annida, Majalah Sunda Mangle dan beberapa novel terjemahan.

Ketiga, Kita bisa nawar harga
Nggak seperti di toko buku yang barang sudah dibanderol, di kios atau lapak buku bekas kita bisa menawar harga yang diberikan oleh si penjual.

Nah, jadi gimana? Kamu pernah belanja buku di mana saja?

 

*

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment