Baru-baru ini, warga Depok dan sekitarnya dihebohkan dengan berita ditemukannya Babi ngepet yang kelayapan di sekitar perumahan warga. Kemudian warga menangkapnya dan membunuh babi mungil itu. Duh, kalau saya mikirnya, itu pasti babi beneran yang kebetulan lepas dari kandang, atau memang sengaja ada orang yang melepasnya untuk menimbulkan keramaian.
Yang bikin saya geleng-geleng kepala adalah komentar seorang ibu-ibu yang menaruh curiga pada tetangganya yang dia tuduh suka ngepet. "Iya, dia kerjaannya diam di rumah, nggak tahu kerjanya apa. Tapi duitnya banyak," akunya dengan yakin.
Mungkin ibu itu tidak tahu, bahwa di zaman sekarang ini, dalam beberapa pekerjaan tertentu, duit bisa masuk ke saldo hanya dengan ongkang-ongkang kaki. Trader atau saham contohnya. Atau bisa juga penulis, sebagai contoh lainnya. Apalagi yang bisa menghasilkan jutaan rupiah dari platform kepenulisan. Wah!
Saya cuma heran, orang-orang Depok yang dekat dengan kota metropolitan dengan masyarakat yang majemuk dan heterogen kok bisa begitu percaya dengan isu-isu mistis nan murahan seperti itu? Dan yang lebih saya sayangkan adalah bukan tentang sangkaan babi ngepet itu, tapi praduga yang merembet pada orang lain.
Ini persis seperti kejadian yang pernah terjadi di kampung saya. Sebut saja Mumun (bukan nama sebenarnya) mengalami sakit menahun. Pada akhirnya, dia mendatangi Ajengan (ajengan disini bukan ahli agama, tapi dukun yang memang tampilannya nyaru seperti ajengan/kyai) untuk diramal dan disembuhkan.
Kemudian Ajengan itu bilang, "Aya anu jail ieu teh (ada yang jahil ini.). Ibu disantet sama orang yang tidak suka sama Ibu. Biasanya mereka ngasih hadiah atau apa gitu."
Sejak saat itu, Mumun pun sering dilanda rasa curiga terhadap orang-orang yang pernah berinteraksi dengannnya. Hingga pada satu kesempatan, Mumun curiga terhadap Inah, kerabat jauhnya yang sesekali pernah memberi penganan kepada Mumun. Kebetulan beberapa tahun kebelakang mereka sempat bersitegang karena urusan pribadi.
"Wah, ini pasti kerjaan si Inah. Bulan kemarin saya ketemu di sawah, dia memberi saya nasi timbel dan peda. Darehdeh pisan," sesumbar Mumun kepada para tetangganya, termasuk kepada emakku yang kebetulan sedang berada di warung.
Begitulah, jangan pernah mengambil kesimpulan yang serampangan dengan tuduhan buruk kepada orang lain. Lebih-lebih tuduhan itu datang dari para dukun penyihir yang menurut agama layak untuk dibinasakan.
Bogor, 29-04-2021
No comments:
Post a Comment