Ego itu muncul dari rasa sadar akan diri sendiri dan konsepsi individu terhadap dirinya sendiri. Ego muncul karena adanya sisi yang tersentil dari dalam jiwa kita sehingga kita perlu untuk membela harga diri.
Ego itu tidak selamanya salah dan tercela, seperti seseorang yang merasa tergugah untuk membela egonya sebagai seorang muslim yang dilecehkan identitasnya oleh orang-orang biadab.
Tapi terkadang ego juga menjadi sumber petaka, karena ego selalu rentan dengan kesombongan yang menempel pada harga diri. Penyakit yang harus kita waspadai ini telah menjerumuskan banyak pribadi-pribadi durjana yang dicatat dalam sejarah.
Firaun tidak mau menerima dakwah Nabi Musa Alaihi salam karena membela egonya sebagai seorang pemimpin besar negeri Mesir. Walau dia tahu apa yang dibawa oleh Musa dan saudaranya Harun adalah kebenaran mutlak.
Abu Jahal tidak mau menerima kebenaran Tauhid yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam tercinta karena membela egonya sebagao pembesar diantara pembesar-pembesar Qurays. Dia tidak mau tunduk pada pemuda kemarin sore dari kabilah Bani Hasyim. Walau dia tahu bahwa apa yang dibawa oleh Muhammad shallallahu Alaihi wassalam adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa lagi dibantah.
Begitulah, terkadang kita harus pandai-pandai memanage ego kita sehingga kita benar-benar bisa mengikat talinya di dalam tiang kebenaran.
Pun saya sendiri terkadang tak lepas dari perangkap ego. Begitu sesak ego diri ini ketika harus menerima kritik yang tidak mengenakan. Jika ego yang ditunggangi nafsu itu dituruti, niscaya saya akan keluarkan banyak argumen untuk membantah semua kritikan dan mengeluarkan banyak alasan dan alibi, walau kita tahu bahwa kritikan itu benar adanya.
No comments:
Post a Comment