15 Nov 2020

PERKARA BH DI TALI JEMURAN

 Dulu saya tak pernah tahu aturan dalam urusan jemur menjemur cucian. Yang penting jemuran kering habis perkara.

Tapi emak selalu bilang begini, "Husni! Jemurannya dibalik ya, yang bagian dalam di luar."

"Emang kenapa sih Mak?" tanya saya yang waktu itu baru duduk di kelas dua es-de. Ceritanya, saya sedang belajar membantu emak.

"Biar kainnya nggak cepat luntur," begitulah alasan emak. Sejak saat itu saya tak pernah menjemur tanpa membalikkan kain karena khawatir luntur warnanya, kecuali ketika saya malas untuk urusan balik membalik.

Tapi ternyata aturan menjemur pakaian tidak melulu tentang membalik bagian dalam menjadi di luar. Saya menemukan aturan baru dari guru ngaji saya.

"Jemur pakaian itu harus ada adab. Jangan jemur pakaian bungkus anggota tubuh yang sangat pribadi di tempat yang bisa dipandang orang lain, di depan rumah misalnya. Tapi usahakan menjemurnya di tempat tertutup. Bisa di halaman belakang atau ditutup dengan kain lainnya sehingga tak terlihat."

"Kenapa memangnya, kang?" tanya saya keheranan. Karena emak tidak pernah mengajarkan ini.

"Ya itu kan bungkus bagian pribadimu, khawatir orang berimajinasi terlalu tinggi."

Oalah, kok bisa nyasar ke imajinasi ya.

Sejak saat itu saya merasa malu menjemur cawet saya di depan rumah. Khawatir orang yang berlalu lalang di depan rumah melihat cawet saya dengan imajinasi yang mengembara

Tapi tunggu! Saya sering melihat jemuran orang dan tak pernah imajinasi saya mengembara kemana-mana. Apakah Ustadz itu salah? Atau saya yang tak normal. Entahlah.

Tapi...saya mendadak tersenyum simpul ketika seseorang teman memposting foto nan kocak di facebooknya.

"Bantuan Corona sudah turun!" caption si teman dengan emot ketawa. Kenapa ketawa?

 Disana ada ibu-ibu yang menerima beras dan paket sembako dari petugas. Ada lingkaran merah sebagai penanda supaya pemirsa fokus pada apa yang diberi oleh si petugas. Tapi tunggu! Kok mata saya fokus ke latar yang disana bergelantungan cawet perempuan bak kelelawar. Alamaak.

Sejak saat itu saya paham kenapa tak boleh menjemur cawet atau BH di tali jemuran. Khawatir orang-orang terseyum simpul ketika melihatnya.

"Bang, tolong jemurin cucian dong!" teriak istri saya dari ruang belakang.

Saya bergegas menemui istri yang tengah berjibaku di dapur, meraih ember yang berisi cucian penuh dan membawanya ke teras depan untuk dipanggang, eh dijemur.

Pertama-tama, saya mengeluarkan cawet dan BH untuk saya gantungkan, kemudian nanti ditimpa oleh kain-kain yang tipis.

Tetiba deru mesin motor terdengar mendekat. Artinya tetangga kontrakan tiba. Saya segera kembali membenamkan segi tiga merah dan BH milik nyonya ke dalam ember dan menunggu si tetangga lewat. Tak sudi rasanya mereka melihatku menjemur pakaian bungkus bagian paling pribadi.

Saya kemudian berfilosofi:
Aib itu bukan hanya tentang kau berani telanjang di khalayak ramai. Aib juga ketika kau berani memamerkan baju dalam di mata orang-orang. Meski kau tidak memakainya, setidaknya orang berpikir baju dalam itu selalu kau pakai.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment