Menyangkut soal iman, setiap orang yang mengaku beriman dituntut untuk selalu memperkuat akar keimanan di hatinya. Iman bisa membantunya mengatasi segala penyakit hati dan membuatnya kuat dalam menghadapi kehidupan yang begitu kompleks. Jika pondasi iman lemah, maka dia pun akan rentan.
Ada 9 tanda dari iman yang semakin melemah.
Pertama, melakukan dosa tanpa penyesalan
Dia melakukan kemaksiatan tanpa penyesalan, bahkan dia telah menjadikan kemaksiatan sebagai bagian dari hidupnya. Kepekaan di hatinya telah hilang sehingga tidak lagi mengenal baik dan buruk. Deteksi dan radar hatinya telah mati. Awalnya penyesalan itu datang dan mengusik keimanannya, tapi dia mengabaikan rasa itu sehingga dia mengulangi kemaksiatan serupa, bahkan menambahnya dengan jenis kemaksiatan yang baru. Semakin lama, radar iman itu semakin melemah, hingga kemudian mati.
Bahkan mereka tidak malu melakukan kemaksiatan secara terang-terangan dan mengumumkan perbuatannya.
Semua ummatku akan diampuni kecuali mereka yang melakukan dosa secara terang-terangan. Ada seorang hamba yang melakukan dosa di malam hari, dan Allah menutupi dosa-dosanya sampai pagi datang. Tapi dia kemudian berkata secara terbuka, “Wahai fulan, saya telah melakukan ini dan itu hari kemarin. Allah telah menutupi dosanya, tetapi dia menyingkap tabir Allah darinya. (HR. Bukhori)
Jadi, jika kita tidak malu ketika dosa kita terekspos, tidak merasa menyesal ketika berbuat dosa, maka itu tanda dari lemahnya iman.
Kedua, Ibadah Tanpa Kekhusyuan
Banyak dari kita yang sholat secara teratur tapi sedikit dari kita yang shalat dengan kekhusyuan dan memahami benar dengan apa yang dia ucapkan dan lakukan. Shalat atau bentuk ibadah lainnya memiliki esensi dan tujuan tertentu yang terkait dengannya, oleh karena itu, mereka yang tidak melakukannya dengan cara yang benar telah kehilangan sebagian dari nilai iman.
Berkonsentrasi dan khusyu ketika beribadah bisa menjadi penanda kuatnya iman, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Allah tidak akan mengabulkan permohonan dari hati yang lalai (Tirmidzi)
Ketiga, hati menjadi keras
Kuatnya iman akan sejalan dengan lembutnya hati. Sehatnya iman akan sejalan dengan kepekaan hati dengan sesama. Maka, mereka yang memiliki iman yang lemah akan memiliki hati yang keras dan tak peka. Yang tersisa di hatinya adalah kegelapan dan ketidakpedulian.
“Namun, setelah ini hatimu mengeras dan menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras.” ( Al-baqoroh:74)
Oleh karena itu, jika hati kita menjadi keras sehingga tidak tergerak oleh musibah apapun atau tidak peka dengan kesulitan orang, maka itu merupakan pertanda lemahnya keimanan dan kita.
Keempat, Alquran tidak memberi pengaruh padanya
Alquran adalah bacaan yang bisa menyentuh dan mengguncang jiwa siapa pun yang ada di muka bumi, kecuali mereka yang tidak memiliki rasa iman. Ayat-ayatnya secara langsung mempengaruhi hati mereka yang mendengar atau membacanya untuk selalu berbuat kebaikan.
Ketika kita mempelajari alquran, selain menggetarkan jiwa, ayat itu juga bisa membantu kita untuk mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi, jika iman lemah, maka hatinya akan keras dan kebal dari peringatan.
Kelima, tidak sabar dan tidak pemaaf
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Iman adalah kesabaran dan pengampunan." (Tirmidzi)
Artinya, seseorang yang memiliki keimanan yang kuat harus memiliki kesabaran dan karakter pemaaf. Dengan demikian, orang-orang yang memiliki iman yang lemah akan lebih cenderung untuk melakukan balas dendam dan juga kurang sabar. Tidak adanya pemaafan dan tidak adanya kesabaran pada karakter dan sikap seseorang merupakan tanda lain yang menunjukkan seseorang semakin lemah imannya.
Keenam, bersikap sombong
Lebih jauh dari kurangnya kesabaran dan pengampunan, sifat buruk lain yang mewakili seseorang yang lemah dalam iman adalah kesombongan. Makna literal Islam adalah 'tunduk', oleh karena itu, agama mengajarkan kita kerendahan hati dengan membuat kita menyadari fakta bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Jadi, orang yang sombong adalah orang yang lemah imannya.
Ketujuh, keserakahan
Sifat buruk lain dalam karakter seseorang yang merepresentasikan melemahnya iman adalah adanya keserakahan. Islam mengajarkan para pengikutnya untuk tidak mementingkan diri sendiri, lebih memilih untuk mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Mereka yang menunjukkan keserakahan dalam hal kepemilikan duniawi adalah orang-orang yang menunjukkan betapa lemah iman mereka.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Iman dan ketamakan tidak pernah bisa bersatu di hati seorang hamba.” (Nasai)
Orang yang beriman selalu berhasrat untuk melakukan amal sholeh. Tidak peduli besar atau kecil amal tersebut, semuanya tetap akan kembali kepadanya lewat keridhoan Allah dengan pahala surga. Sepanjang hidupnya, mereka yang beriman terobsesi untuk beramal sholeh tanpa membedakan ‘besar’ atau ‘kecilnya’ amal tersebut. Sehingga mereka tidak akan pernah meremehkan amal-amal yang sepintas terlihat kecil. Karena terkadang, apa yang dipandang kecil bisa jadi bernilai besar.
Mereka yang meremehkan ‘amalan kecil’ menunjukan lemahnya semangat dan keimanan seseorang. Dia tidak sadar bahwa amal yang kecil bisa jadi menjadi amal yang besar jika diawali dengan niat dan keikhlasan yang benar. Mereka yang meremehkan amal kecil tidak sadar bahwa semua itu akan tetap membawa kebaikan, bahkan menjadi besar jika dilakukan secara terus menerus sebagaimana kerikil yang banyak bisa berubah menjadi bukit.
"Jangan meremehkan tindakan kebaikan kecil apa pun meskipun itu untuk menuangkan air dari ember Anda ke dalam wadah orang yang memintanya atau untuk berbicara dengan saudara Anda dengan wajah ceria." (Ahmad)
Kesembilan, tidak peka terhadap penderitaan orang lain
Seorang mukmin akan merasakan sakit sesama orang mukmin, seperti tubuh yang merasa sakit ketika kepalanya sakit. (Ahmad)
Mereka yang tidak peka terhadap penderitaan sesama muslim adalah mereka yang memiliki iman yang lemah. Kita sebagai Muslim perlu merasakan rasa sakit dan penderitaan orang lain pada umumnya dan Muslim pada khususnya untuk menjaga iman kita tetap kuat.
No comments:
Post a Comment