Islam itu moderat dan tidak menyusahkan para pemeluknya. Islam juga tidak menuntut ummatnya untuk mengerjakan hal-hal diluar kemampuan mereka. Karena Allah subhanahu wa ta'ala sebagai pembuat aturan Maha mengetahui kemampuan hamba-hamba-Nya.
Sayangnya, di masa sekarang ini kita menemukan ummat Islam yang kebablasan dan meremehkan. Kebablasan dalam beramal dan meremehkan amal.
Kebablasan dalam beramal melahirkan orang-orang ekstrimis yang salah kaprah dalam memaknai agama. Terorisme dianggap ibadah, baju compang-camping kaum sufi sempalan disebut Zuhud, meminta dan berdoa di depan kuburan dianggap ngalap berkah. benarlah yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam amanatkan bahwa berlebih-lebihan adalah sikap orang Yahudi dan Nasrani. Bahwa berlebih-lebihan membahayakan agama kita sendiri.
Sementara meremehkan amal juga bisa melahirkan pribadi-pribadi kerdil yang kering akan ruh spiritual. Disamping itu, meremehkan syariat menyebabkan seseorang menjadi pribadi liberal yang seenak perut menafsirkan agamanya. Sesuai dengan keinginan napsunya.
Maka lahirlah para liberalis-liberalis yang begitu berani mengotak-atik ajaran suci atas kemauan mereka sendiri. Mengasongkan dan menjajakan ajaran sekulerisme dan pembebasan jiwa dari yang mereka klaim sebagai 'kejumudan beragama' dan kebebasan berpendapat. Padahal, mereka telah terjatuh ada sikap standar ganda yang tidak mereka sadari. Mereka sebut orang yang patuh pada syariat sebagai orang yang naif dan kolot. tapi mereka lupa bahwa mereka juga patuh pada hukum-hukum barat tanpa pernah mengkritisinya.
Maka Sudah saatnya kita beragama dan berislam dengan Jalan tengah, dengan jalan yang memang telah Allah perintahkan kepada kita. Berislamlah dengan berada di pertengahan, tidak ekstrim ke kiri atau ke kanan. 'Yang sedang-sedang saja'.
Yang sedang-sedang saja bukan berarti malas beribadah. Bukan pula menyepelekan agama. Tapi sedang-sedang saja adalah sikap moderat yang jauh dari ekstrimisme dan sikap menyepelekan.
Sayangnya, di masa sekarang ini kita menemukan ummat Islam yang kebablasan dan meremehkan. Kebablasan dalam beramal dan meremehkan amal.
Kebablasan dalam beramal melahirkan orang-orang ekstrimis yang salah kaprah dalam memaknai agama. Terorisme dianggap ibadah, baju compang-camping kaum sufi sempalan disebut Zuhud, meminta dan berdoa di depan kuburan dianggap ngalap berkah. benarlah yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam amanatkan bahwa berlebih-lebihan adalah sikap orang Yahudi dan Nasrani. Bahwa berlebih-lebihan membahayakan agama kita sendiri.
Sementara meremehkan amal juga bisa melahirkan pribadi-pribadi kerdil yang kering akan ruh spiritual. Disamping itu, meremehkan syariat menyebabkan seseorang menjadi pribadi liberal yang seenak perut menafsirkan agamanya. Sesuai dengan keinginan napsunya.
Maka lahirlah para liberalis-liberalis yang begitu berani mengotak-atik ajaran suci atas kemauan mereka sendiri. Mengasongkan dan menjajakan ajaran sekulerisme dan pembebasan jiwa dari yang mereka klaim sebagai 'kejumudan beragama' dan kebebasan berpendapat. Padahal, mereka telah terjatuh ada sikap standar ganda yang tidak mereka sadari. Mereka sebut orang yang patuh pada syariat sebagai orang yang naif dan kolot. tapi mereka lupa bahwa mereka juga patuh pada hukum-hukum barat tanpa pernah mengkritisinya.
Maka Sudah saatnya kita beragama dan berislam dengan Jalan tengah, dengan jalan yang memang telah Allah perintahkan kepada kita. Berislamlah dengan berada di pertengahan, tidak ekstrim ke kiri atau ke kanan. 'Yang sedang-sedang saja'.
Yang sedang-sedang saja bukan berarti malas beribadah. Bukan pula menyepelekan agama. Tapi sedang-sedang saja adalah sikap moderat yang jauh dari ekstrimisme dan sikap menyepelekan.
No comments:
Post a Comment