28 Aug 2020

USTADZ PELAWAK KALAHKAN KOMIKA

"Mbak, ngaji ke Masjid Cibatok yuk."

"Ustadznya siapa jeng?"

"Ustadz Fulan mbak."

"Ogah ah, saya nggak suka ustadz Fulan. Ceramahnya nggak lucu."

"Oalah mbak, kalo pengen dengerin yang lucu-lucu ya nonton stand up komedi, bukan nonton ceramah ustadz."

Ini hanyalah secuil fragmen yang saya angkat dari kehidupan dan realitas yang saya temui di kampung halaman saya. Ketika para Ajengan dan Kyai begitu piawai dalam berseloroh dan melontar joke dalam ceramah-ceramah mereka.

Salah? Tentu saja tidak! Justru ceramah tanpa sentuhan humor kadang terkesan garing. Kadang, ceramah yang monoton bisa membuat kita suntuk dan mengantuk. Betapa sering saya melihat jamaah terkantuk-kantuk di khutbah Jum'at. Bahkan segelintir diantara mereka sukses ngorok. Memalukan memang.

Hanya saja, banyak Ajengan atau kyai yang terlalu kebablasan dalam melontar guyonan. Sehingga kita sulit membedakan antara pelawak dengan seorang ustadz. Terkadang, guyonan itu juga dibumbui sentuhan porno sehingga kita bisa geleng-geleng kepala dan berpikir, agaknya sang Ajengan cocok ikutan Audisi stand up comedy. Bahkan, aku tak bisa menghitung lagi, berapa kali gelak tawa menggema dalam satu sesi ceramah.

Lalu apa yang terjadi? Alih-alih menangkap inti ceramah yang secuil, Para pemirsa yang bubar dari acara pengajian hanya ingat lontaran joke dsn guyonan sang ustadz belaka.

Selain itu, tidak setiap ceramah akan selalu pantas disisipi humor. Sangat tidak lucu ketika menjelaskan tentang dahsyatnya azab neraka,  disisipkan humor juga.  Pada akhirnya, sang kyai merasa senang menjadi seorang pelawak. Dia tak berani mengubahnya karena itulah selera jamaahnya. Pada akhirnya, sang kyai menjadi budak jamaah yang konten dakwahnya mengikuti selera jamaah.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment