27 Aug 2020

LELAKI TIDAK BOLEH MENANGIS


"Kalau sering menangis bukan anak mama," 

"Masa laki-laki cengeng."

Itu adalah kalimat-kalimat yang seringkali keluar dari mulut para ibu atau orang tua ketika melihat anak lelakinya mulai menunjukan tanda-tanda akan menangis dengan mata yang berkaca-kaca. Ini adalah jebakan identitas maskulinitas yang ditanamkan di kepala kita bahwa ‘lelaki tidak boleh menangis atau jika menangis kamu dianggap sebagai lelaki yang cengeng dan lemah.’

Selama ini kita menganggap bahwa menangis hanya satu aktifitas emosional yang hanya dilakukan oleh makhluk bernama wanita. Menangis hanya dilakukan oleh lelaki yang lemah dan telah kehilangan maskulinitasnya.

Jujur, saya lelaki dan saya pernah menangis untuk hal-hal yang oleh sebagian orang mungkin dianggap sepele. Tapi bagi saya, menangis adalah obat dan satu jalan untuk menenangkan batin saya. Saya tidak malu untuk mengakuinya. Pastinya Anda juga mengakui perasaan ‘plong’ dan ‘lapang’ ketika air mata telah keluar dari celah-celah mata. Konon, menangis ketika sedih atau jiwa tertekan itu adalah obat mujarab dari jiwa yang depresi. Air mata yang keluar akibat kepedihan dan depresi mengeluarkan racun dari tubuh. Jika tidak percaya, Anda bisa mencarinya di mesin pencarian google. Terlalu panjang untuk dijelaskan disini. 

Karena identitas maskulinitas itulah, pada akhirnya lelaki cenderung tertutup dan tidak terbuka untuk berbagi duka sebagaimana yang dilakukan wanita. Tidak ada lelaki yang curhat kepada sesama lelaki akibat beban hidupnya, kemudian pendengar memeluknya dengan tulus.

Lelaki bukan robot. Ia juga manusia yang memiliki sisi kerapuhan dan emosi untuk dipahami. Dia memiliki hati sebagaimana wanita juga memiliki hati dan perasaan. 

Lelaki dan perempuan sama-sama makhluk seksual dan sama-sama butuh makan dan tidur. Tidak ada perbedaan selain jenis kelamin. Pengkotak-kotakan gender hanya konsepsi masyarakat yang mendarah daging. Sehingga ada konsep bahwa lelaki harus lebih kuat dan wanita harus lebih sopan. Karena konsep inilah lelaki seringkali memakai topeng untuk menutupi perasaan dan sisi emosionalnya. Lelaki lebih sering menahan hasrat untuk berbicara dan curhat, sehingga terkadang marah-marah menjadi jalan pintar untuk menyalurkannya. Cara lainnya adalah dengan menenggelamkan diri pada asap rokok dan sikap diam yang terus menerus dia lakukan.

Nah, bagaimana pandanganmu?
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment