25 Aug 2020

Sedikit-sedikit Minta Dalil

"Bang, apa sih hukumnya mentraktir teman?"

SAYA  tercenung membaca pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang teman. Saya tercenung bukan karena bingung untuk menjawabnya karena saya bukan seorang ustadz. Saya juga tercenung bukan karena tidak tahu dalil mentraktir teman. Tinggal kau berikan kepadanya dalil bersedekah, sudah habis perkara.
 .
Saya hanya tercenung kenapa hal remeh temeh seperti itu sampai ditanyakan hukumnya segala? Saya pikir jangan-jangan orang ini korban dari mereka yang apa-apa harus memakai dalil sehingga 'jamaah' takut apa pun mesti punya dalil.
.
Di satu sisi saya mengapresiasi hal itu sebagai sebuah ghiroh untuk kembali kepada Islam secara kaffah. Tapi di sisi lain saya merasa miris karena tidak sedikit orang yang lebay gara-gara gerakan 'sedikit-sedikit minta dalil ini. Jangan-jangan nanti mereka tanya, 'apakah pisang itu halal? Mana dalilnya?
.
Maka tak heran jika akhir-akhir ini kita menemukan muslim yang gampang menudingkan jari telunjuk disertai nyinyir panjang terhadap sesama muslim yang tidak sepemahaman. Demonstrasi dibilang haram karena tidak ada dalilnya. Sementara mereka tidak sadar bahwa membela pemerintah yang menerapkan hukum demokrasi juga tidak ada dalilnya sama sekali. Karena Rasulullah hanya mention pemimpin yang menerapkan hukum Allah. Jelas sekali bahwa mereka belum kelar mengaji.

Well, pertanyaan remeh temeh yang saya sebut diatas secara tidak langsung bisa juga meremehkan kemampuan ustadz (dan untungnya saya bukan seorang ustadz). Bagaimana jika kemudian pertanyaan-pertanyaan sejenis bermunculan. Ustadz, bagaimana hukum tidur lebih dari 8 jam, ustadz, bagaimana hukum ini, ustadz bagaimana hukum itu.

Saya tidak mempermasalahkan untuk bertanya. Sebagaimana pepatah bilang, "malu bertanya sesat di jalan. Mungkin bagi pengangtin baru ada pepatah 'malu bertanya sesat di ranjang' (karena aktifitas ranjang pun ada aturannya-tidak serta Merta asal gaspol)
.
Nah, saya pikir, sebelum bertanya pun harus pikir-pikir juga, apakah pertanyaan itu penting untuk ditanyakan? Apakah pertanyaan itu relevan dengan kondisi masyarakat kita saat ini? Apakah pertanyaan itu sudah pernah terjadi kasusnya? Apakah pertanyaan itu bermanfaat?
.
Saya pernah mendengar kisah ada seseorang bertanya pada seorang Syaikh tentang suatu hukum dan dalil. Kemudian Syaikh itu bertanya, "Apakah kejadian itu pernah terjadi?" Orang itu menggeleng. Syaikh bilang, "Kalau begitu, untuk apa kau tanyakan sebuah soalan yang belum pernah terjadi?"
.
Di kesempatan yang lain, seorang teman yang menghadiri kajian ustadz Abu Muhammad al-katsiri mengacungkan tangannya di sesi tanya jawab tabligh Akbar. Dia tanya, "Berapa jumlah pepohonan surga?"

Abu Muhammad menjawab, "apa urgensi hal itu terhadap keimananmu? Apa manfaatnya buat kamu jika kamu tahu hal itu?"

Nah, semoga setelah ini kita lebih bijak dalam bertanya, dan tentunya tidak sedikit-sedikit minta dalil. Kalau bisa, piknik ke kajian ustadz lain. Jangan 'kurung batokeun' kalau orang Sunda bilang.

Bogor, 25-08-2020
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment