16 Aug 2020

REZIM MONARKI ARAB DIDUKUNG DEMI EKONOMI, ISLAMIS DEMOKRATIS DILIBAS KARENA IDEOLOGI

Kau tahu apa dalih Amerika serikat menginvasi Irak hingga Saddam Husein tumbang? Mereka berdalih untuk menegakan demokrasi. Anehnya, Amerika juga dibantu oleh Iran demi menumbangkan Saddam. Iran dan Amerika sama-sama punya kepentingan di kawasan. Mari kita beralih ke Afghanistan, Amerika punya dalih yang sama menjajah afghanistan bertahun-tahun lamanya; Demi menegakan demokrasi.

Maka tak heran, ketika Arab Spring mengemuka, Amerika seakan mendapatkan hawa segar ketika rakyat Arab bangkit dan memberontak para pemimpin Mereka. Qaddafi tumbang, Husni Mubarok yang korup runtuh sempurna. Semangat revolusi menyebar kemana-mana hingga Suriah. Amerika merasa senang.

Tapi, tak berapa lama setelah itu Amerika bagai dihadapkan pada buah simalakama. Dimakan mati bapak, tak dimakan mati emak. Justru arab spring itu didominasi oleh Kaum muslim islamis (yang terutama dari gerakan Ikhwanul Muslimin) dengan berbagai rupanya di berbagai kawasan. Amerika khawatir dan ketar-ketir. Percuma para rezim Arab tumbang jika yang bangkit setelah itu adalah kalangan islamis yang memperjuangkan syariat islam. Persoalan benar-benar pelik.

Mursi menang telak di Mesir. Amerika yang mulanya senang karena Husni Mobarak tumbang, harus gigit jari karena Ikhwanul Muslimin yang muncul di panggung politik. Amerika tak mau tinggal diam. Dengan bekerja sama bersama al-Sisi dibantu oleh Zionis dan rezim-rezim arab yang sejatinya tidak pro demokrasi, mereka menggoyang pemerintahan Mursi sehingga berhasil digulingkan. Padahal, kepemimpinan Mursi adalah pemimpin demokratis pertama yang naik tambuk di negeri Piramid. Masalahnya, bukan pada demokrasi yang diterapkan, tapi pada ideologi yang dibawanya.

Kemudian kita beralih ke Suriah. Amerika turut andil dalam mendukung para pemberontak. Tapi di sisi yang sama, 'pemberontak' islamis yang memperjuangkan syariat pun bermunculan. Jabhah Nusra misalnya. Amerika benar-benar kembali mengalami dilema.

You see, yang sebenarnya Amerika tidak pernah mau tahu betapa korup rezim arab. Amerika juga tidak peduli betapa demokrasi juga tidak diterapkan di negara-negara sistem monarki arab. Amerika tetap mesra dengan mereka dengan alasan lahan minyak yang menggiurkan. Sementara, islamis yang terjun ke gelanggang demokrasi di mesir, yang jujur dengan nilai demokratisme diguncang tanpa ampun.

Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sandiwara di timur tengah ini

Pertama, memperjuangkan islam lewat demokrasi sangatlah riskan. Meski saya tidak berani menyalahkan saudara muslim yang berjuang lewat jalur ini.
Kedua, kampanye demokrasi Amerika hanya demi keuntungannya sendiri. Jika Amerika memaksakan demokrasi kepada masyarakat yang tidak suka sistem itu, maka Amerikalah yang tidak demokratis karena memaksakan kehendaknya.
Ketiga, rezim Arab tidak akan pernah bisa diharapkan karena kedekatan mereka dengan Amerika.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment