31 Aug 2020

Mengkritik Penulis Senior? Siapa Takut!!

"Emangnya lu siapa berani mengkritik Fulan?"

"Nggak usah sok pintar deh, situ udah nerbitin berapa novel berani kritik karya orang?"

"Ngiri ya! Bukunya nggak laku, ujung-ujungnya mengkritik karya orang."

Jangan berani mengkritik penulis senior atau penulis populer yang like atau viewernya bejibun jika kamu nggak mau dibilang dengki.

Karena, penulis keren itu tidak mungkin salah. Atau mungkin penulis tersebut salah, tapi minimal hanya orang yang setaraf dengan si penulis atau lebih tinggi derajatnya dari si penulis yang berhak mengkritik. 'Orang kecil' atau 'orang pinggiran' yang miskin karya atau lebih parah hanya sebagai 'reader' dianggap tidak layak melontarkan kritik kepada 'kasta atas' yang punya jam terbang tinggi di dunia literasi.

Sang penulis yang beradab sudah barang tentu akan menerima kritikan dari siapa pun dengan hati yang lapang. Meski adakalanya segelintir penulis pongah tak terima orang mengumbar ketidaksempurnaan di dalam tulisannya. Paling sering adalah para fans buta yang menganggap sang author sebagai sosok sempurna.

Padahal, sungguh dunia literasi itu membutuhkan kritisme dan pertukaran pikiran yang membangun kesadaran dan mencipta kesesuaian.

Alaah....bilang aja lu ngiri!
Tidak. Saya tidak iri. Semua kritik datang dari objektivitas. Toh lebih banyak penulis-penulis populer dan beken yang bikin saya Klepek-klepek. Bahkan penulis 'beken' yang membuat saya kecewa dengan karyanya tidak sampai seperlima. Pun, jika ada penulis amatir yang viewernya sedikit, saya akan rela memujinya jika karyanya memang layak diberi apresiasi.

Kamu kan bukan kritikus sastra, ngapain kritik karya orang
Siapa pun boleh berpendapat dan beropini. Termasuk memberi komentar karya orang.

Hm, masih ragu buat kritik penulis senior? Saya ajarin di sini ya. Ada beberapa penulis beken yang akan coba saya kritik karyanya.

Pidi Baiq-Dilan
Ini serius! Anak 90-an namanya kayak anak-anak milenial. Dilan dan Milea itu tidak identik dengan nama-nama anak 80-90 an yang menjadi setting novel.

Luluk- Mariposa
Cerita ini tidak lebih dari sekadar cewek mengejar-ngejar cowok, seolah hidupnya dihabiskan hanya untuk mendapatkan hati si cowok, lalu berhasil. Banyak hal yang tidak masuk di akal. Seperti tokoh cewek yang pindah sekolah hanya gara-gara suka sama cowok di sekolah itu. Ceritanya mirip FTV yang bucin abis.

Well, kritik ini bukan untuk menjatuhkan. Andai kau berkunjung ke goodreads, betapa kita akan menemukan reader yang mereview dengan begitu objektif dan jujur serta apa adanya.

Kritik bukan berarti menjatuhkan. Karena, dibalik kekurangan itu, kita meyakini bahwa penulis bukan malaikat. Setuju?
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment