Saat ini ada tiga negara 'islam' yang sedang mati-matian mencuri perhatian ummat islam. Tiga negara ini dengan pemimpin negaranya masing-masing yang kharismatik ingin mendapatkan perhatian dari umat muslim dunia. Semua memiliki senjata ampuh untuk menjerat perhatian dan pujian. Saudi dengan negara 'wahabinya' menjadi kiblat utama para wahabi/salafi di dunia. Selain itu Saudi juga menjadikan posisinya sebagai pelayan dua tanah suci sebagai nilai tambah untuk popularitas di kalangan umat muslim.
Sementara Turki berusaha menjerat perhatian dengan slogan mengembalikan kejayaan turki utsmani di masa Silam. Erdogan secara perlahan-lahan memulai proses islamisasi di negara sekuler Turki. Sejak beberapa tahun silam, Erdogan mulai menghapus larangan jilbab di kampus dan institusi negara. Dan baru-baru ini Turki mendapatkan atensi yang luar biasa dari kalangan umat islam dengan mengembalikan fungsi masjid Aya sofia sebagaimana mestinya; menjadi tempat ibadah bagi umat islam dengan pembatalan status museum oleh pengadilan. Erdogan juga bersikap keras terhadap Israel dengan memutus hubungan diplomatik dengan negara Zionis.
Erdogan dengan kharismanya yang luar biasa mampu menarik perhatian decak kagum semua kalangan, yang terutama adalah dari kalangan ikhwanul Muslimin. Konon, tidak hanya zionis dan barat yang gerah, bahkan Arab Saudi pun dengan ideology wahabinya ikut-ikutan gerah karena menganggap Turki sebagai saingat berat dalam menjerat perhatian umat muslim dunia.
Sementara Iran memainkan perannya sebagai 'saudara kandung' kaum muslimin dengan mengklaim sama-sama berjuang untuk palestina. hal ini terbukti dengan dukungan Iran terhadap Hamas.
Maka tak heran jika trio negara muslim ini saling serang satu sama lain. Para pendukung Saudi di Indonesia menyebut Turki negara sekuler yang tidak islami. Bahkan sesumbar kekhilafahan turki utsmani sebagai penjajah tanah Arab. Bahkan para fanboy Saudi membuat sebuah website bernama saudinesia untuk memuluskan dan menggiring opini membenci Turki, kemudian dibalas oleh fanboy turki dengan membuat website turkinesia untuk mengcounter semua artikel saudinesia. Weh, nggak jauh beda sama perselisihan the jak dan persib mania deh pokoknya. Pun Arab saudi menyebut Iran sebagai negara syiah. Dan ini memang fakta.
Bingung? dimana kita seharusnya bersikap?
Jika saya, maka saya harus melihat dari semua sisi.
Memang turki memiliki hubungan diplomatik dengan Israel karena warisan pemimpin-pemimpin sekuler sebelum Erdogan. Maka sangat naif jika kemudian semua itu ditudingkan kepada Erdogan. Erdogan hanya presiden yang mencoba merefisi hukum-hukum warisan sekuler sebelum kepemimpinannya. Buktinya adalah dihapusnya larangan hijab di kampus dan parlemen, dan kembalinya agia sofia menjadi masjid setelah sebelumnya berstatus museum. Bahkan akhir-akhir ini hubungan diplomatik Israel terputus karena sikap keras Erdogan terhadap pencaplokan tepi barat. Ini lebih mending daripada pura-pura dukung Paletina, tidak punya hubungan diplomatik, tapi diam-diam berjabat tangan di bawah meja. hipocrite namanya.
Sementara, berdasarkan laporan-laporan media, betapa negara Arab Saudi terlalu lunak dalam memerankan jati diri mereka di hadapan Amerika dan Zionis. Meski Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatic dengan Zionis, tapi segala tindakan dan kebijakan mengarah pada ‘pengakuan terselubung.’ Semua demi menyenangkan Amerika Serikat.
Misal, bagaimana MBS membujuk Abbas (presiden Palestina) untuk melepaskan Yerusalem dan menerima abu Dis di Jerusalem Timur sebagai ibu kota baru Palestina. MBS juga sesumbar bahwa Israel punya hak untuk negaranya sendiri lewat media USA.
Sementara Iran, dengan kamuflase saudara palestina, tidak cukup menutupi borok mereka dengan ikut membantai ribuan umat islam Suriah dengan mendukung Monster Bassar Assad laknatullah.
Dimana kamu berdiri?
Sementara Turki berusaha menjerat perhatian dengan slogan mengembalikan kejayaan turki utsmani di masa Silam. Erdogan secara perlahan-lahan memulai proses islamisasi di negara sekuler Turki. Sejak beberapa tahun silam, Erdogan mulai menghapus larangan jilbab di kampus dan institusi negara. Dan baru-baru ini Turki mendapatkan atensi yang luar biasa dari kalangan umat islam dengan mengembalikan fungsi masjid Aya sofia sebagaimana mestinya; menjadi tempat ibadah bagi umat islam dengan pembatalan status museum oleh pengadilan. Erdogan juga bersikap keras terhadap Israel dengan memutus hubungan diplomatik dengan negara Zionis.
Erdogan dengan kharismanya yang luar biasa mampu menarik perhatian decak kagum semua kalangan, yang terutama adalah dari kalangan ikhwanul Muslimin. Konon, tidak hanya zionis dan barat yang gerah, bahkan Arab Saudi pun dengan ideology wahabinya ikut-ikutan gerah karena menganggap Turki sebagai saingat berat dalam menjerat perhatian umat muslim dunia.
Sementara Iran memainkan perannya sebagai 'saudara kandung' kaum muslimin dengan mengklaim sama-sama berjuang untuk palestina. hal ini terbukti dengan dukungan Iran terhadap Hamas.
Maka tak heran jika trio negara muslim ini saling serang satu sama lain. Para pendukung Saudi di Indonesia menyebut Turki negara sekuler yang tidak islami. Bahkan sesumbar kekhilafahan turki utsmani sebagai penjajah tanah Arab. Bahkan para fanboy Saudi membuat sebuah website bernama saudinesia untuk memuluskan dan menggiring opini membenci Turki, kemudian dibalas oleh fanboy turki dengan membuat website turkinesia untuk mengcounter semua artikel saudinesia. Weh, nggak jauh beda sama perselisihan the jak dan persib mania deh pokoknya. Pun Arab saudi menyebut Iran sebagai negara syiah. Dan ini memang fakta.
Bingung? dimana kita seharusnya bersikap?
Jika saya, maka saya harus melihat dari semua sisi.
Memang turki memiliki hubungan diplomatik dengan Israel karena warisan pemimpin-pemimpin sekuler sebelum Erdogan. Maka sangat naif jika kemudian semua itu ditudingkan kepada Erdogan. Erdogan hanya presiden yang mencoba merefisi hukum-hukum warisan sekuler sebelum kepemimpinannya. Buktinya adalah dihapusnya larangan hijab di kampus dan parlemen, dan kembalinya agia sofia menjadi masjid setelah sebelumnya berstatus museum. Bahkan akhir-akhir ini hubungan diplomatik Israel terputus karena sikap keras Erdogan terhadap pencaplokan tepi barat. Ini lebih mending daripada pura-pura dukung Paletina, tidak punya hubungan diplomatik, tapi diam-diam berjabat tangan di bawah meja. hipocrite namanya.
Sementara, berdasarkan laporan-laporan media, betapa negara Arab Saudi terlalu lunak dalam memerankan jati diri mereka di hadapan Amerika dan Zionis. Meski Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatic dengan Zionis, tapi segala tindakan dan kebijakan mengarah pada ‘pengakuan terselubung.’ Semua demi menyenangkan Amerika Serikat.
Misal, bagaimana MBS membujuk Abbas (presiden Palestina) untuk melepaskan Yerusalem dan menerima abu Dis di Jerusalem Timur sebagai ibu kota baru Palestina. MBS juga sesumbar bahwa Israel punya hak untuk negaranya sendiri lewat media USA.
Sementara Iran, dengan kamuflase saudara palestina, tidak cukup menutupi borok mereka dengan ikut membantai ribuan umat islam Suriah dengan mendukung Monster Bassar Assad laknatullah.
Dimana kamu berdiri?
No comments:
Post a Comment