Sulastri sudah menikah tiga bulan yang lalu. Boleh dibilang
suaminya lelaki yang baik dan shalih, itu menurut pengakuan orang-orang
terdekatnya. Akan tetapi Sulastri merasa was-was dan khawatir, jangan-jangan
suaminya telah bermain api dengan wanita lain. Kekhawatirannya sangatlah
beralasan mengingat ia seringkali melihat suaminya senyum-senyum sendiri
sembari menyibukan diri dengan smartphonenya. Sementaranya tangannya sibuk
mengetik di atas layar. Bagaimana pun juga, Sulastri merasa takut ada wanita
lain yang singgah di hati suaminya.
Hingga lambat laun Sulastri penasaran dan ingin sekali
mengintip hape suaminya. Di benaknya terbayang hal-hal yang mengerikan; dia
melihat chat suaminya dengan wanita lain dengan obrolan yang mesra bahkan
menjurus mesum. Hiiy…membayangkannya saja bikin Sulastri mual dan panas dingin.
Hingga pada akhirnya Sulastri punya kesempatan untuk
memuluskan aksinya. Di suatu sore yang adem, suaminya meninggalkan hapenya di
atas meja.
“Aku mau mandi dulu, gerah nih.” Seru suaminya sembari
beranjak dari sofa, sementara tangan kanannya menaruh hape di atas meja kaca.
Setelah yakin bahwa suaminya telah masuk ke dalam kamar
mandi, Sulastri langsung melancarkan aksi pansos. Sayang, hape suaminya dikunci
sidik jari. Sulastri gigit jari. Dia tidak akan bisa mengakses hape suaminya.
Tapi ternyata Sulastri tidak habis akal.
Malam itu, Sulastri masih belum memejamkan matanya di saat
suaminya sudah pulas mendengkur. Dengan pelan tapi pasti, tangan kanan Sulastri
mengambil hape sang suami, sementara tangan kanannya mengangkat telapak tangan
suaminya yang besar.
Sulastri berpikir dan mencoba mengingat-ngingat jari yang
mana yang kira-kira menjadi sandi sidik jari. Dia coba ibu jari gagal, telunjuk
gagal. Bahkan semua jari di tangan kanan suaminya tidak mampu membuka sidik
jari sandi.
Ah, mungkin tangan kirinya!
Kali ini Sulastri meraih tangan kiri suaminya dan kembali
mencoba. Pertama dengan jempol dan…berhasil!!
Sulastri hampir saja bersorak. Dia segera membuka aplikasi
media sosial semacam facebook dan instagram. Tidak ada yang mencurigakan. Setelah
itu dia mencoba membuka aplikasi perpesanan. Dan di saat itulah matanya
terbelalak karena menemukan chat yang begitu akrab antara suaminya dengan nomor
bernama Luna. Wajah perempuan yang cantik menghiasi profil whatsapp kontaknya.
Sulastri murka. Serta merta dia menghantam wajah suaminya
yang pulas dengan bantal guling. “Dasar bajingan!!”
Suaminya gelagapan. “Ada apa?”
“Apa ini?”
“Lho, kok kamu bisa buka hapeku sih, say.”
“Siapa Luna?”
“Dia keponakanku!”
“Aku tidak mengenal keponakanmu yang bernama Luna.” Cecar Sulastri
masih dengan muka penuh angkara murka.
“Luna itu anak buk Sum, anak ketujuh bapak yang nikah sama
Pak Kosid. Mereka tinggal di batam. Bahkan saat nikahan kita pun mereka nggak
dateng. Luna ini udah kayak adik sendiri bagiku, Las.”
Sulastri menghela napas panjang.
“Nggak percaya? Kalau nggak percaya, nih kamu bisa telpon
ibu sama bapak dan tanyakan langsung sama mereka.”
“Iya, Sulastri percaya.” Akhirnya Sulastri luluh juga.
“Ngomong-ngomong, kok kamu bisa buka hape abang sih?” tanya suaminya
dengan kerut di dahi.
“Ada deh. Aku periksa dulu ya. Siapa tahu menemukan pelakor
nakal di telegram sama IMO.”
“Silakan, jeng ayu. Kamu sepertinya tidak tulus
mempercayaiku.” Seloroh suaminya dan membiarkan sang istri mengotak-atik hapenya.
***
Bro and sis, sebenarnya tidak ada larangan bahwa kita tidak
boleh melihat hape pasangan kita. Sebaliknya, tidak ada juga keharusan bahwa
kita tidak boleh memiliki privasi secuil pun terhadap pasangan kita.
Hanya saja ada beberapa hal yang harus kita uraikan,
sehingga segalanya menjadi lebih terang benderang
Pertama, hendaknya pasangan harus saling percaya satu sama
lain. Dalam fragmen di atas penulis mencontohkan bagaimana Sulastri tidak
memiliki kepercayaan kepada suaminya. Padahal, saling percaya adalah indikasi
dari kesejatian cinta antara dua insan.
Kedua, hendaknya pasangan memahami bahwa diantara mereka
memiliki privasi yang tidak bisa dilampui, termasuk hape pribadi. Barangkali di
sana memuat file-file pekerjaan yang dikhawatirkan bisa hilang atau bocor jika
tidak dikunci atau semisalnya.
Ketiga, hendaknya pasangan sesekali membiarkan pasangannya
untuk membuka hapenya. Lagi-lagi ini soal saling percaya. Karena seringkali
kecurigaan timbul karena suami/istri terkesan sangat protektif terhadap hapenya
sampai-sampai pasangannya tidak boleh memegangnya sama sekali. Wajar jika sang
suami/istri merasa curiga.
Nah, ada baiknya saya kutipkan sebuah fatwa yang saya comot
dari laman republika berikut;
Menurut Penasihat Bidang Ilmu Pengetahuan Dar al-Ifta Mesir,
Syekh Majdi Asyur, hukum memeriksa dan memata-matai HP bagi pasangan suami
istri adalah haram dan dilarang agama. Dia
menjelaskan, memata-matai pasangan dengan memeriksa ponselnya adalah bentuk
tajassus yang tidak diperbolehkan agama.
”Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain.” (QS al-Hujurat [49]: 12).
Dia juga mengutip larangan mencari-cari kesalahan itu dalam
hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Aksi tersebut merupakan gerbang menuju
kecurigaan dan keraguan di antara pasutri. Hal itu sudah hinggap berpotensi
besar menyebabkan perceraian.
Sebagai solusi, Syekh Majdi menyarankan pasutri (pasangan
suami istri) saling menanam kepercayaan, buatlah pasangan nyaman dan tidak
mudah berpaling.
Dalam konteks istri misalnya, berusahalah layani suami
semaksimal mungkin. Demikian pula suami, hendaknya mampu memegang amanah dan
tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Dia menyebutkan, berapa banyak biduk rumah tangga karam
akibat saling curiga-mencurigai dengan memeriksa ponsel pasangan
masing-masing. Di Arab Saudi misalnya, pemicu kasus
perceraian didominasi kecurigaan yang muncul di antara kedua pasutri usai
‘membongkar’ isi ponsel pasangannya.
Dia mengingatkan karakter setan itu akan menggoda melalui
berbagai cara dan media yang memungkinkan, sesuai zamannya. Dan media yang paling tepat pada era sekarang,
antara lain adalah mematai HP pasangan.
No comments:
Post a Comment